10 tahun yang lalu keluarga cabang Xiao dibantai, dalam peristiwa berdarah tersebut hanya Xiao Tian yang berhasil selamat. Dalam keputusasaan, ia berlari ke sembarang arah hingga terperosok ke salah satu jurang di kaki pegunungan Wuyi. Beruntung salah seorang Tetua Sekte menyelamatkannya, memberikannya sebuah harta tak terhingga yang bernama mutiara dewa iblis demi menyambung nyawanya. Sejak saat itu, takdir kehidupannya pun berubah. Meski ia dianggap tidak berguna, namun hanya gurunya lah yang mengetahui rahasia terbesarnya dalam menempuh dunia kultivasi yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musang Bulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informasi Kompetisi Antar Puncak
Siang harinya, Xiao Tian tampak berlatih di sekitar kuil Wuyi dengan penuh kebebasan. Meski dalam hatinya menunggu keputusan Sekte untuk mengirimkan beberapa orang untuk mengelola tempat ini, namun pada akhirnya ia tidak berharap terlalu banyak.
Diantara tujuh puncak yang terlihat berkelok-kelok, hanya tempat ini yang terlihat sunyi. Sejak guru dan rekan-rekannya pergi, Xiao Tian seperti merasakan kesunyian abadi dan kehampaan yang diselimuti kebebasan. Bebas dalam arti, ia bisa makan dan minum sepuasnya memanfaatkan sumberdaya di tempat ini. Sedangkan sumberdaya latihan berupa batu energi, ia kini harus menggantungkan diri pada Paviliun sumberdaya di puncak ketiga.
Pada saat ini, muncul seseorang yang menggunakan seragam khusus Sekte. Dari seragamnya itu, Xiao Tian bisa menebak jika orang itu adalah bagian dari salah satu Paviliun di puncak ketiga.
"Salam saudara Xiao.." Sapa orang tersebut yang tidak lain adalah seorang petugas Sekte.
"Selamat datang di Gunung Wuyi, salam.." Balas Xiao Tian dengan ramah, mengakhiri latihannya.
"Mohon maaf mengganggu latihanmu, kedatanganku adalah untuk mengantarkan undangan dari pengurus Sekte. Hal ini berkaitan dengan kompetisi antar beberapa puncak di Sekte Awan Biru" Ucap petugas Sekte tersebut dengan tenang.
Setelah berbicara, petugas Sekte itu menyerahkan sebuah gulungan. Setelahnya ia juga menyampaikan beberapa petunjuk sesuai dengan standar yang berlaku, lalu tanpa berlama-lama ia berpamitan untuk segera kembali ke puncak ketiga.
Xiao Tian memandang kepergian seseorang yang ia anggap tamu resmi itu, dalam hatinya terjadi pertarungan batin apakah ia akan ikut serta dalam kompetisi yang dimaksud atau tidak.
Memikirkan hal tersebut, Xiao Tian segera kembali memasuki kuil Wuyi untuk kembali memahami beberapa catatan yang sebelumnya pernah ditinggalkan oleh gurunya.
Xiao Tian tak ingin gegabah, dengan kemampuannya saat ini ia harus tetap menjalankan sesuatunya dengan sesuai tahapan. Meski ia memiliki beberapa jurus rahasia, namun ia juga tidak ingin tampil mencolok dengan menimbulkan kecurigaan berlebih dari orang-orang.
Walau bagaimanapun juga, teknik yang ia dapatkan dari rahasia mutiara dewa iblis adalah sesuatu yang berbeda. Sepertinya teknik tersebut bukan berasal dari dunia ini, oleh karenanya kehati-hatian adalah hal yang harus ia jaga dari keserakahan kultivator lain yang setiap saat bisa menerkamnya.
Di dalam ruang baca, Xiao Tian memilih teknik beladiri tingkat lima hingga tingkat ke tujuh. Terutama keahlian berpedang, dengan pedang perak di tangannya kini ia merasa lebih percaya diri menggunakan teknik-teknik jurus berpedang yang pernah ia kuasai sebelumnya. Adapun teknik pedang bayangan iblis yang ia gunakan saat menghadapi kelompok Fu Hao, tidak bisa sembarang ia gunakan karena akan menunjukkan identitas dirinya yang lain.
Di Sekte Awan Biru, tingkat teknik beladiri dikategorikan menjadi sembilan tingkatan. Hal ini mengacu pada tingkat kesulitan pemahaman serta dampak yang dikeluarkan dari setiap jurus itu sendiri. Jika saja para murid tahu, Xiao Tian mempelajari hingga tingkat ketujuh maka semua orang akan tercengang. Walau bagaimanapun Xiao Tian masih berada di ranah dasar, sedangkan tingkat lima ke atas biasanya dipelajari oleh kultivator yang berada di ranah pendekar Bumi ke atas.
Setelah memahami kembali, Xiao Tian mengambil pedangnya untuk menuju tanah lapang tempat dimana ia biasa berlatih.
Kali ini, Xiao Tian mendalami teknik Pedang pemburu.
Begitu Xiao Tian mengangkat pedangnya, langkah dan gerakan sabetan pedangnya terasa berirama. Sebuah nostalgia panjang menyelimuti perasaan hatinya, membuat pedang perak di tangannya bergerak indah dengan membawa kekuatan membunuh yang lebih besar dari sebelumnya.
Tanpa Xiao Tian sadari, sepasang mata dari kejauhan tengah menatapnya dengan penuh kekaguman.
"Akhirnya anak itu sudah membuka rahasianya, pedang itu pun benar-benar cocok di tangannya"
Usai bergumam demikian, orang itu pergi begitu saja. Hanya sebuah senyum kepuasan yang tidak bisa ia lupakan, aura ketenangannya terasa familiar namun segera tertutupi oleh kabut samar.
Yang lagi dalam perjalanan mudik, hati2 di jalan ya...