Pria, 30 tahun. keturunan gelap dari pewaris utama klan, terpaksa menikah untuk memangkas opini keluarga tentang kehidupannya dan demi kesepakatan-kesepakatan lainnya demi menjaga kehormatan klan.
"Bagian mana dari tubuhku yang membuatmu tak pernah berselera untuk menyentuhnya," protes Dorrota sambil menanggalkan seluruh pakaiannya.
"Aku bukannya tak berselera, tapi..."
"Jadi benar kabar yang kudengar, kamu memiliki wanita lain. Ah, bukan! tapi Pria lain!"
"Aku tidak peduli apapun yang kamu pikirkan, kesepakatan tetaplah kesepakatan. Ingat batasanmu!" ucap tegas Math Male meninggalkan Dorrota yang terisak dalam kemarahan dan kekecewaannya.
mampukah Dorrota mengambil hati Math Male?
ataukah Math Male akan menemukan hati yang lainnya?
.......
Hallo reader, karya ini hanya berdasarkan imajinasi author sepenuhnya. jika ada kesamaan nama tokoh, latar atau kejadian, hanya merupakan kebetulan yang tidak disengaja.
selamat membaca,
Salam, author Yoshua,
Semoga Semua Bebahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 16
Mesh Mayya tak mempedulikan panggilan keras Miltus. Ia terus berlari semakin cepat.
"Hei! Setidaknya katakan kau mau kemana?!!" Miltus mulai mencapai Mesh Mayya.
"Ibuku tadi pamit ke desa untuk membeli beberapa kain untuk adikku," msahut Mesh tanpa memperlambat langkah kakinya.
"Hentikan! Bahaya!" Miltus berhasil meraih lengan Mesh.
Namun Mesh meronta tak ingin berhenti. "Lepaskan aku, aku harus membawa ibuku kembali!"
"Tidak! peperangan di sana mengerikan nona, biarkan kami yang menyelesaikannya." salah satu anak buah Miltus menyahut.
Mesh Mayya terisak mengingat sang ibu. "tapi aku harus memastikan ibuku baik-baik saja!" Mesh kembali berlari, kali ini semakin cepat dan membuat Miltus sedikit kewalahan.
"Dia wanita apa, kenapa larinya begitu cepat sekali?" ujar salah anak buah Miltus terheran.
Mesh Mayya memang pelari handal. Ia memiliki tenaga kuat dan pengaturan nafas yang baik. Hal itu karena sejak kecil ia terbiasa diajak sang ayah untuk berlomba lari saat pagi hari.
Sesampai di pinggir gerbang desa, langkah Mesh Mayya terhenti. Tubuhnya membatu, terpaku melihat pemandangan desa yang sangat mengerikan. Perang seperti apa yang telah membuat desa begitu kacau. Mayat-mayat bergelimpangan di tanah di seluruh areal desa. Noda dari cipratan darah tercecer diseluruh tempat.
Miltus menghampiri Mesh Maya, meraih tubuh Mesh, lalu membalikkannya dan mendekapnya dengan erat agar Mesh tak semakin terpukul dengan pemandangan tak pantas itu.
"Jangan menatapnya. Tutup matamu dan atur nafasmu perlahan, tarik perlahan lalu buang dengan cepat." Miltus menggertakkan gigi-giginya, geram dengan pemandangan penuh darah di depan matanya.
Sedangkan Mesh Mayya mulai terisak, dalam ingatannya, terlintas teduhnya senyum sang ibu saat tadi berpamitan sambil melambaikan tangan. Mesh masih berusaha berpikir positif, semoga ibunya hanya sedang bersembunyi di suatu tempat.
Anak buah Miltus menyebar menyelidiki apa yang terjadi di seluruh desa, sedangkan Miltus masih berusaha menenangkan Mesh Mayya.
"Aku antar kamu kembali ke camp. Akan aku cari ibumu untukmu, percayalah." Miltus masih berusaha menenangkan Mesh yang masih terisak dengan kedua tangan menutup wajah dalam pelukan Miltus.
"Tidak, aku akan ikut mencari ibuku. Aku yakin ibuku bersembunyi di suatu tempat." Mesh Mayya menarik diri dari pelukan Miltus, lalu membenahi wajahnya. "Maaf aku tadi hanya syok."
"Kamu yakin sudah membaik? Kita tidak tahu bagaimana situasi di tengah desa, bisa saja lebih mengerikan. Kamu yakin sanggup?" Miltus meragukan keteguhan hati Mesh Mayya.
"Tidak ada pilihan. Aku harus menemukan ibuku," jawab tegas Mesh Mayya kali ini.
Miltus memimpin langkah Mesh Mayya, melewati banyaknya jasad-jasad dengan luka tembak di sembarang tempat. Desa sungguh sepi, tak ada pergerakan apapun, seakan tak ada lagi kehidupan di sana.
Semakin menelisik ke dalam desa, situasi semakin mencekam, bau mesiu masih menyengat menusuk indra penciuman, bercampur baur anyir darah, membuat bergidik bagi siapapun yang menyaksikan langsung.
"Kenapa tak terdengar sedikit pun ada keributan separah ini?" ucap Miltus sambil terus melangkah perlahan diikuti Mesh Mayya dibelakangnya.
"Aku rasa mereka memakai senjata khusus yang bisa meredam suara tembakan. Perhatikan semua jejak tembakan tepat sasaran ke areal vital yang bisa sekali bunuh," sahut anak buah Miltus menunjuk pada beberapa jasad.
"Kepala, dada kiri menembus jantung, punggung kiri menembus jantung, leher." Yang lain juga menyahut.
"Senjata seperti apa kira-kira?" Miltus berpikir sambil membandingkan pistol miliknya.
DOR!!
Terdengar sekali suara tembakan sangat lemah, dari arah yang tak mereka duga, tepat mengenai salah satu anak buah Miltus.
"Tembakan dari arah jam 11!" seru salah satu anak buah Miltus.
Menyadari ada bahaya, mereka merunduk bergerak cepat mencari tempat untuk berlindung. Miltus menarik Mesh Mayya masuk ke dalam sebuah rumah yang hampir sebagian dinding kayunya telah koyak oleh bekas tembakan.
"Tetap menunduk, jangan bergerak sama sekali. Aku masih tidak tahu musuh seperti apa dan senjata apa yang mereka gunakan." Miltus berusaha melindungi Mesh.
Baku tembak pun terjadi, meski senjata anak buah Miltus hanya pistol revolver yang menggunakan peluru kaliber 44 namun berkat keahlian penggunanya, pistol ini dapat menempuh jarak tembakan kira-kira 200 yard.
"Tutup telingamu dan tetaplah di sini, aku harus membantu anak buahku." Miltus meninggalkan Mesh Mayya yang bersembunyi dibalik tumpukan karung semacam beras atau gabah.
Hampir 20 menit akhirnya berlalu. Suara baku tembak perlahan terhenti meninggalkan sunyi lagi.
"Aaaaaaak...!" tiba-tiba terdengar suara teriakan Mesh, membuat Miltus kembali ke tempat Mesh.
"Periksa si penembak jitu! Aku harus melihat Mesh Mayya."
Di dalam rumah yang hancur sebagian itu, tampak Mesh duduk terpaku menatap mayat yang tak asing baginya.
"Ibu...! Hiks... hiks... hiks...." Mesh Mayya tak menyangka akan menemukan sang ibu dalam kondisi mengenaskan karena tertembak.
Miltus berjongkok di samping jasad ibunya Mesh, memeriksa waktu kematian, dengan menekan nadi dengan sisi jari telunjuknya. Dengan berat Miltus menggeleng mengisyaratkan bahwa ibunya Mesh telah meninggal.
Miltus menepuk pundak Mesh Mayya yang masih terduduk lemah di tanah, dengan tangis yang tertahan menatap ibunya yang menutup mata dengan senyum yang sama seperti saat berpamitan tadi. Sebuah luka menganga tepat di dada kirinya, darah membasahi sekitarnya.
"Tiga penembak jitu berhasil kami taklukkan Tuan, ternyata mereka menggunakan senjata baru dengan Laras panjang yang sangat canggih, memiliki peredam suara dan alat pengintai dari jarak kejauhan, sehingga membuat hampir semua tembakannya tepat sasaran." Anak buah Miltus melapor.
"Kita amankan dan bawa ke camp. Kita cari tahu dari mana mereka berasal. Bawa juga semua senjatanya, kita pelajari bersama nanti." Miltus memberi perintah. "Tapi salah satu bantu aku membawa jasad ibu ini, kita adakan upacara pemakaman yang layak bersama teman kita yang tertembak mati tadi."
.
.
.
Sementara itu ketegangan masih terjadi di dalam istana keluarga Male. Upacara pernikahan yang awalnya akan dilangsungkan dengan mempelai pria Math, dan mempelai wanita Usstica, kini dipersiapkan dengan mempelai prianya berganti Benedict yang berasal dari klan Zuba.
Semua harus dilakukan demi perdamaian kedua klan yang berasal dari negri yang berbeda, akhirnya Usstica pun menerima pernikahan itu, demi memikirkan keselamatan rakyatnya juga, setelah ancaman pembantaian mereka terima.
"Tunggu!! Kalian jangan melupakan kesepakatan dengan klan kami juga!" tanpa diduga, Xillas Codi muncul dari balik pintu, membawa banyak pasukan.
...****************...
To be continue...
Lucu yaak tetiba pen jadi istri Math, pdhl kadarnya mereka masih satu turunan dari Mattew. Usstica itu kan dinikahi yaa kna dia dalam keadaan berbadan dua... tapi bkn anak Math, tapi anaknya Miltus.
tak sabar nunggu Mesh yang dinikahi Math terus hamil. Mesh jadi permaisuri utama kan?
bisa kna prank semua kaum hawa di klan Male.
Kallida melakukan cara kotor itu kna pelampiasan semua perasaan kecewanya pada Tedd yang tak pernah bisa mencintai nya dan Usstica just alat bwt Kallida.
Mesh perempuan berbeda Miltus...
jngn terlalu merasa tak enakan, krna kiss bwt Mesh tak seberapa.
berkaitan Math, Usstica, Dorrota, Miltus, Mesh yg notabenenya orang biasa tapi malah yang berkesan bwt Math.
padahal lagi di hotel itu Mesh yang kek judes gituu yaa, alasan minta bayaran itu tak sepenuhnya dia butuhkan kna yg terpenting dia juga menyukai dan menikmati naninuannn sama Math.
Salah Math apa knpa Kesalahan Tedd harus Math yang nanggung?
Terus juga klo tak salah sblom menikah Tedd kan udah ngomong jujur klo dia mencintai Hellena, udah punya anak juga dan Hellena juga minta Tedd menjadikannya istri satu-satunya. aku rasa impas. knp Kallida jadi picik? apa kna kekuasaan?.
catat, Cinta itu tak bisa di paksakan. Tedd mungkinnn tak bisa mencintaimu Kall, tapi sebagai pria Tedd menepati janjinya.
jadi penembakan itu udah direncanakan Tedd? sama kek budirr tapi pake tangan orang lain yaak?
Mungkin Tedd pen nebus kesalahan kna pembantaian yang dilakukan mattew kna dia menikah sama Hellena itu, Tedd lebih terhormat klo yg menembak nya kaka iparnya.
yaa semoga pengorbanan Tedd ada hikmahnya, bwt Math dan dendam dua klan berakhir.