NovelToon NovelToon
My Lovely MUA

My Lovely MUA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya
Popularitas:93.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sage Green92

Briana Micella mendadak menjadi seorang MUA (Make Up Artist) idola para model, artis maupun istri pejabat di negaranya. Bukan tanpa alasan Briana menjadi idola, sebelumnya dia terpaksa menggantikan ibunya yang juga berprofesi sebagai MUA senior profesional yang sedang sakit. Banyak sekali kejutan-kejutan menghampiri Briana di saat dia sedang melakukan tugasnya. Termasuk mendapat seorang klien model terkenal, mirisnya model itu adalah calon istri dari masa lalunya yang belum usai; Nevan Xaquil, mantan kekasih Briana saat duduk di bangku SMA.
Akankah Briana goyah kembali setelah Nevan datang kembali di kehidupannya ? Sanggupkah Briana bekerja secara profesional jika selalu berhubungan dengan masa lalunya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sage Green92, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35.

“Kalian nggak jalan-jalan kok sudah sampe lobby?” tanya Nevan kepada keempat rekannya.

“Jamnya mepet, Pak,” jawab salah satu pengacara berpakaian necis, rambut klimis dan membawa tas jinjing berisi dokumen-dokumen tersebut. Kumisnya agak tebal. Namanya Bara.

Nevan manggut-manggut. Nevanpun tak kalah necis, sepatunya licin mengkilat, rambutnya rapi, badannya tegap memakai kemeja warna biru laut, lengan bajunya ia gulung setengah. Ia menyugar rambut ke belakang menggunakan kelima jarinya. So Cool!

Sebuah mobil warna hitam berhenti tepat di depan lobby, Nevan dan rombongannya segera naik ke dalam. Mobil itu kemudian berangkat ke tujuan.

Di satu sisi, Briana nampak tergopoh-gopoh berjalan sesekali melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 19.15. Briana menunggu taksi online di depan lobby hotel yang sudah dipesannya tadi lewat aplikasi.

Tak sampai 10 menit, taksi online-nya pin datang. Briana segera masuk sebelum telat. Baru saja dia mendudukkan bokong di jok mobil, benda pipihnya berdering membelai telinga.

Nyonya Calling...

Briana segera mengatur nafas pelan-pelan. Melihat nama yang terpampang di layar.

“Ha—”

Belum sempat dia menjawab, Aisha sudah terlebih dulu bicara dengan kecepatan 100km/jam. “Na! Udah otw belum ?”

Briana mendengus kesal. “Lagi di mobil.”

“Mobil ? Mobilnya siapa ?”

“Taksi online, Mah.”

Aisha tertawa bahagia di seberang sana. “Orangnya udah nanyain, yaudah mamah kabarin orangnya dulu kalo kamu udah berangkat.”

“Orang siapa sih ?”

Sebelum Aisha menjawab, suara itu berubah menjadi suara laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Steven, tumben sekali papahnya itu ikut nimbrung saat Briana berbicara dengan Aisha, batin Briana dalam hati. “Na, kamu dandan cantik nggak ?”

Dahi Briana berkerut, tak mengeri apa maksud Steven. “Ma-maksud papah apa ?”

“Nggak ada maksud! Yaudah papah tutup dulu, i love you, Nak!”

Tut! Sambungan telfon diputus begitu saja oleh Steven. Briana sedikit penasaran, akan kelakuan kedua orang tuanya tersebut. “Kayak ada yang aneh nggak sih ?”

“Mbak, bener kan ini rumahnya ?” tanya sang supir taksi online kepada Briana.

Briana yang masih terjebak di dalam lamunannya itu terhenyak saat supir itu bertanya. “Oh.. Bentar aku turun ya buat tanya, Pak.”

Briana lalu turun, dan melongok pada rumah bergerbang coklat namun full tertutup. Otomatis tidak nampak terlihat di dalam. Briana kemudian menemukan sebuah benda terpasang di sisi kiri gerbang. Nampak seperti bel, tapi seperti ada alat satu lagi berbentuk kotak ada lubang kecil-kecil. Briana kemudian memencet tombol bel berwarna putih tersebut. Tiga kali pencet, Briana baru bisa tersambung dengan sebuah suara laki-laki.

Klik! Suara bariton menjawab bel tersebut.

“Ada yang bisa kami bantu, Ibu?”

Briana menulan ludahnya dalam-dalam. “Ah saya, Briana mau bertemu dengan .... Dengan—”

Gadis itu nampak berusaha mengingat-ingat nama orang yang Aisha berikan kepadanya.

“Apa betul ini kediaman Bapak Micella Abraham ?”

“Maaf yang betul Bapak Michael Abraham, Ibu. Apakah sudah membuat janji temu?”

Briana mengelus dada, “Sabar ... Mau ketemu sama orang kaya mesti sabar.”

“Bilang saja saya MUA dari Jakarta, Pak.”

“Baik akan saya sampaikan, silahkan menunggu terlebih dahulu.”

Briana tampak lega, bahwa dia sudah sampai di kediaman Michael Abraham. Briana lalu memberi tahu kepada supir taksi yang sedari tadi menunggu, bahwa itu benar rumah yang Briana ingin kunjungi. Dari pada Briana bolak-balik memesan taksi, dia memutuskan untuk menyewa taksi tersebut sampai nanti urusannya selesai.

Beberapa saat menunggu, gerbang akhirnya terbuka. Mata Briana auto terbelalak saat melihat isi dalam rumah mewah dan megah tersebut. Jalan membentang lurus masuk ke dalam rumah. Lalu, kanan kiri ada taman yang banyak tumbuh tanaman hijau. Langkah kakinya terayun masuk menuju ke dalam. Dia diantar oleh salah seorang penjaga berbaju serba hitam. Telinganya tersumpal earphones.

Saat dia mengagumi betapa megah rumah bak istana itu, tiba-tiba langkah kakinya tercekat. Berhenti mendadak sehingga menubruk tubuh kekar si penjaga tambun itu.

“A-aduh, maaf, Pak. Sa-saya nggak sengaja,” ucap Briana meringis. Dia bersembunyi di belakang pria penjaga itu. Matanya menyorot tajam ke arah pria gagah, berwajah tampan, dan empat orang lainnya turun dari sebuah mobil mewah.

Jantung Briana kemudian berdesir hebat, tangannya gemetar, kakinya tiba-tiba kaku tak bisa digerakkan. Briana lalu berlari ke arah taman, bersembunyi di balik semak-semak belukar.

Penjaga itu melirik Briana tak mengerti. Lalu beralih kembali kepada rombongan yang sudah masuk duluan ke dalam rumah.

“Ada apa, Mbak?” tanya penjaga itu sambil menggaruk tengkuknya.

Briana berjongkok, supaya tidak ketahuan Nevan! Tubuhnya tertutup sempurna di semak-semak taman. “Apa orang-orang tadi sudah masuk semua?”

Penjaga itu manggut-manggut. “Sudah, mari saya antar ke dalam.”

Briana dengan cepat keluar dari semak-semak itu lalu menarik lengan penjaga yang kekar itu. “Pak! Jangan masuk!” titah Briana memohon.

Penjaga itu semakin bingung akan tingkah Briana yang aneh. “Lalu mbak maunya gimana ?”

“Apa tidak ada pintu belakang, atau selain pintu utama itu, Pak ?” tanya Briana lalu menunjuk ke arah pintu berukuran besar yang terbuat dari kayu jati kokoh.

Penjaga itu mengernyit heran. “Ba-baik, saya akan hubungi yang di dalam.”

Briana meletakkan jempolnya ke arah penjaga itu. Dengan senyuman super duper ramah. Setelah beberapa detik, Briana mengekori langkah panjang penjaga itu untuk sampai ke pintu belakang yang langsung terhubung dengan dapur. Sampai disana, dia bertemu langsung dengan pemilik rumah bak istana itu.

“Maaf, Ibu ternyata ada disini. Kebetulan ada tamu dari Jakarta lewat pintu belakang,” ujar penjaga itu.

Wanita yang masih nampak muda itu menoleh ke sumber suara. Disana, di belakang sana Briana bersembunyi sambil tertunduk malu.

“Kenapa kok lewat belakang ?” tanya wanita itu anggun. Wajahnya cantik jelita. Tubuhnya ramping, kulitnya putih bak porselen.

Briana mengintip dari balik tubuh tambun si penjaga tersebut. Dia tersenyum canggung, meringis malu. “Silahkan Mbak, itu ibu Michael. Saya tinggal dulu, Bu. Permisi.”

Setelah penjaga tambun itu pergi, Briana sedikit malu-malu melangkah ke arah wanita jelita itu. Wanita itu sedang mengambil sesuatu di dapur.

“Duduk sini, nama kamu siapa ?” tanyanya, lembut.

Briana langsung terkesiap. Dia tersenyum simpul, lalu sedikit mendekat ke arah wanita jelita itu. Duduk di kursi ruang makan bersama wanita itu.

“Hai, namaku Sierra. Istri Michael Abraham,” sahut wanita itu ramah. Sambil mengulurkan tangannya ke arah Briana.

Briana tertegun menatap Sierra. Lalu membalas memperkenalkan diri. “Saya Briana Micella, MUA dari Jakarta.”

Mata Sierra kemudian membola, “Anaknya Steven dan Aisha bukan ?”

“Iya, Tante.”

“Cantik seperti Aisha, aku tidak tahu kalau kamu akan datang. Kalau begitu, ayo aku kenalkan dengan suamiku.”

Briana langsung terjingkat kaget! Menulan ludah dalam-dalam. Dia langsung berdiri dan menahan tangan Sierra agar tidak beranjak pergi menemui suaminya. “Ng-nggak usah tante, saya cuma ingin sebentar saja kesini. Emm.. I-itu punggung saya sedikit nyeri, hehe.”

Briana tersenyum canggung. Menatap sendu Sierra yang menahan tawanya. “Ah, sudah diobati ?” tanyanya sangat perhatian.

Briana menggeleng. “Kita berbincang disini saja ya, Tante.”

Sierra manggut-manggut. Kemudian dia duduk di samping Briana. Menawarkan secingkir teh hangat untuk diminum Briana. Merekapun berbincang tentang gaya makeup untuk acara besok malam.

“Saya tidak suka makeup terlalu bold, Briana pasti tahu kan maksud tante ?” tanyanya dengan senyuman manis menggetarkan kalbu.

“I-iya, Tante. Saya tahu, berapa yang akan dimakeup besok ?”

“Tiga orang sudah termasuk sama tante,” sahut Sierra.

“Kalau begitu jam tiga sore harus sudah siap ya,” timpal Briana.

Setelah beberapa waktu berbincang, Briana lalu pamit. Sebelum dirinya pamit, dia terlebih dulu mengecek keadaan di luar rumah. Matanya menatap tajam mobil hitam yang masih terparkir sempurna di tempat parkir. Aman, batinnya.

“Permisi, Tante.”

Briana mengayunkan langkah kakinya untuk keluar ke halaman depan. Tak disangka Briana melihat Nevan keluar dari pintu rumah kediaman Michael. Untungnya, sebelum menuju ke arah mobil, Nevan masih berbincang dengan sang pemilik rumah.

Briana yang gugup langsung lari terbirit-birit ke depan pintu gerbang. Michael yang menyadari langsung mendelik melihat seorang gadis itu berlari keluar disangka maling.

Briana langsung mengibrit berlari kencang hingga sampai ke depan pintu gerbang.

“Pencuri ya itu!” teriak Michael kencang. Otomatis Nevan menoleh ke arah gerbang. Sayangnya, Nevan tidak melihat jelas siapa yang dimaksud pencuri oleh Michael.

Briana memohon kepada penjaga bertubuh tambun itu untuk segera membuka pintu gerbang. Karena dia sudah takut akan ketahuan Nevan. Setelah berhasil keluar, Briana segera naik ke taksi yang sudah dia sewa beberapa jam kedepan.

Sierra yang panik mendengar teriakan Michael karena ada pencuri, langsung menyusul suaminya ke depan pintu rumah. “Mana pencurinya ?”

Sierra celingak-celinguk meneliti semua. “Nggak ada!”

Michael menggeleng. “Tadi keluar dari pintu samping, lari kesana.” tunjuk Michael ke arah gerbang.

Rombongan Nevan terlihat cengo melihat Michael seperti orang kebingungan. Sierra tertawa cekikan, pasti yang dimaksud Michael itu adalah Briana. “Ah itu tadi tamuku.”

Mereka terdiam, dan kompak tertawa nyengir.

1
Lies Atikah
ah cangkeul thor kapan bersamanya
Lies Atikah
jangan lembek bri melawan lah
Imam Kambali S. Ped
yup cepat lanjut
Lies Atikah
yang tegas atuh Bri sama Nepan kok mau aja dileceh kan udah gak punya harga diri yah s nevan ingat si nevan udah tunangan coba buka hati sama Reno kalau ga bisa berteman aja buat si natan cemburu jangan jadi lembek
Imam Kambali S. Ped
tenang dibawa nevan
Herlina
Luar biasa
Surati
bagus
Fidia K.R ✨
Aku udah mampir di ceritanya ka thor yaa😉 Overalls aku suka jalan cerita nya👍🏻
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
maaf kak baru mampir, awal cerita yg luar biasa semoga seterusnya ceweknya gak melow jgn mau ditindas trs sm cwok 👍👍👍😍😍😍😍😍
վմղíα | HV💕
nyimak thor mampir juga keceritaku
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
Jangan lupa baca karya terbaru Author dengan judul Cinta Yang Lain ya... 🥰
©h♦©♦
Otw ikut kak!
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
kak ak mampir ya
tina yusuf
akur ceritanya bagus ,suka
tina yusuf
briana jangan mau di perlakukan begitu putusin aja
Widya Tutik
keren
🌕🌊🍁🪷
jangan lupa minta daddy nevan belikan pabriknya sekalian boy
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐: Pabrik thomas and friends 😅😅
total 1 replies
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
Hi kak Elna, akan ada extra chapter dan next ada kejutan lagi..

Jangan lupa subscribe supaya kalau aku update bisa kelihatan di kakak. ☺😘
Elna Nur
ini serius end thor🥺
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
judulnya kok gda kak?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!