Pernikahannya dengan Serka Dilmar Prasetya baru saja seminggu yang lalu digelar. Namun, sikap suaminya justru terasa dingin.
Vanya menduga, semua hanya karena Satgas. Kali ini suaminya harus menjalankan Satgas ke wilayah perbatasan Papua dan Timor Leste, setelah beberapa bulan yang lalu ia baru saja kembali dari Kongo.
"Van, apakah kamu tidak tahu kalau suami kamu rela menerima Satgas kembali hanya demi seorang mantan kekasih?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Tiket Bulan Madu
Setelah menemui Sela dan mendapat amukan yang tiba-tiba dari kakaknya, Dilmar segera pergi dari rumah sakit itu. Mobilnya melaju menuju sebuah tempat yang selalu dijadikan basecamp pertemuan dirinya dan teman-temannya.
Sebelum tiba di basecamp, Dilmar menghubungi teman-temannya, yakni Roby dan Dilan. Namun, kedua teman leting itu ternyata tidak sedang di kota ini, mereka sedang liburan ke luar kota bersama istri dan keluarganya.
"Sorry, pot, aku sedang di luar kota bersama istriku. Bulan madu kedua. Kau tidak pergi bulan madu dengan istrimu?" seru Roby saat dihubungi, seakan sedang memanas-manasi Dilmar. Hati Dilmar menciut, Roby yang sudah tiga tahun menikah saja, saat ini sedang ke luar kota untuk bulan madu kedua. Lalu dirinya, yang belum setahun menikah, jangankan bulan madu kedua, yang pertama saja belum.
Kini giliran menghubungi Dilan. Saat dihubungi, Dilan juga sedang me time berdua bersama sang istri. Alasannya sama bulan madu. Apes banget nasib Dilmar, pulang dari tugas bukan mendapat sambutan hangat, melainkan mendapat kenyataan pahit. Kebersamaan dengan Sela harus terbongkar gara-gara Sela yang menyebar foto kebersamaan mereka sendiri pada Vanya.
Dilmar pikir Vanya tidak akan memberitahukan siapa-siapa perihal foto itu, tapi nyatanya kini sang kakak tahu. Kalau sampai papanya tahu, Dilmar akan celaka. Dilmar tahu kemarahan sang papa seperti apa. Papanya pasti tidak akan suka jika mendengar dia pernah dekat dengan seseorang sementara Dilmar sudah menikah dengan Vanya.
"Payah, kalau ketahuan papa, aku bisa diamuk. Bahkan bisa jadi papa menamparku. Untuk meminta maaf sama Vanya, aku harus baik-baikin dia. Aku akan ajak dia bulan madu mumpung saat ini aku cuti," rencananya dalam hati.
Dilmar segera melajukan mobilnya ke rumah. Setelah Vanya pulang, dia akan memberi surprise dengan memberikan dua tiket untuk mereka bulan madu ke Bali. Itu yang saat ini menjadi rencana Dilmar.
Sorenya tepat jam 16.00, Vanya sudah kembali. Deru motornya terdengar dari dalam rumah. Dilmar berjalan sembari merekahkan senyum ke arah pintu rumah.
"Sayang, kamu sudah pulang. Ayo, abang sudah siapkan makan sore untukmu yang spesial." Dilmar meraih lengan Vanya penuh kehangatan dan menariknya menuju ruang makan. Vanya keheranan dengan sikap Dilmar, dalam hatinya berpikir, pasti ini hanyalah sebuah sandiwara Dilmar untuk berusaha meraih hatinya. Vanya tidak akan tergoda, meskipun Dilmar menggodanya dengan berbagai cara.
Sebelum Dilmar benar-benar melupakan perempuan yang bernama Sela, dan sebelum Dilmar mencintainya dengan tulus, Vanya tidak akan percaya dan mudah luluh oleh lelaki di hadapannya ini. Vanya sudah bisa menilai Dilmar masih belum sepenuh hati mencintainya.
"Abang mau apa ajak Vanya menuju ruang makan? Vanya baru datang dan belum memasak." Vanya berkilah. Tapi Dilmar tidak berhenti menarik lengan Vanya menuju ruang makan.
Tiba di ruang makan, Vanya melihat di atas meja makan sudah tersaji berbagai lauk nasi untuk makan. Sebagian memang lauk sisa kemarin yang sepertinya dihangatkan Dilmar, dan beberapa lagi merupakan lauk baru yang mendadak diolah Dilmar.
Sejenak Vanya merasa terharu melihat penampakan di meja makan. Vanya tahu kalau masalah memasak, Dilmar tidak perlu diragukan lagi. Sekedar memasak capcay, sayur sop dan sayurayur yang lain, dia juga mampu. Sebab selama mengenal Dilmar setahun, Vanya tahu bahwa Dilmar pandai memasak. Maka tidak heran, setelah menikah Dilmar tidak menyewa jasa ART, sebab dia pernah bilang bahwasanya pekerjaan rumah bisa dikerjakan bersama. Jika mengenang perkataan Dilmar saat sebelum nikah itu, Vanya merasa terenyuh dan terharu.
"Sudah abang bilang, abang menyiapkan makan sore spesial untukmu, Sayang. Lihatlah, kamu pasti suka dengan makanan yang abang buat," unjuknya merasa bangga karena telah menyiapkan makanan untuk Vanya. Hati Vanya mulai diaduk-aduk perasaan bahagia dan terharu, sejenak ia luluh dengan usaha yang disuguhkan Dilmar. Terlebih saat ini Dilmar kembali memanggilnya sayang dan menyebut dirinya sendiri abang, seakan sedang kembali menghadirkan keharmonisan hubungan yang indah sebelum mereka menikah.
"Jangan-jangan, ini hanya akal-akalan Bang Dilmar agar aku melupakan perbuatannya? Kalau memang Bang Dilmar berjanji tidak akan mengulang perbuatannya, maka aku juga akan luluh. Tapi, jika hanya omong kosong, aku tidak akan terbuai sedikitpun," tekadnya dalam hati.
"Duduklah, kita akan makan sore bersama. Kamu diam, abang yang akan siapkan makanan untukmu. Abang akan layani kamu layaknya tuan putri," ujarnya seraya menarik kursi makan lalu mempersilahkan Vanya mendudukinya. Vanya benar-benar seakan diratukan oleh Dilmar. Namun, Vanya masih pada pendiriannya, dia tidak akan terbuai.
Dilmar sigap meraih piring lalu mengisi dengan nasi dan lauk di atasnya. Kemudian ia letakkan di depan Vanya. Setelah itu dia kembali sibuk meraih gelas di rak dan menuangkan air sirup jeruk ke dalam gelas yang khusus diperuntukkan untuk Vanya. Vanya terharu dan menatap Dilmar apakah ia sungguh-sungguh melakukan itu dengan tulus?
"Silahkan tuan putri," ujar Dilmar seraya menaruh gelas berisi sirup itu di depan Vanya.
"Terimakasih Abang. Tapi kenapa Abang repot-repot? Vanya bisa ambil sendiri," tukas Vanya.
"Sekali-kali abang ingin menyenangkanmu. Tidak apa-apa, bukan?" balas Dilmar sembari gilirannya menuangkan nasi ke dalam piringnya beserta lauk. Mereka kini mulai makan, sesekali Dilmar mengajak Vanya berbincang. Tapi Vanya masih menyikapinya dengan kaku dan penuh hati-hati.
"Ayo, sekarang kita masuk kamar. Aku ada sesuatu kejutan untukmu." Dilmar kembali menarik lengan Vanya menuju kamar mereka setelah mereka selesai makan setengah jam yang lalu.
Di sini, Vanya sedikit menahan kakinya. Vanya takut Dilmar memaksanya, sedangkan dia belum yakin kalau hati Dilmar tulus untuknya. Vanya hanya akan menyerahkan dirinya dengan tulus, kalau Dilmar juga mencintainya tulus.
"Ayo, ikut abang," tariknya tidak bisa dicegah lagi. Terpaksa Vanya ikut dan masuk kamar. Di dalam kamar, Dilmar mendudukkan Vanya di atas sofa. Lalu tanpa Vanya sadari, tiba-tiba bersimpuh seraya memberikan sesuatu di atas paha Vanya.
"Sayang, sebagai permintaan maaf abang, abang memberikan benda ini untuk kamu. Bukalah," suruh Dilmar sembari menatap Vanya agar segera membuka benda yang ditutup rapat dengan amplop.
"Apa ini?"
"Bukalah!"
Vanya membuka amplop itu perlahan, lalu membaca tulisan yang tertera di atasnya.
"Tiket bulan madu ke Bali?" sentaknya kaget.
"Iya, kita akan bulan madu sebagai permintaan maafku. Dan juga sebagai permohonanku supaya kamu jangan sampai katakan sama mama atau papa mengenai foto-foto aku dengan perempuan itu. Abang mohon jangan katakan sama mama, terutama papa. Please," mohonnya sembari mengatupkan kedua tangan di hadapan Vanya.
"Jadi, semua ini Abang lakukan hanya untuk meminta Vanya supaya tidak mengatakan perselingkuhan Abang saat di Papua? Vanya kira Abang melakukan ini untuk berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi," protes Vanya kecewa.
"Iya, itu juga Sayang. Abang janji tidak akan melakukan itu lagi sama kamu," ucanya sembari menatap Vanya penuh harap. Tapi Vanya belum yakin dengan janji Dilmar sebelum Dilmar berjanji atas nama Tuhan.
nyesel atau marah sama Vanya....
lha gmn tidak ..ms Vanya masih kepikiran takut kalau gigi Dilmar ompong ...😁
𝗅𝖺𝗇𝗃𝗎𝗍 𝗒𝖺 𝗄𝖺
ternyata gak kapok ya...🤬🤬🤬