NovelToon NovelToon
Aku Bukan Dia

Aku Bukan Dia

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Kembar / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:48.7k
Nilai: 5
Nama Author: EpellynaA

Alvino Dekta Adinata & Alvian Desta Adinata

Sampai kapan pun Vian dan Vino tak akan pernah sama.

Mereka kembar, bukan berarti apapun yg mereka lakukan akan sama bukan?

Mereka berdua adalah kembar yg memiliki kepribadian yg berbeda.

Kepribadian yg di tanamkan dari kedua orang tuanya, kepribadian yg seharusnya bersifat baik namun malah sebaliknya.

Vian anak pintar dan penurut yg menjadi kebanggaan kedua orang tuanya.

Sedangkan Vino adalah anak yg tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya.

"Menjadi pribadi yg mandiri itu tak semudah yg kau kira, kita di tuntut menjadi apa yg belum tentu orang lain bisa lakukan" Vino

"Aku...menyesal menjadi diriku, seharusnya aku yg ada di posisi itu, andaikan waktu bisa di putar aku ingin selalu berada di sini, di samping mu" Vian

Mereka sama namun berbeda
Karna aku adalah diriku dan dia adalah dirinya


•~•

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EpellynaA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Suasana lorong yg sepi itu di selimuti ketegangan, ada dua orang yg sedang di tangani secara intensif di dalam sana, bersama beberapa dokter dan perawat.

Tetesan air mata yg sudah tak terbendung di sertai isak tangis menghiasi tiap-tiap detik dan menit saat-saat menunggu pintu ruangan itu terbuka.

"Gimana? Gimana sama mereka bi'" tangis raya sudah tak bisa di bendung sedari mendapat berita tadi.

"Nyonya.. nyonya yg sabar.. tuan dan aden pasti baik-baik aja" bi ani mencoba menenangkan raya yg terisak di dekapannya meski ia juga ikut menangis.

Di sisi lain

"Pa?"

"Vi.. vin.. no?"

"Papa nggak papa kan? Nggak ada yg luka kan?" Tanya vino beruntun.

Dengan teliti, kedua manik itu menatap intens ke arah adi yg berdiri, terdiam di tempat, menyaksikan vino yg menatapnya khawatir.

"Saya tidak apa-apa" jawab adi yg membuat helaan nafas lega terdengar dari vino.

"Lain kali papa kalau nyebrang jalan hati-hati ya, jangan main ponsel, bahaya paa"

"Oh iya, belakangan ini papa sering begadang ya? Vino liat kantong mata papa keliatan banget"

Adi tak merespon, ia hanya diam saja, mengamati wajah yg lumayan mirip dengannya dan raya itu, wajah yg seingatnya sangat berbeda saat ia melihatnya tadi.

"Vian bilang papa banyak kerjaan jadi sibuk terus, sampai nggak ada waktu buat vian sama mama, sekali-kali ajak mereka liburan dulu lah paa.. kasian lho mama kaya kurang hiburan" kekehnya di akhir kalimat.

Tawa yg sudah lama sekali adi tak mendengarnya, hingga rasanya sangat asing saat tawa itu memasuki pendengarannya.

"Pa? Kok bengong? Ada yg sakit ya?" Raut khawatir itu kembali tercetak jelas di wajah vino.

"Tidak"

"Pa? Vino boleh minta sesuatu nggak? Vino janji cuma satu kali iniiii aja"

Dapat adi lihat tatapan penuh harap dari vino, entah mengapa dari yg adi lihat sekarang, wajah vino lebih berseri-seri, bahkan senyum itu tak lepas sedari tadi.

"Apa itu?"

"Vino cuma minta satu hal, papa jaga vian sama mama baik-baik ya.. jangan biarin mama sama vian sedih.. apalagi karna vino"

"Maksud kamu?"

"Ya pokonya gitu deh, oh iya vino boleh ungkapin rahasia nggak sama papa?"

"Rahasia?"

"Iya! Rahasia yg nggak ada seorang pun yg tau"

Adi tak tau apa yg ia lakukan, tapi dengan spontan kepalanya mengangguk pelan, melihat binar memohon yg tercetak di wajah vino.

Dan dengan segera vino menarik tangan adi menuju bangku yg ada di tempat itu, bangku putih di bawah pohon yg lumayan rindang dengan kolam ikan berukuran sedang tak jauh di hadapannya.

Semilir angin membelai lembut wajah vino, menerbangkan beberapa helai rambutnya, menambah kesan damai dan tenang.

"Apa yg ingin kamu bicarakan?" Tanya adi dengan pandangannya yg lurus ke depan, memperhatikan air kolam yg tenang.

"Tapi setelah ini, vino mohon papa tetap jadi diri papa ya, jangan berubah.. tetap jadi papa yg vino kenal" jari kelingking itu tersodor di hadapan adi.

Meski ragu, adi mengaitkan jari nya dengan jari vino yg lebih kecil itu, bahkan ia berpendapat bahwa jari vino sangat kecil dan kurus.

"Pa? Papa tau nggak vino itu sayangggg banget sama papa" vino memulai ceritanya.

"Dulu waktu kecil, bu guru pernah nyuruh vino nulis orang yg paling vino sayang, papa tau nggak vino nulis siapa?" Adi hanya menggeleng pelan.

"Vino nulis papa! vino cerita kalau papa itu kebanggaan vino, papa kuat, berani, dan yg paling penting papa sayang banget sama vino" senyum kecut tercetak setelah vino mengatakan itu, dan adi bisa melihat jelas hal itu, dan sayangnya membuat hatinya berdenyut.

"Vino bilang kalau papa itu selalu ada buat vino, selalu nurutin apa maunya vino, pokoknya papa yg terbaik, meski sebenarnya nggak gitu, maafin vino ya pa"  meski nadanya terdengar sendu senyum vino tak luntur, meski senyum itu sulit di artikan.

"Tapi vino paham kok, semakin kesini, vino makin dewasa, vino tau apa maksud papa, papa cuma nggak mau vino jadi anak manja dan terus bergantung sama orang tua kan pa?"

"Vino.."

"Papa selalu didik vino dengan keras, seolah papa mau kasih tau kalau kehidupan itu juga keras, bahkan lebih keras dari pukulan dan hukuman papa dan untuk itu vino mau bilang makasih sama papa"

"Papa tau nggak? Dengan papa hukum vino nggak makan 2 hari, vino jadi tau gimana rasanya orang-orang yg kesusahan makan di luar sana"

"Dengan papa pukul vino, vino jadi anak yg tahan banting kalau kata rafa"

"Dan dengan papa kurung vino, vino jadi tau gimana rasanya bersyukur dengan apa yg ada"

"Makasih ya paa" senyum tulus terukir di wajah sayu itu.

"Vin.. vinooo maafin.."

"Nggak! Nggak! Papa nggak boleh minta maaf! Disini vino yg salah" vino berdiri dari duduknya, berdiri tepat di hadapan adi yg masih duduk di tempatnya.

"Vino yg nggak bisa jadi apa yg papa mau, vino yg nggak bisa jadi kebanggaan papa kaya vian, vino yg bisanya cuma nyusahin, semua salah vino pa.. bukan salah papa.. vino cukup sadar diri kok paa" bulir air mata itu jatuh dari pelupuk mata vino tanpa ijin.

"Vino nggak pinter kaya vian, vino nggak bisa bawa banyak piala pulang, vino.. vino nggak bisa apa-apa, iya kan pa?"

Tanpa persetujuan sang pemilik tubuh, adi merengkuh tubuh vino ke dalam pelukannya, meredam tangisan sang anak di dalam pelukan hangatnya.

"Bukan salah vino, ini semua salah papa"

"Hiks bukan... bukan papa... hiks"

"Shyutttttt vino anak baik, jangan menangis" adi mencoba menenagkan vino, tapi justru sebaliknya, tangis vino semakin menjadi jadi.

Vino tak menyangka, ia bisa merasakan hangatnya pelukan sang papa, pelukan yg selama ini hanya menjadi mimpi dan angannya, sekarang ia bisa merasakannya.

Setelah beberapa saat adi melepaskan pelukan itu, tampaklah wajah vino yg memerah, apalagi hidungnya yg sudah semerah tomat, dengan mata yg lumayan bengkak tentunya.

"Maafin papa ya nak" wajah sendu vino membuatnya tertusuk beberapa kali, rasanya sangat sakit.

Mengingat perbuatannya selama ini, tanggannya yg selalu berbuat kasar pada anak di depannya ini, memukul, manampar, menjambak, adi benar-benar merasa sakitnya saat mengingat hal itu.

Hingga tak terasa, setetes air mata lolos dari pelupuk matanya.

Dengan lembut vino mengusap air mata di pipi sang papa, mengusapnya perlahan.

"Papa harus ingat permintaan vino ya!" ingat vino pada sang papa.

"Kita jaga mereka sama-sama ya"

"Nggak pa, cuma papa yg bisa jaga mereka, vino percaya sama papa!"

Senyum yg lebih cerah dapat adi lihat dari wajah berseri vino, senyum yg begitu lembut dan tulus, senyum yg menyimpan kehangatan di dalamnya.

"Pokoknya papa harus jaga mereka ya! Oh iya! Jangan sering begadang! Papa itu udah tua, nanti gampang sakit lho" dengan unsur ledekan di akhir, vino menggoda adi.

Dan alhasil mendapat cubitan pelan di pipinya.

"Papa sekarang pulang ya, mereka pasti udah nungguin"

"Sama kamu, ayo pulang bersama!" Adi mengandeng tangan vino namun dengan segera vino melepaskannya, yg membuat adi spontan menoleh kepadanya.

"Papa aja yg pulang, vino disini"

"Kita pulang ke rumah, rumah vino" ajak adi lagi, namun di balas gelengan oleh vino.

"Itu emang rumah vino, tapi sekarang rumah vino disini, papa pulang ya, kasihan mama sama vian yg udah nunggu papa" perlahan tubuh vino bergerak menjauh.

Membuat adi terkejut dan berusaha mengapai tangan anaknya itu, namun nihil, seakan ada cahaya putih yg membuatnya harus menutup matanya dan semuanya hilang.

"Pa?"

1
Azaria Ayu
😭😭
Affan🤩
Cerita sedih yang pernah aku baca 😭😭😭😭
Affan🤩
Innalillahi wainna Illahi rojiun 😭😭😭
Farid
aduh thor vino nya jangan kenapa kenapa dong, kasian belum bahagia......
EpellinaA: kalau uda takdir gimana dong? xixi
total 1 replies
Farid
aduh thor baper nih,.... lanjut semangat!
Farid
lanjut thor jadi sedih nih........
Farid
semoga up nya tiap hari ya thor, yang semangat biar pembaca dapat "feel" dari ceritanya dan menikmati alurnya yang menguras perasaan he... he....
EpellinaA: siap kakak🐣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!