NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:258.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 35.

"Kak Aksa, lepasin aku! Apa yang kamu lakukan di sini?" lirih Inara tersedu-sedu.

"Sssttt... Jangan menangis lagi! Cengeng banget sih, jelek tau." goda Aksa sambil tersenyum dan menyeka jejak air mata di pipi Inara.

"Aku memang jelek dari sananya, sejak kecil juga sudah kelihatan." sahut Inara, lalu menarik ingus agar tidak mengalir di hidungnya.

"Ish, jorok banget sih kamu. Buang dulu sana!" geram Aksa sambil mengernyitkan kening.

"Haishhh..."

Bukannya ke kamar mandi atau mengambil tisu, Inara malah membuang ingusnya di baju yang dikenakan Aksa. Tepat di bagian leher yang bisa dijangkau oleh Inara.

"Ish, kamu ini benar-benar ya." Aksa mengeratkan rahang, ingin marah tapi takut gadis itu menjauh lagi darinya. Mau buka baju tidak mungkin, bisa tamat riwayatnya kalau sampai melakukan itu di hadapan Inara. Terpaksa Aksa menahan diri demi misinya untuk menaklukkan hati Inara.

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini? Jangan sok jadi pahlawan kesiangan! Pergilah, aku mau tidur!" Inara berbalik dan berjalan menuju ranjang, lalu berbaring dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Loh, kok malah ditinggal tidur sih? Aku ke sini berniat menghiburmu," Aksa menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

"Aku tidak butuh hiburan. Pergilah, jangan menggangguku!" Inara menarik selimut hingga menutupi sekujur tubuhnya tanpa terkecuali.

"Ya sudah, kalau begitu aku temani tidur." Aksa menyeringai dan berjalan menghampiri Inara. Tanpa ragu, dia naik ke kasur dan memeluk pinggang Inara dari belakang.

"Kak Aksa... Jangan gila!" Inara keluar dari selimut dan menyikut pinggang Aksa, lalu berbalik dan menendangnya hingga terguling di lantai.

"Bug!"

"Aww..." Aksa meringis menahan sakit sambil memegangi bokong dan jidatnya yang tak sengaja mencium lantai.

"Rasain, makanya jangan cabul! Adik sendiri mau ditiduri, dasar tidak punya otak." umpat Inara dengan mata menyala merah menyemburkan percikan api.

"Hey, jangan kepedean! Siapa juga yang mau meniduri mu? Tidur sama ditiduri memiliki makna yang berbeda. Jangan asal tuduh!" geram Aksa sambil bangkit dari duduknya.

"Siapa yang asal tuduh? Yang aku katakan adalah fakta. Awalnya saja pura-pura tidur, ujung-ujungnya pasti melakukan hal yang tak senonoh padaku." Inara meninggikan suaranya.

"Sudahlah, Inara! Kenapa jadi ngelantur kemana-mana gini sih? Aku ke sini bukan untuk berdebat. Harusnya kamu senang karena aku sudah berusaha menurunkan egoku dan mengajakmu berbaikan. Aku sudah lelah marah-marah terus." jelas Aksa.

"Salah sendiri, aku tidak pernah memintamu untuk bersikap baik padaku. Dari kecil sampai sekarang aku tidak lebih dari orang asing di matamu. Kamu membenciku dan tidak pernah menganggap ku sebagai adik. Kenapa sekarang jadi sok perhatian begini?" gerutu Inara melebarkan mata. Kobaran api nampak menyala di manik matanya.

Aksa terdiam. Dari sekian banyak kalimat yang diucapkan Inara, hampir seluruhnya menyentak raga Aksa.

Sebenarnya Aksa tidak pernah membenci Inara, dia hanya jengkel karena Inara terlalu cengeng semasa dia kecil. Setiap kali Aksa mendekatinya, Inara seperti tak menyukai kehadirannya dan malah sibuk dengan gambar yang dibuatnya. Sebab itulah Aksa suka sekali menjahilinya dan membuatnya menangis.

"Kemarilah!" panggil Aksa yang kini sudah duduk di sisi ranjang.

"Tidak mau, keluarlah dari kamarku!" Inara kemudian menjauh dan memilih duduk di balkon kamar.

Sedih, marah, kecewa, begitulah yang dia rasakan saat ini. Terlambat jika Aksa baru menunjukkan kepeduliannya pada Inara.

Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak dari dulu Aksa memperlakukannya seperti Aksa memperlakukan Avika?

Inara juga ingin merasakan kasih sayang seorang kakak, dipeluk, dimanja dan diperhatikan oleh Aksa di masa lalu.

Aksa terperangah setelah Inara menjauh darinya, bahkan menyesal pun sudah tidak ada guna lagi.

Dengan langkah gontai, Aksa berjalan menuju balkon. Dia duduk di samping Inara yang kini tengah menangis sambil memeluk lututnya.

Tanpa pikir, Aksa langsung menarik Inara ke dalam dekapan dada dan memeluknya dengan erat. "Menangislah sepuas hatimu, lepaskan semua beban itu hingga habis tak bersisa!"

"Huuu... Hiks..."

Inara meraung sejadi-jadinya sambil mencengkram lengan Aksa dengan kuat. Ingusnya ikut mengalir membasahi baju Aksa.

"Sekarang dengar Kakak ya!" Aksa mengangkat dagu Inara dan menghapus jejak air mata Inara dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain masih melingkar erat di pinggang Inara.

"Kamu tau tidak-"

"Tidak," potong Inara.

"Hehe... Kakak belum ngomong, kenapa langsung dipotong?" Aksa menjepit hidung Inara dengan dua jari, hal itu membuat hidung Inara memerah seperti badut.

"Sakit," rengek Inara sambil menyentuh hidungnya.

"Huft... Huft..." Segera Aksa meniupnya.

"Bau," Inara mencebik.

"Masa' sih?" Aksa mengerutkan kening, lalu meniupkan nafasnya ke telapak tangan dan mengendusnya.

"Hehe... Bau sambal terasi." Aksa tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Dia memang sengaja meminta Inda membuatkan sambal terasi untuknya, sudah lama sekali Aksa merindukan masakan itu hingga saat makan malam tadi dia jadi kebablasan saking nikmatnya.

"Hihihi..." Tanpa sadar Inara terkekeh melihat reaksi Aksa barusan. Aksa pun ikut terkekeh dibuatnya.

"Nah, gitu dong. Kalau gini kan cantik dilihatnya." seloroh Aksa, lalu mempererat pelukannya.

Sesaat suasana menjadi hening. Keduanya larut dalam pemikiran masing-masing.

Setelah sepuluh menit saling mengunci mulut, Aksa kembali membuka suara dan berkata. "Mulai sekarang tidak boleh sedih apalagi menangis! Ada Kakak di sini, kamu tidak sendirian."

"Aku tidak mau dijodohkan," lirih Inara.

"Perjodohan itu tidak akan pernah terjadi. Kakak sendiri yang akan menghentikannya untukmu." ucap Aksa.

"Janji," Inara mencoba memastikan.

"Iya, Kakak janji. Nyawa Kakak sendiri yang akan menjadi taruhannya." tegas Aksa.

"Kenapa Kak Aksa mau melakukan ini untukku?" Inara menautkan alis.

"Masih nanya... Tentu saja karena Kakak sayang sama kamu." ungkap Aksa.

"Sayang? Sejak kapan?" Inara kembali menautkan alis.

"Sejak kamu lahir ke dunia, bahkan sampai detik ini." sahut Aksa.

"Bohong, dulu Kak Aksa sangat membenciku." sanggah Inara.

"Tidak, Kak Aksa tidak pernah membenci kamu. Kamu itu salah paham, jahil bukan berarti benci. Bisa saja gemas, iya kan?" Aksa mengukir senyum hingga membuat Inara terdiam.

"Sudah ya, sekarang tidak perlu memikirkan yang aneh-aneh. Kakak akan melindungi kamu dari apapun, percaya sama Kakak!" Aksa mengacungkan jari kelingking dan menautkannya dengan kelingking Inara, lalu mengecup kening adiknya itu dengan sayang.

Tidak apa-apa seperti ini dulu untuk sementara waktu, setidaknya Inara sudah bisa menerimanya sebagai kakak. Selanjutnya akan Aksa pikirkan nanti.

Aksa harus memutar otak memikirkan bagaimana cara agar Inara mencintai sosok Aksa seperti Inara mencintai sosok Akbar, dengan begitu sosok Akbar akan hilang dari benak Inara. Pada saat itu tiba, Aksa akan mengatakan semuanya pada Inara.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!