Menceritakan kisah seorang gadis malang bernama Anggrek. Gadis yang tak pernah diharapkan kehadirannya oleh siapapun termasuk ibu kandungnya sendiri.
Bahkan, gadis itu tidak mengetahui dimana keberadaan ayah kandungnya karena sang ibu selalu saja mengatakan jika ayahnya telah meninggal dunia. Bukan hanya keluarganya yang hancur, Anggrek harus menerima pahitnya kehidupan setelah masa depannya direnggut paksa oleh karyawan sang paman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Usai bertemu dengan Haikal, Anggrek memilih untuk pulang dan kali ini ia memilih rumah Susi untuk berteduh dan mengistirahatkan diri.
Pulang kerumah Indra tidak lah baik untuk dirinya. Ia takut bertemu dengan pria bajingan itu. Anggrek takut kejadian malam itu akan terulang kembali.
Tok
Tok
Tok
Anggrek mengetuk pintu rumah Susi dan tak lama pintu itu terbuka.
"Anggrek," ucap Delia ketika melihat Anggrek didepannya.
"Aku boleh masuk gak kak?" tanya Anggrek yang dibalas anggukan oleh Delia. Gadis itu mempersilakan Anggrek masuk dan kembali menutup pintu.
"Siapa yang datang Del?" suara Susi terdengar nyaring dari dapur.
"Anggrek, ma." ucap Delia berjalan menghampiri Susi diikuti Anggrek dari belakang.
"Ngapain kamu malam-malam kesini?" tanya Susi yang masih sibuk dengan adonan kuenya.
Anggrek tersenyum kecil, "Kangen sama rumah ini ma." ucap Anggrek yang dibalas anggukan kecil oleh Susi.
"Mama lagi bikin apa?" tanya Anggrek basa basi.
"Kue bolu." singkat Susi.
"Mau aku bantu ma?" tawar Anggrek.
Susi melihat sekelilingnya, "Bantu cuci piring aja, piring kotor banyak soalnya." ucap Susi membuat Anggrek kembali tersenyum kecut.
Ia bermaksud membantu bikin kue bukan cuci piring. Lagian kenapa piring kotor masih banyak? Apa Delia tidak mencucinya? Apa kerjaan gadis itu dirumah ini? Kenapa ia manja sekali.
Mau tak mau Anggrek berjalan menuju piring kotor dan mulai mencucinya. Piring kotor itu lumayan banyak untuk rumah yang diisi dengan tiga orang saja.
Usai mencuci piring Anggrek berjalan menuju Susi dan kembali duduk didepan wanita itu. Susi masih sibuk dengan adonannya sedangkan Anggrek masih memperhatikan Susi dengan seksama.
"Anggrek..." panggil delia dari ruang keluarga.
"Iya, ada apa kak?" tanya Anggrek.
"Ambilin kue bolunya tiga dong! Gue laper nih." ucap Delia membuat Anggrek menarik nafasnya jengeh.
"Ma, kak Delia minta bolunya tiga, ada gak ma?" tanya Anggrek pada Susi.
"Ambil aja di meja makan, kamu kalau mau ambil aja disana tapi jangan banyak-banyak. Itu khusus Delia soalnya." ucap Susi memperingati bahwa bolu itu ia buat hanya untuk putri tersayang nya.
Lagi, lagi Anggrek kembali tersenyum kecut mendengarnya hal itu. Perbedaan antara dirinya dan Delia sangat terlihat jelas dirumah ini.
"Ini kak." Anggrek memberikan tiga potong bolu coklat pada Delia. Gadis itu sedang asik menonton tv yang menampilkan siaran India.
"Makasih, Nggrek." ucapnya tanpa melirik Anggrek sedikitpun.
Anggrek berjalan ke kamarnya dan menganti baju seragamnya dengan baju rumah. Untung saat pindah kerumah Indra, ia tak membawa semua bajunya jadi ia masih bisa menggunakan baju pribadinya dirumah Susi. Bayangkan kalau Anggrek harus meminjam baju Delia yang ada Susi marah dan membandingkannya lagi. Anggrek tak sanggup harus mendengar hal semacam itu.
Ia tau bahwa dirinya bukan anak kandung Susi tapi Anggrek juga ingin mendapatkan hal yang sama dengan Delian. Anggrek bukan anak yang lahir dari rahim Susi tapi Anggrek merupakan anak yamg lahir dari rahim adik kandung Susi. Darah Susi juga ada ditubuh Anggrek.
"Anggrekkkk.." lagi- lagi suara Delia terdengar memanggil dirinya. Anggrek semakin kesal dengan sikap saudaranya itu.
"Sabar, Nggrek, jangan cari masalah dirumah ini." monolog Anggrek seraya berjalan malas menghampiri Delia.
"Ada apa kak?" tanyanya malas.
Delia kini tengah tiduran disofa seraya menonton tv dengan beberapa cemilan disekelilingnya.
"Tolong ambilin air dong, Nggrek! Air putih sama sirup ya." ucap Delia.
Lo punya kaki kak! Kenapa selalu nyuruh-nyuruh gue? Manja banget' batin Anggrek.
Anggrek berjalan malas menuju kulkas dan mengambil apa yang diperintahkan tuan putri dirumah ini.
"Nih kak!" ucap Anggrek ketus seraya meletakkan minuman itu diatas meja.
"Makasih, Nggrek." ucap Delia seraya meneguk air itu.
"Eh, Nggrek, gue ada kuaci dilaci meja belajar, tolong ambilin dong." ucapnya tanpa dosa.
Anggrek memutar bola matanya malas dan berjalan menuju kamar mengambil kuaci yang diminta Delia.
"Nih." ucap Anggrek.
"Deliaaa, bantu mama nak! Tolong cuciin piring kotor ini nak, mama, udah selesai bikin kuenya." seru Susi dari dapur.
"Anggrek aja ma, perut aku sakit." ucap Delia.
"Kok gue kak? Tadi gue juga udah nyuci piring dibelakang." ucap Anggrek tak terima.
"Baru nyuci piring, Nggrek. Lo lupa jasa mama sama lo?" ucap Delia.
"Mama, nyuruhnya kakak, kenapa kakak bawa-bawa gue?"
"Anggrek aja ma, perut aku sakit." ucap Delia tak menghiraukan Anggrek.
"Anggrek, tolong cuciin piring ini dong! Mama, udah selesai nih. Mama, mau istirahat." ucap Susi.
Anggrek benar-benar muak melihat tingkah Delia. Kakaknya ini memang kelewatan batas. Ia seenaknya bersikap seperti itu pada dirinya.
Keesokan harinya Anggrek kembali kerumah Indra karena memang hari ini ia meminta izin untuk tidak memasuki kelas. Kejadian di rumah Eliana dan percobaan bundir malam itu membuat ia sangat menyesal.
Lagi dan lagi rasa penyesalan itu datang menghampiri rongga otaknya yang meruntuki kebodohan itu. Karna kejadian itu ia harus menerima Kenyataan kalau ia memiliki hutang budi dengan Haikal.
Pria yang sebenarnya tidak begitu ia kenal.
Ayolah, Anggrek tak ingin memiliki keterikatan dengan siapapun yang hanya membuat geraknya semakin sempit.
Bagaimanapun, Anggrek harus membalas kebaikan Haikal. Apapun caranya.
Kini Anggrek telah berada di rumah Indra. Rumah itu tampak kosong karena penghuni rumah pergi bekerja dan anak-anak Indra juga bersekolah.
Anggrek berjalan menuju kamar dan menganti bajunya. Entah bagaimana caranya seseorang kini masuk kedalam kamar Anggrek dan mengunci pintu kamar itu lalu kuncinya dibuang kesembarang tempat.
Anggrek masih belum menyadari kehadiran orang tersebut. Ia terus membuka pakaiannya hingga menyisihkan pakaian dalam berwarna putih transparan.
Pria itu memeluk Anggrek dari belakang dan menciumi tekuk leher Anggrek membuat Anggrek terkejut dan berbalik menatap pria itu.
Manto, ia adalah Manto. Karyawan Indra. Pria itu masuk tanpa izin Anggrek dengan cepat Anggrek berlari menuju pintu dan ternyata pintu terkunci.
Shit! Kenapa bisa terkunci? Anggrek kembali menatap Manto seraya bertanya bagaimana pintu kamarnya bisa terkunci dan dimana Manto bisa mendapatkan kunci kamar miliknya.
Setau Anggrek kunci kamarnya ada ditas sekolah dan tas itu setiap hari ia pakai kesekolah. Mendengar pertanyaan Anggrek Manto hanya tersenyum licik sembari berkata bahwa ia telah meduplikat kunci kamar milik Anggrek dan itu sontak membuat Anggrek membelalakan matanya tak percaya.
Anggrek masih berusah membuka pintu itu seraya berteriak bermaksud ada orang yang akan melecehkannya. Menolongnya namun, nihil tidak ada satu orang pun yang bisa membantunya.
Manto berjalan menuju meja belajar Anggrek dan mengatur ponsel miliknya diatas sana dengan memainkan rekaman video. Usai menata ponselnya Manto berjalan menuju Anggrek dan menarik paksa Anggrek mendekatinya dengan sekuat tenaga Anggrek melawan tapi tak bisa. Manto sangat kuat dan agresif. Sepertinya ia telah dipenuhi nafsu birahinya.
Ia membanting Anggrek diatas ranjang dan mengikat kedua tangan Anggrek diujung kasur. Manto melorotkan semua pakaian Anggrek dan Anggrek hanya bisa berdoa berharap bantuan datang padanya namun nihil. Manto berhasil merusaknya dengan barang bukti yang ada diponselnya.
Tanya sama Manto apa yang dia lakukan sama Anggrek ya...
Jam menunjukan pukul dua siang. Manto baru mengakhiri perbuatannya yang ia mulai jam 10 pagi. Bayangkan berapa lama ia menikmati tubuh Anggrek.
Anggrek tampak tak berdaya diatas kasur dengan wajah yang sangat kacau dan beberapat bekas gigitan dilehernya. Air mata Anggrek tak kunjung berhenti, tangannya masih diikat diujung kasur.
Manto berdiri dan kembali memakaikan baju dan celananya seraya berjalan menuju meja belajar dan mengambil ponsel miliknya tak lupa ia menyimpan video itu. Manto melihatkan rekaman itu pada Anggrek dan Anggrek hanya mampu merespon dengan air mata.
"Turuti semua permintaanku! Kalau tidak video ini akan aku sebar. Layani aku ketika aku butuh!" ucap Manto diakhiri dengan mencium bibir Anggrek sekilas.
Anggrek membuang wajahnya dari Manto. Pria bajingan itu keluar dengan senyum penuh kemenangan, sebelum ia keluar ia melepaskan ikatan tangan Anggrek dan berlalu pergi dari kamar itu.
Anggrek menangis sesegukan dan menepuk-nepuk dadanya yang sesak. Ia benar-benar kehilangan kehormatannya dan itu direbut paksa oleh pria berkepala empat. Sungguh menjijikkan sekali prilaku pria itu.
Hancur, Anggrek bukan lagi seorang gadis. Hari ini kehormatannya hilang.
Malam harinya Anggrek memilih untuk tidur karena terasa sangat lelah. Namun, baru saja ingin memejamkan mata sebuah tangan menempel dibagian dadanya sontak membuat Anggrek menepis tangan itu dan membuka matanya ternyata Manto tidur disebelahnya.
"Mau ngapain kamu?!"
Anggrek menatap Manto garang, sedangkan Manto hanya tersenyum dengan penuh gairah.
"Layani saya! Cepat, buka pakaianmu!" titah Manto yang ditolak oleh Anggrek.
Anggrek menolak permintaan Manto dan lagi-lagi Manto mengancam dirinya dengan video tadi siang. Manto melempar Anggrek keatas kasur dan mengikat tangan Anggrek diujung kasur serata menyumpal mulut Anggrek agar tak berteriak.
Manto mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku celananya. Anggrek menggeleng mendapati alat aneh itu.
Tanya sama Manto alatnya mau diapain ya...
Jam menujukan pukul satu malam. Puas dengan Anggrek, Manto kembali ke kamarnya sedangkan benda itu belum ia lepas dari Anggrek.
Tangan Anggrek juga belum ia lepas. Ia meninggalkan Anggrek tanpa sehelai benang dengan tangan yang terikat dan alat yang masih terpasang dengan sengaja, tak lupa mulut yang tersumpal kain. Manto memberikan kecepatan yang paling tinggi.
Anggrek sangat kelelahan.
Sungguh biadab pria itu.
Manto keluar dari kamar Anggrek dan kembali mengunci pintu kamar itu dari luar.
Orang rumah itu taunya Anggrek masih menginap dirumah Susi jadi mereka tidak menanyakan tentang Anggrek lagi.