Gadis yang harus terpaksa menikah dengan CEO muda kaya, karena Ayahnya terlilit hutang yang banyak. Namun, apa jadinya ketika dia baru tahu setelah menikah. Suami nya itu adalah seorang psikopat pembunuh berdarah dingin.
Tubuh Zizi bergetar hebat karena Kenzo mengarahkan pisau itu ke mulut mungilnya.
"Sssttt … jangan banyak bicara, apa kamu mau mulutmu yang kecil cerewet ini disobek?"
Kenzo semakin mendekatkan pisau itu ke mulut Zizi. "Sepertinya aku ingin melukis di atas kulitmu yang mulus ini, tapi aku tidak mempunyai tinta."
Zizi yang masih gemetaran memberanikan diri untuk bersuara.
"Tuan maafkan saya karena saya tadi begitu lancang."
Namun, Kenzo tidak menghiraukan Zizi. "Bagaimana kalau pisau ini sebagai kuas untuk melukis, sepertinya akan sangat indah."
Mau tahu kelanjutannya cuss ...Dibaca saja!!
Warning … . bisa membuat KECANDUAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Panik
"Makanlah, aku tidak mau melihat tubuhmu yang kurus ini." Percuma Zizi tidak menoleh sedikitpun kepada Kenzo. "Sombong sekali kamu gadis bodoh makan!!" Kenzo membanting bubur yang tadi Jesi bawa. Menyeret Zizi keluar kamar menuju kolam di samping mansion. Wajah Zizi tetap datar tidak menampilkan raut takut. Ataupun melawan. Byurrrr….!!!
Kenzo melempar Zizi kedalam kolam.
"Jika kematian yang kau ingin aku akan kabulkan." Jesi ingin menolong Zizi karena ia tidak tega melihatnya dia tahu betul Zizi tidak pandai berenang. "Niko aku harus menolong Nyonya Zizi." Niko menggeleng. "Biarkan, kita lihat Tuan Kenzo apakah akan sanggup melihat Nyonya Zizi tiada."
"Sampai kapan Niko, Nyonya bisa mati."
Disaat Jesi dan Niko berdebat. Lain halnya dengan Zizi yang tersenyum di dalam air.
[Ibu sebentar lagi Zizi akan menyusul. Aku tidak akan lagi berada di dunia ini.]
Zizi sudah kehabisan Oksigen. Kenzo yang melihat Zizi tidak ada tanda-tanda akan mengapung tampak panik.
"Gadis bodoh itu benar-benar ingin mati."
Kenzo langsung menyelam mencari Zizi.
Karna kolam itu cukup dalam dan luas jadi Kenzo kesulitan untuk mencari Zizi.
Beberapa menit Kenzo sudah menemukan Zizi dalam keadaan tidak sadarkan diri. Cepat-cepat dia membawa Zizi ke tepi kolam.
"Niko cepat panggil dokter Divya kesini."
Jesi berlari membawa handuk untuk Zizi.
Kenzo kemudian mengambil handuk yang Jesi berikan. "Tuan, Dokter Divya akan segara sampai dia masih dalam perjalanan."
Niko juga ikut panik setelah melihat wajah Zizi pucat bibirnya berwarna kebiruan.
Kenzo sudah memberi nafas buatan. Namun, tidak berhasil Zizi masih tetap tidak bergerak.
Divya adalah Dokter pribadi keluarga Kenzo. Dia akan datang dengan cepat bila salah satu keluarga Kenzo membutuhkan nya. Bila tidak ada halangannya. "Sipa yang sakit Nik?" Divya datang hanya menggunakan pakian biasanya tanpa seragam Dokternya. "Kalian semua kenapa terlihat tegang begini." Kenzo berdiri. "Cepat masuk kekamar!!" Divya berjalan mengikuti Kenzo.
"Loh, ini kan gadis yang waktu itu di rumah Darel."
"Tidak usah banyak bicara, cepat periksa dia." Divya dengan telatan menekan-nekan dada Zizi beberapa kali hingga Zizi batuk mengeluarkan air kolam yang sempat ia telan.
"Airnya sudah keluar, tapi tekanan darah nya sanagat rendah. Aku akan memasang infus." Kenzo bernafas lega setelah Divya menangani Zizi.
"Bisa jelaskan gadis ini siapa Ken?" Divya sudah mengenal Kenzo sama seperti Darel karna mereka bertiga adalah satu kawan ketika masih kuliah dulu.
"Apa perlu aku kasih tahu."
"Perlu dong, supaya aku tidak mati penasaran."
"Sudah lebih baik kamu kembali ke rumah sakit!!"
"Tinggal jawab aja kenapa sulit sekali."
"Semua wanita sama saja cerewet."
"Iya,ya…ini obat nanti kalu badannya deman suntikan ke infusnya, jangan lupa di kompres juga."
"Oke. Pergilah!!"
Divya keluar menuju Niko dan Jesi yang sedang duduk.
"Boleh gabung gak nih?"
"Kayak orang baru kenal aja kamu Div. Duduk kita ngopi bareng!"
Divya tersenyum lebar. "Gak jadi tadi ada pesan masuk dari rumah sakit."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zizi berlahan membuka matanya.
[Masih hidup, kirain udah beda alam.]
Zizi melihat Jesi yang tersenyum manis.
"Selamat pagi, Nyonya Zizi."
Zizi melihat ada selang infus di tangannya.
"Kenapa kalian menyelamatkan aku biarkan aku mati saja, hidup ku sudah hancur."
"Tenang nyonya hidup Anda tidak akan hancur selama Tuan Kenzo masih di samping Anda."
"Dia yang menghancurkan harapan ku Jesi, bagimana bisa kamu terus-terusan membelanya."
"Anda salah Nyonya, Tuan Kenzo sudah mulai mebuka hatinya. Jadi tolong jangan membuatnya berulah lagi."
"Sudah berapa lama aku berbaring disini?"
"Sudah satu minggu Nyonya Anda berbaling lemah."
Zizi tidak menyangka ia sempat koma satu minggu lamanya. Zizi juga tidak tahu selama ini Kenzo yang merawatnya, tanpa membiarkan Zizi sendirian. "Nyonya mau makan apa biar saya ambilkan."
"Tidak usah Jesi, aku hanya ingin melihat Ayah ku saja dan berkunjung kemakam almarhum Ibuku."
"Saya akan menemani Anda Nyonya, tapi tunggu sebentar Dokter Divya akan datang untuk melepas infus Anda."
Tidak lama suara khas Divya datang.
"Wah ternyata putri tidur kita sudah bangun." Divya memang wanita yang terkenal ramah meski ia baru mengenal orang itu. "Hai, kenalin nama saya Divya!" Divya tidak menghiraukan Zizi yang terlihat kebingungan. "Kamu bisa panggil saya Div."
Zizi memperhatiakn Divya ia tampak tidak asing dengan namanya.
"Apa kamu yang waktu itu membantuku di rumah Darel??"
"Ternyata Anda mengingat saya Nyonya."
"Apa kamu tahu Darel sekarang dimana?" Wajah Divya berubah sendu.
"Sudah hampir satu bulan lebih Darel menghilang bagai di telan bumi, saya sudah mencarinya tapi tidak ada hasil."
Air mata Zizi yang sudah lama kering menetes begitu saja. Jesi dan Divya serempak bertanya. "Nyonya baik-baik saja kan??" Mereka berdua saling pandang meminta penjelasan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Berapa lama kita disana Niko?"
Sambil merapikan setelan jasnya Kenzo memegang hasil laporan prusahaan yang saat ini mengalami sedikit masalah.
"Mungkin satu minggu atau bisa lebih Tuan."
"Apa gadis itu mencariku?"
Niko tidak tahu harus menjawab apa, karna kata Jesi yang sempat tadi dia hubungi hanya mengatakan Zizi hanya mau kerumah Pak Hardian dan makam Ibunya.
"Sudah ku duga, gadis itu tidak tahu terimakasih."
"Nyonya Zizi ingin berkunjung ke…."
"Suruh beberapa anak buahmu mengawasinya dari kejauhan."
"Baik Tuan."
"Tunggu!!" Niko berbalik. "Ada apa Taun?"
"Beri dia kartu ini supaya bisa memenuhi kebutuhannya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zizi sudah bersiap-siap. Jesi dengan sabar menunggunya.
"Jesi apa kamu melihat ponselku dimana?" Jesi menyerhkan benda pipih yang di belakannya ada gambar Apel yang sudah di gigit. "Ini Nyonya. Tuan Kenzo yang membelikan Anda, ini pengeluaran terbaru."
Zizi terlihat marah. karna ponselnya tidak ada di tambah Kenzo sudah membelikannya yang lain. "Aku tidak sudi menerima pemberian darinya Jesi."
"Nyonya mau sampai kapan Anda begini, Tuan Kenzo adalah suami Anda."
"Suah Jesi, jangan membuat luka di hati ku kembali tergores."
"Kenapa Anda bisa sebenci ini kepada Tuan Kenzo, padahal diluaran sana banyak wanita yang ingin berada di posisi Anda."
"Aku tidak termasuk Jesi, kalau hanya membuat suasna hatiku jadi kacau. Kamu tidak usah ikut."
"Tidak bisa Nyonya, saya harus ikut kemana pun Anda pergi."
"Jangan sebut laki-laki itu di hadapan ku lagi aku sudah muak."
"Nyonya Tuan Kenzo berhak atas tubuh Anda. Kalian sudah resmi menjadi suami istri, jadi Anda jangan merasa Tuan Kenzo telah menodai Anda."
"Diam Jesi!! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan kelakuannya pada ku."
Zizi masuk kedalam mobil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ibu Zizi datang berkunjung kerumah baru Ibu, ini Zizi bawa bungga tulip kesukaan Ibu." Zizi menangis sambil tersenyum, tertawa menceritakan perjalanan hidup nya yang dia rasa sangat pahit. "Ibu Zizi sebentar lagi akan ulang tahun, berarti Zizi akan bertambah usia." Jesi sudah banjir air mata di balik kaca mata yang ia kenakan. "Kalau boleh memilih, biar Zizi yang berbaring disini, aku tidak sanggup Bu dunia ini terlalu kejam."
Zizi memeluk misan Ibunya. "Karna sekarang uang di atas segala-galanya, hanya orang yang ber uang yang memiliki kekuasaan."
Zizi terus menumpahkan isi hatinya di makan Ibunya. "Zizi tidak seperti Ibu yang hebat, bisa menyembunyikan perasaan kecewa Ibu kepada Ayah, Boleh Zizi minta Ibu jemput saja aku. Aku ingin pergi dari dunia yang pana ini."
Jesi kemudian menyentuh pundak Zizi.
"Nyonya sepertinya hujan akan turun."
Zizi masih betah menggegam tanah kuburan Ibunya. "Jesi mendung bukan berarti akan turun hujan." Zizi tersenyum getir. "Aku pamit pulang dulu Ibu, lain kali Zizi akan lama-lama disini. Zizi rindu semua yang ada pada Ibu tidak akan pernah ada yang menggantikan Ibu di hati Zizi."
Seseorang bersembunyi dibalik pohon menggunakan pakian serba hitam, topi lengkap dengan kaca matannya.
gak cocok jdi psikopat😂😂
jawabannya satu karena darel adalah PEBINOR hanya begitu dispesialkan disetiap novel yang novelisnya wanita,
kak tp q blm puas bgt mngkanya di bikin lg cerita anak2 mereka ya kak si arlon briana sm arlan aurora pasti g kalah seru dan bucin2.