NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Bersemi

Ketika Cinta Bersemi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Di sebuah universitas yang terletak kota, ada dua mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sangat berbeda. Andini, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang sangat fokus pada studinya, selalu menjadi tipe orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku tentang perilaku manusia, dan merencanakan masa depannya yang penuh dengan ambisi.

Sementara itu, Raka adalah mahasiswa jurusan bisnis. raka terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tidak mudah bergaul, selalu membuat orang di sekitarnya merasa segan.

Kisah mereka dimulai di sebuah acara kampus yang diadakan setiap tahun, sebuah pesta malam untuk menyambut semester baru. Andini, yang awalnya hanya ingin duduk di sudut dan menikmati minuman, tanpa sengaja bertemu dengan Raka.

Yuk guys.. baca kisah tentang perjalanan cinta Andini dan Raka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 PERASAAN RAKA.

Hari berganti minggu dan minggu sudah berganti bulan. Andini sibuk dengan dunia perkuliahan dan juga pekerjaan nya, sedangkan Raka.

Raka sudah lama menyimpan perasaan pada Andini, tetapi baru belakangan ini dia merasa bahwa dia tidak bisa lagi diam saja. Sejak mereka berdua pertama kali bertemu di kampus, Raka selalu mengagumi kecerdasan Andini, kepribadiannya yang hangat, dan keteguhan hatinya dalam menghadapi berbagai tantangan. Mereka sudah berteman cukup lama, dan meskipun Andini selalu terlihat sibuk dengan kegiatan akademis dan organisasi kampus, Raka merasa ada sesuatu yang berbeda setiap kali dia melihatnya.

Suatu hari, Raka akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mengagumi dari jauh. Dia tahu bahwa Andini sering menghabiskan waktu di perpustakaan kampus, terutama saat tengah hari, ketika dia merasa butuh ketenangan untuk belajar atau menyelesaikan tugas. Raka memutuskan untuk mengikutinya dengan harapan bisa lebih dekat dengan Andini.

Pagi itu, setelah selesai kuliah, Raka mengirim pesan ke Andini.

“Hai, Andini! Lagi nggak sibuk kan? Kebetulan aku mau ke perpustakaan, kamu ada waktu?”

Tidak lama, pesan dari Andini masuk.

“Wah, aku baru selesai kuliah juga. Aku sih ke perpustakaan, tapi kayaknya bakal lama belajar, deh. Mau ikut?”

Raka tersenyum membaca pesan itu. Ini adalah kesempatan emasnya. Tanpa berpikir panjang, dia segera menuju perpustakaan.

Sesampainya di sana, dia melihat Andini sudah duduk di meja dekat jendela besar yang menghadap ke taman kampus. Dengan buku-buku terbuka di depannya, Andini tampak begitu fokus. Raka sedikit ragu, tapi dia akhirnya memberanikan diri untuk mendekat.

“Hey, Andini,” kata Raka dengan suara pelan.

Andini menoleh dan tersenyum begitu melihat Raka. “Raka! Aku nggak nyangka kamu datang. Ayo duduk,” ujarnya sambil menggeser kursi di sebelahnya.

Raka duduk dengan hati yang berdebar-debar, tetapi mencoba untuk tetap santai. “Aku juga nggak nyangka kamu lagi di sini. Lagi ngerjain tugas ya?”

Andini mengangguk. “Iya, tugas kuliah yang nggak ada habisnya. Tapi ya, harus diselesaikan, kan?” jawabnya sambil tertawa kecil.

Mereka mulai berbicara tentang tugas masing-masing, saling bertukar pendapat tentang topik yang sedang mereka pelajari. Raka merasa nyaman, dan dia bisa merasakan bahwa Andini juga merasa begitu. Namun, di balik kenyamanan itu, hatinya terus berdegup kencang.

Setelah beberapa saat, Andini menatap Raka dengan ekspresi serius. “Raka, kamu sering banget bantuin aku kalau aku butuh, ya. Terima kasih, aku benar-benar menghargai itu.”

Raka menatapnya, dan hatinya semakin berdebar. “Aku senang bisa bantu. Sebenarnya, aku juga lebih suka kalau kita bisa saling bantu. Kadang, aku ngerasa kalau aku lebih nyaman ngobrol sama kamu dibandingkan orang lain.”

Andini tersenyum, tidak menyadari bahwa Raka sedang mencoba mengungkapkan perasaannya. "Kenapa, sih? Kita kan teman, jadi saling bantu itu biasa, kan?"

Raka mengangguk, tapi matanya tetap menatap Andini dengan penuh arti. “Iya, kita teman. Tapi, aku merasa ada yang lebih dari sekadar teman kalau ngomong sama kamu. Andini, aku udah lama ngerasa kalau aku suka sama kamu. Aku nggak tahu kenapa, tapi setiap kali ada kesempatan ngobrol sama kamu, aku merasa lebih baik. Jadi, aku cuma mau bilang... aku suka kamu, Andini.”

Andini terdiam sejenak, kaget dengan pengakuan Raka. Dia memandang Raka, seolah mencoba mencerna kata-kata yang baru saja diucapkan.

"Raka..." Andini akhirnya berkata, suaranya pelan namun lembut. "Aku nggak tahu harus ngomong apa. Kita kan teman, dan aku nggak ingin merusak itu. Tapi, aku juga nggak mau bikin kamu kecewa."

Raka menunduk, merasakan sedikit kekhawatiran, tapi dia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus dia ambil. “Aku ngerti, Andini. Aku cuma pengen jujur sama perasaan aku. Nggak ada paksaan. Kalau kamu nggak merasa sama, ya nggak masalah. Aku cuma pengen kamu tahu."

Andini tersenyum, melihat betapa tulusnya Raka. “Aku senang kamu bisa bilang gitu, Raka. Kamu nggak perlu khawatir, kita tetap bisa jadi teman. Dan siapa tahu, mungkin waktu akan memberi jawabannya.”

Raka merasa lega, meski hatinya masih dipenuhi perasaan campur aduk. “Terima kasih, Andini. Aku cuma ingin kamu tahu, aku serius. Aku bakal tunggu, kok.”

Hari itu, mereka menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan, berbicara tentang banyak hal, tapi kali ini suasananya sedikit berbeda. Raka merasa ada perubahan, meskipun Andini belum memberikan jawaban pasti tentang perasaannya.

Beberapa hari setelah itu, Raka terus berusaha menunjukkan perhatian dan kebaikannya kepada Andini. Mereka mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama, baik di kampus maupun di luar. Andini mulai merasa nyaman dengan kedekatan itu, meskipun hatinya masih belum yakin.

Malam itu, saat mereka berdua duduk di taman kampus, Andini akhirnya membuka hati. “Raka, aku mulai mengerti apa yang kamu rasakan. Aku nggak bisa janji, tapi aku mau kita coba lebih dekat lagi, dan lihat ke mana perasaan ini membawa kita.”

Raka tersenyum lebar, hatinya penuh kebahagiaan. “Aku siap, Andini. Aku nggak akan terburu-buru. Kita jalani aja, pelan-pelan.”

Dan begitu, langkah Raka untuk mengejar cinta Andini mulai menunjukkan hasilnya. Meskipun perjalanan mereka masih panjang, Raka tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih indah. Karena kadang, cinta memang butuh waktu, dan dia siap menunggu, dengan sabar dan penuh harapan.

1
Kim Bum
titip sandal ya kak. nanti kalo udah rame balik lagi😁
Marchel: Terimakasih kak, sudah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!