"Apa kamu sudah menemukan informasi tentangnya, Jackson?"
"Sudah, Kak. Aku yakin dia adalah dady kita."
Dua bocah laki-laki berusia 7 tahun itu kini menatap ke arah layar komputer mereka bersama-sama. Mereka melihat foto seorang Pria dengan tatapan datar dan dingin. Namun, dia memiliki wajah yang sangat tampan rupawan.
"Jarret, Jackson apa yang kalian lakukan?" Tiba-tiba suara seseorang membuat kedua bocah itu tersentak kaget.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Nanti Malam
Giani menatap kedua putranya dengan sorot mata lebih serius. Dia tahu, Jarret jarang sekali mengatakan keinginannya. Dan kini putra sulungnya bahkan ikut mendukung ide menikah dengan Ben.
Giani menarik tangan kedua putranya dengan lembut. Dia tersenyum, dan mendudukkan mereka berdua di sampingnya.
"Apa kalian benar-benar menginginkan mommy menikah?"
"Tentu saja, Mom. Kami ingin mommy memiliki seseorang yang bisa melindungi mommy dan kami. Aku merasa daddy lebih dari mampu untuk melindungi kita semuanya," kata Jack.
"Jack, kenapa ucapanmu seperti orang dewasa?"
Jackson tertawa, dia langsung memeluk ibunya. "Itu karena aku menyayangimu, Mom. Jika mommy sendiri terus menerus kami akan menjadi dewasa sebelum waktunya, karena hanya kami yang bisa melindungi mommy. Akan tetapi, jika mommy menikah dengan daddy, mungkin kami akan tumbuh seperti anak-anak pada umumnya."
"Oh, boys maafkan mommy. Semua ini salah mommy."
"Mommy tidak salah, mommy juga pasti tidak ingin ada kejadian seperti ini. Jadi bagaimana?"
"Jarret, apa kau juga ingin mommy menikah dengan daddy?"
Jarret menatap mata ibunya begitu dalam dan lalu mengangguk. "Aku takut kehilanganmu, Mom. Dengan mommy bersama daddy, mommy mungkin akan bisa terlindungi."
"Kenapa kalian bicara begitu? Mommy tidak akan meninggalkan kalian."
"Tapi bagaimana jika ada orang jahat yang mengincar mommy?" kata Jarret.
"Boys, mommy tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Kenapa kalian bicara seolah-olah memang ada yang sedang mengincar nyawa mommy?"
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini, mommy itu cantik. Pasti banyak pria yang menyukai mommy. Mereka pasti akan menempuh banyak cara untuk mendapatkan mommy. Jika mommy menikah dengan salah satu dari pria-pria itu, aku tidak mau kita terpisah. Akan tetapi jika mommy menikah dengan dengan daddy kita akan selalu bersama," Jack kembali mengutarakan keinginannya.
Giani terdiam, dia tersenyum sesaat. "Baiklah, mommy akan menikah dengan daddy"
"Apa kau serius?" tiba-tiba Ben mengejutkan mereka bertiga. Giani terlalu fokus pada kedua putranya sampai-sampai tak menyadari jika Ben sudah berada di ruangan itu.
"Daddy, kemarilah! Mana cincinnya kemarin?"
Wajah Giani langsung memerah, entah apa maksud Jack. Apakah pria itu memang sudah menyiapkan cincin untuk melamarnya?
Ben tersenyum, telinganya bahkan ikut memerah. Seumur hidup hanya Giani lah yang telah berhasil menjerat jiwa dan raganya. Bagi Ben yang sejak dulu sangat anti dengan perempuan, kini bisa berdekatan langsung dengan Giani adalah sebuah kemajuan yang sangat pesat. Baru kali ini dirinya bisa merasa malu saat harus mendekati makhluk yang bernama wanita. Padahal dulu setiap ada wanita yang mendekat padanya maka ia akan meminta Ramos untuk menyingkirkannya.
Kini Ben berdiri di hadapan Giani. Dia bisa melihat dengan jelas semburat rona di wajah wanita itu. Ben perlahan meraih jemari Giani.
"Hai, mungkin ini terkesan buru-buru untukmu, tapi percayalah, sejak aku tahu kau hamil anakku, aku selalu memikirkan saat-saat seperti ini." Sesaat Ben menjeda ucapannya dan menarik napas. Jujur saja ini lebih menegangkan dari sekedar menghabisi nyawa musuh.
"Disaksikan kedua putra kita, aku ingin melamarmu, Giani maukah kau menikah denganku? Menghabiskan sisa usiamu di sisiku?"
Ben mengulurkan sebuah cincin emas putih bermata berlian berwarna pink. Berlian itu didapat Ben saat ada lelang berlian di Sotheby's di Hongkong. Berlian yang diklasifikasikan sebagai fancy vivid pink itu kini berada di hadapan Giani.
Giani tidak tahu lagi harus berkata apa, ketiga pasang mata itu semuanya menatap penuh harap kepadanya. Giani akan memulai hubungan baru dengan Ben meski tanpa cinta. Dia akan berkorban demi kebahagiaan kedua putranya. Giani akhirnya mengangguk.
"Ya, aku mau," jawab Giani lirih. Ben tampak sangat senang, dia langsung tersenyum lebar dan tanpa ragu dia menyematkan cincin itu di jari manis Giani. Entah paham atau tidak, cincin yang kini menghiasi jari manis Giani itu memiliki harga yang sangat fantastis yakni 21 juta dollar Amerika Serikat.
Jarret dan Jack bertepuk tangan. Wajah mereka menyiratkan kebahagiaan. Mereka berdua langsung menghambur memeluk ibu dan ayahnya.
Giani pun ikut tersenyum saat melihat wajah bahagia kedua putranya.
"Ehm, apa kau punya permintaan mengenai di mana dan kapan pesta pernikahan kita akan digelar?"
"Aku tidak punya gambaran apapun. Semua terserah padamu."
"Baiklah, biar Ramos nanti yang urus semuanya. Nanti malam kau hanya harus bersiap. Orangku nanti akan membantumu."
"Nanti?"
"Ya, Nanti. Sebaiknya kita tidak menunda hal-hal baik, 'kan?"
"Maksudmu nanti kita akan langsung menikah, begitu?"
"Ya, tentu saja."
Giani seperti kehabisan kata-kata. Dia seperti tak memiliki kesempatan untuk berpikir ulang, karena Ben memang tidak memberikan kesempatan itu kepadanya.
Sementara Jack seperti memiliki tenaga lebih, dia berjingkrak-jingkrak karena bahagia. Jarret hanya tersenyum dan duduk di dekat ibunya.
Hari ini rencana berubah. Ben menunda mencarikan sekolah untuk kedua putranya. Dia akan fokus pada pernikahannya nanti malam.
Meski pun belum ada cinta di hati Giani, tapi Ben akan membuat cinta itu hadir untuk mempererat hubungannya dengan Giani.
...****************...