Flower Michelin tak menyangka diusianya yang ke 17 tahun adalah awal petaka baginya.
Hadiah Ulangtahun yang seharusnya indah justru menjadi kado terburuk dalam hidupnya.
Pesta perayaan ulang tahunnya justru menjadi pesta kematian bagi kedua orang tuanya.
Seorang mafia kejam menghabisi mereka yang ia sayangi. Begitupun mahkota yang ia jaga selama ini direnggut paksa oleh bajingan itu.
Dendamnya membara dan membawanya hidup seatap dengan pria bajingan itu, menjadi seorang pembantu.
Akankah ia berhasil membalaskan dendamnya? Atau ia harus jatuh untuk kedua Kalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# Part 35 Mafia AHM
"Aaaargh!" pria itu mengerang kesakitan saat perutnya kembali mendapatkan pukulan telak dari tangan kuat Frederico Patria. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan menabrak body mobilnya sendiri.
Bugh
Satu lagi tendangan dari kaki panjang Frederico Patria mendarat di rahangnya hingga membuat giginya rontok dan mengeluarkan banyak darah.
"Berani kamu menggangu istriku hah?!" geram Frederico Patria dengan satu lagi tendangan bebas ke arah leher John Galliano.
Krek
"Aaargh!" John Galliano mengerang singkat kemudian jatuh ke aspal hitam itu tanpa nyawa lagi di dalam tubuhnya.
Frederico Patria menyeringai kemudian pergi dari sana. Ia memasuki mobilnya dan meninggalkan tempat itu dibawah tatapan melongo sopir pribadi John Galliano.
"Aku sudah sering mendengar tentang pria itu akan tetapi baru kali ini Aku bisa melihatnya secara langsung," gumamnya pelan seraya memandang mobil itu yang semakin menjauh.
"John, Aku sudah katakan padamu untuk tidak mengusik harimau yang sedang tidur," lanjutnya kemudian membawa jenazah pria yang bernama John Galliano ke rumah keluarganya.
Mulai saat ini ia berjanji untuk tidak lagi terlibat dengan dunia berbahaya seperti ini. Ia takut keluarganya di rumah hanya akan menerima jasadnya untuk pulang.
"Berani sekali dia menyentuh Flowerku Hem!" geram Frederico Patria dengan emosi tertahan. Ia sampai memukul setir mobilnya karena masih sangat marah dengan apa yang baru saja terjadi.
Meskipun John Galliano sudah mendapatkan balasan yang setimpal tetapi ia belum juga merasa tenang jika ada yang berniat menggangu keluarganya.
"Flo, kamu hebat sayangku," ujarnya pelan saat melihat bagaimana Flower Michelin melawan pria itu beberapa saat yang lalu.
Gerakan perempuan beranak dua itu begitu lincah dan sangat ringan. Sungguh ia belum pernah melihat istrinya melakukan hal semacam itu.
"Apakah Aku juga akan kamu pukul seperti itu Flo?" tanyanya pada udara di sekitarnya. Ia seolah-olah merasakan Flower Michelin sedang berada di hadapannya.
Tangannya masih berada pada setir dan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba saja ia merasakan ragu lagi untuk pulang ke rumahnya.
"Apakah dendammu masih ada untukku sayang?" tanyanya lagi dengan hati yang terasa nyeri. Ingatan pria itu tiba-tiba berputar membayangkan kembali bagaimana perempuan itu menikamnya berkali-kali waktu itu. Hingga ia mengalami masa kritis di Rumah Sakit sampai berbulan-bulan.
Dan ketika ia bangun Ayahnya datang padanya untuk memintanya menghilang terlebih dahulu sampai Flower Michelin benar-benar bisa menerima keadaan ini dengan baik.
"Flo, Aku merindukanmu sayangku," bisiknya pelan dengan hati berdebar-debar. Rasanya saat ini ia ingin segera sampai ke Rumahnya dan menemui istri dan anak-anaknya. Akan tetapi ia harus memastikan sesuatu terlebih dahulu pada George sang asisten.
🌺🌺🌺
George merutuki dirinya sendiri yang mau saja terpengaruh akan perkataan Maggie Smith saat itu. Dan sekarang disinilah ia, duduk di depan bartender dengan menghadapi segelas minuman beralkohol yang sudah lama ingin ia hindari.
"Sial!" geramnya seraya memukul meja di hadapannya. Kembali pria itu menatap penanda waktu di pergelangan tangannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan ternyata dokter perempuan yang katanya akan berkencan dengan dokter Gerald Ford itu belum juga menampakkan batang hidung mereka di Club itu.
"Apa mungkin mereka mendatangi tempat lain?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ah ya, sudah tengah malam begini mereka mungkin sedang bersenang-senang dan saya sendiri di sini. Oh Sial!" geramnya semakin marah dengan keadaan yang terjadi. Pria itu segera meninggalkan tempat itu dengan tujuan tidak jelas.
Untuk mengobati kekesalannya pada Maggie Smith ia berkeliling kota sendirian. Menyusuri jalan-jalan yang masih sangat ramai oleh muda-mudi yang berpesta di pinggir jalan dengan memutar musik-musik keras.
Setelah itu mobilnya pun membawanya ke Rumah dokter perempuan itu. Lama ia duduk di dalam kendaraannya dan mengawasi tempat itu dari jauh. Rumah mewah itu juga tampak sepi.
"Aaargh!" George memukul setirnya dan meraup wajahnya kasar. Ia benar-benar merasa seperti orang bodoh saat ini. Menjadi pria pecundang yang tidak mampu menyatakan perasaannya sendiri pada gadis itu. Dan sekarang Maggie Smith telah diambil oleh dokter itu.
"Oh Sial!" kembali ia mengumpat dengan hati yang masih sangat kesal. Rasa sesal semakin menggerogoti hatinya. Akhirnya ia menghidupkan mesin mobilnya dan bersiap untuk pergi dari sana.
Tok
Tok
Pria itu tersentak karena kaca mobilnya ia rasakan diketuk dari luar. Ia pun mematikan mesin mobilnya. Ia begitu kaget karena di luar sana ada Maggie Smith sedang berdiri dengan menatapnya dengan tatapan tanya.
"Saya kebetulan lewat Mag," ucapnya dengan maksud menjawab tatapan tanya perempuan itu.
"Dan kamu tidak bersedia untuk mampir George?" tanya gadis itu dengan melipat tangannya didadanya.
"Apakah masih sopan bertamu di tengah malam seperti ini?" tanya pria itu lagi dan berhasil mendapatkan tatapan tajam dari perempuan cantik di hadapannya.
"Kalau begitu pergilah! Aku tidak pernah bertemu dengan pria yang tidak punya rasa peka seperti dirimu!" balas Maggie Smith dengan menghentakkan kakinya kemudian berlari ke dalam Rumahnya.
George tersenyum samar kemudian turun dari mobilnya. Ia mengikuti langkah perempuan itu dengan cepat sebelum ia mengunci pintu Rumahnya.
"Jadi saya boleh bertamu?" tanyanya saat ia sampai di dalam Rumah itu. Maggie Smith kembali mendengus kesal karena pria itu benar-benar tidak ada rasa romantis sedikit pun.
"Terserah!" jawab perempuan itu dengan wajah yang masih kesal.
"Bagaimana kabar Gerald Ford, teman kencanmu itu?"
"Oh jadi kamu berpura-pura melewati Rumahku hanya ingin tahu Aku benar-benar berkencan dengan dokter tampan itu George?" Maggie Smith menatap George dengan senyum yang la tahan.
"Tidak. Saya kesini karena hanya kebetulan lewat dan ingin tahu kamu sudah tidur atau belum." George masih bertahan untuk tidak mengakui perasaannya kalau ia sangat tidak suka perempuan cantik itu berhubungan dengan Gerald Ford.
"Hum, baiklah Tuan George. Kalau begitu Aku akan memberi tahu padamu satu hal," ujar Maggie Smith dengan tubuh ia dekatkan ke arah George.
"Aku baru saja berkencan dengan Gerald Ford yang sangat romantis itu," lanjut perempuan itu dengan wajah yang sangat bahagia.
"Maggie!" Tanpa sadar pria itu langsung meraih pinggang Maggie Smith dan mencengkeramnya sangat kuat.
"Saya tidak suka kamu mengatakan itu Mag!" lanjut George kemudian menatap tajam perempuan yang sudah tidak berjarak dengannya itu.
"Kenapa George?"
🌺🌺🌺
*Tobe Continued.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
klo yg cwo cocok umur 32 ganteng yamvan