Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. alasan Figo
Barra kini mengantarkan Calista pulang ke rumah. Karena ini sudah malam, Barra lebih memilih untuk menaiki mobil saja. Entahlah apa alasannya padahal malam-malam pun Barra lebih suka membawa motor.
Namun kini dia khawatir dengan Calista. Bagimana jika Calista masuk angin di malam hari? Apalagi Calista sekarang masih menggunakan seragam sekolahnya.
"Anterin gue ke sekolah! Kalau nggak mau turunin gue biar gue naik taxi." Ucap Calista.
"Mau ngapain disekolah?" Tanya Barra. Ia penasaran apa yang akan di lakukan oleh Calista.
"Latihan basket." Ucap Calista lagi. Barra hanya diam saja. Lalu kemudian ia berhenti di toko fashion.
Calista pun heran, tapi ia langsung berfikir bahwa. "Oh, kayaknya dia emang mau nurunin gue. It's okay." Batinnya.
Calista pun hendak keluar. Namun Barra mengajaknya berbicara. "Ada kaos di kursi belakang. Lo pakai." Ucap Barra sedikit agak gengsi sebenarnya. namun ia kasihan dengan Calista yang dari tadi belum ganti baju. Pasti nggak enak sekali.
Calista bingung sendiri. Ia pun melihat ke belakang dan benar saja ada kaos hitam disana. "Kenapa gue yang pakai?"
Barra meliriknya sinis, ia menatap Calista dari atas sampai bawah. "Lo mau pake seragam sekolah sampai jam segini? Lo kelihatan banget nggak mandi seharian." Ucap Barra yang sebenernya itu hanyalah alibi dari kegengsiannya.
Calista tentu tidak suka dengan ucapan Barra. Calista tidak sekotor itu. Tadi waktu Barra pergi, Calista meminta izin ke kamar mandi sama mama Elina hanya untuk mandi. Ia juga pakai sabun karena Ransel Calista lengkap dari sabun sampai bedak.
"Heh! Enak aja. Gue habis mandi di rumah Lo tadi. Cuma gue nggak bawa ganti baju. Lagian yang ngebuat gue kayak gini juga elo. Elo yang bawa gue ke rumah sampai malem kayak gini. Dasar cowok sinting!" Ucap Calista kesal. Ekspresi nya tentu menunjukkan ekspresi galak.
Barra seketika memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan senyumnya itu. Sumpah Calista cute.
"Yaudah, gue nggak mau tau. Baju Lo bau keringat dan kita sekarang ada di dalam mobil. Ntar mobil Iki mulek karena bau Lo." Ucap Barra yang benar-benar membuat Calista kesal. Calista pun meraih kaos hitam tersebut lalu kemudian keluar dari mobil.
Barra pun juga ikutan keluar dari mobil. Calista kembali bertanya. "Mau kemana Lo?"
Barra tidak menjawab, ia langsung masuk ke toko fashion itu. Calista lagi-lagi hanya bisa mencibir. "Bener-bener cowok sinting nggak jelas. Ngeselin."
Calista sendiri sejujurnya agak malu karena mau ganti baju di toko fashion itu. Masa masuk cuma mau ganti baju? Mau beli juga duitnya lagi pas-pasan. Inget kan kalian, duit Calista habis gara-gara hp nya di bawa Barra. jadi dia beli hp baru.
Udahlah Calista tidak mau basa-basi. Ia langsung masuk ke toko itu dan mencari ruang ganti. Kemudian ia pun langsung mengganti seragamnya dengan kaos.
Sedangkan Barra kini berada berada di tempat celana pendek. Entah dorongan darimana ia ingin membelikan celana pendek untuk Calista.
Saat Barra memilih celana pendek, matanya tak sengaja melihat rok pendek Levis dengan ada gambar Hello Kitty. Tanpa sadar Barra tersenyum. Ia pun langsung memilih celana pendek satu serta rok Levis itu juga. Lalu kemudian Barra langsung segera ke kasir.
Tak lama dari itu Calista keluar dari ruang ganti, Barra pun menghampirinya. Lalu kemudian memberikan satu bungkus celana itu.
"Pakek! Rok Lo juga bauk. Gue nggak mau tau pokoknya Lo harus pakek. Gue tunggu di mobil." Ucap Barra langsung meninggalkan Calista.
Calista geram dengan tingkah Barra. Ia ingin menjambak rambut Barra sekarang juga. Namun Calista menahannya karena bisa malu juga kalau di lihatin orang.
Setelah mengganti pakaiannya, Calista kembali ke dalam mobil Barra. Mobil pun melaju hingga sampai di sekolah SMA Garuda.
Calista pun turun, lalu sebelum menutup pintu itu. Calista menyempatkan untuk berucap terimakasih. "Makasih." Ucapnya lembut.
Barra segera memalingkan wajahnya, wajahnya tiba-tiba memanas. Jantungnya lagi-lagi berdegup kencang. Baru kali ini dia mendengar ucapan Calista yang terdengar sangat lembut.
"Nggak, gue nggak suka sama cewek cute. Gue sukanya yang sexy." Barra terus menerus menolak rasa tersebut.
Calista sendiri langsung disambut oleh teman-temannya. Lalu kemudian pelatihan basket putra maupun putri segera di mulai.
****
Di rumah sakit umum
Elvina menjenguk Figo. Ia merasa prihatin dengan keadaan Figo yang lumayan babak belur. Figo sudah bercerita bahwa dirinya seperti ini karena ulah Barra.
"Barra langsung mukulin aku saat aku bilang dia hanyalah manfaatin kamu."
Elvina sedikit senang dengan cerita Figo. Jika seperti itu, berarti Barra memang menyukainya kan? Yes dia tidak perlu khawatir jika Calista akan merebutnya. Barra pasti sangat menyukainya.
"Ya gimana nggak suka coba? Body gue aja pasti idaman si Barra." Ucap Elvina dalam hati.
"Eum... Kalau gitu gue pamit ya. Lo cepet sembuh." Ucap Elvina.
"Kamu pulang sama siapa?"
"Aku bisa naik taxi." Elvina langsung berdiri namun Figo langsung menarik kembali tangannya.
"El, aku masih sayang sama kamu. Dan aku selalu terbuka untuk kamu. Kalau kamu lagi ada masalah kamu boleh datang ke aku. Makasih udah jengukin aku." Kata Figo tulus. Ia sangat mencintai Elvina.
Elvina hanya mengangguk. "Cepat sembuh!" Ucap Elvina. Elvina sendiri hanya memanfaatkan keadaan Figo saat dirinya tak dibutuhkan Barra. Namun dalam hatinya tentu Elvina lebih memilih Barra. Biar bagaimanapun Barra lebih dari segalanya di bandingkan Figo.
Figo sendiri masih sangat percaya bahwa Elvina masih mencintainya. Dia tau betul hal ini terjadi karena perjodohan orangtua Elvina. Dan Figo tidak akan menyerah begitu saja.
Figo tau cara berpacaran dengan Elvina salah. Tidak seharusnya Figo mengkhianati Calista seperti ini. Namun kenyataan bahwa Figo lebih nyaman dengan Elvina itu membuat Figo yakin menjalin hubungan dengan Elvina.
Alasan Figo lebih memilih Elvina adalah Elvina selalu ada untuknya. Elvina jauh lebih bisa menemaninya kapan pun Figo ingin pergi. Namun Calista, dia sibuk dengan kegiatannya sendiri. Mulai dari ekstrakulikuler yang Calista ikuti sampai ke kelas-kelas lain yang dia ikuti. Seperti les memasak dan les matematika.
"Maaf untuk Calista, gue tau ini salah. Maaf juga untuk Elvina, aku belum bisa menjaga kamu sepenuhnya." Ucap Figo lirih.
"Dan untuk elo Barra. Kita tetap musuhan sampai Elvina tidak ada lagi ada hubungannya sama elo!" Ucap Figo lagi. Ia benar-benar benci Barra saat ini.
Pukul 20.45 p.m
Pak Anto sudah menyuruh anak-anak yang latihan basket untuk pulang. Calista pun pergi ke luar. Awalnya Calista pulang akan nebeng dengan Rizal. Namun saat di depan tiba-tiba Barra muncul.
"Cal, Lo pulang sama siapa? Nebeng gue juga nggak papa."
"Oke deh. Kebetulan--"
"Calista pulang sama gue!"