Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Are You Okey?
Yun mendesah karna rasa pegal yang menyiksanya, kedua tangan dan kakinya diikat, mulutnya juga disumpal. Yun menatap sekelilingnya dengan tak berdaya, ruangan itu gelap. Hanya ada cahaya dari luar. Rupanya sudah malam, perutnya berbunyi kelaparan. Jelas Yun belum makan siang, kini Yun malah berada ditempat yang ia tak tau dimana. Yun terdiam, sepertinya ia diculik. Apa tiga orang kemarin? Atau ada orang berbeda lagi? Kini Yun cukup ketakutan, tadi beberapa orang itu menyuruhnya bicara dengan Dega. Hanya beberapa patah kata, tapi mungkin bisa memancing Dega untuk kemari. Yun meneteskan air matanya, ia memang selalu menyusahkan Dega. Ia harus bagaimana? Pergi dari sisi Dega? Itu malah semakin membuat kesempatan untuk menculiknya dan mengancam Dega semakin besar, seperti kata Josh. Kini Yun hanya bisa pasrah, Dega pasti datang, tapi mungkin pria itu tak bisa menyelamatkannya. Seperti kata Josh, Dega selalu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya, ia tak mau merepotkan orang lain. Bodoh sekali, sama sepertinya yang masih berharap bersama Sean.
"Yun!! Kau didalam?"
Yun menatap pintu yang didobrak dari luar, Yun mengenali suara itu. Yun tak mempercayai pendengarannya, bagaimana bisa pria itu berada disana? Apa ia mengikutinya? Jelas tadi ia melihat pria itu pergi dari gerbang universitasnya, kan?
"Yun!! Jawab aku, Yun!!"
Yun tak bisa menjawab, karna mulutnya disumpal. Ia hanya menunggu sampai pintu terbuka, ia cukup ketakutan saat mendengar suara ribut dari luar.
"Yun!!"
Brak!!
Pintu terbuka dengan lebarnya, Yun melihat darah mengalir dari dahi pria itu, Sean. Semua orang dibelakangnya tampak tengah berkelahi, Sean akan maju menghampirinya kalau saja tak ada yang menyerangnya. Semuanya kacau dan terekam jelas dibenak Yun, gadis itu harus melihat darah dan pukulan dimana-mana. Berbeda dengan saat Jay dan Dega berkelahi, mereka sangat tak teratur memukul kesana-kemari.
"Yun, kau baik-baik saja?" Tanya Sean, pria itu akhirnya bisa menghampirinya.
"Kau gak papa, kan? Tak ada yang kurang, kan? Kau..."
"Kak Dega dimana, Kak?"
Satu pertanyaan lolos dari mulut Yun, saat Sean membuka sumpalan dimulutnya.
"Apa?"
"Kak Dega datang, kan? Dia pasti yang menghubungi Kakak untuk datang kesini, iya kan?"
"Kamu masih memikirkan dia saat ini? Lihat kamu, kamu diculik, Yun!! Dan ini gara-gara dia, iya kan? Kamu dipake ancaman buat dia, gitu?"
"Kak Dega dalam bahaya, Kak, kita harus bantu dia. Kalau Kakak gak dihubungi Kak Dega, berarti Kak Dega masih dalam perjalanan kemari. Iya, kan?"
Sean memutar matanya, ia mendengar suara perut Yun. "Kau lapar, ya? Mereka tak memberimu makanan?" Ujarnya, kaget.
Yun terdiam, ia menatap keluar. "Kak Dega..."
"Apa sih yang kau pikirkan, Yun? Dega, Dega terus. Kau ini sedang dalam bahaya, mengerti?" Ujar Sean, kesal. "Lagian anak culun itu tak mungkin datang, karna dia penakut."
"Dia gak penakut, Kak, dia pasti akan datang." Ujar Yun, keras kepala.
"Tapi dia gak dateng, Yun!! Dimana dia? Dimana? Sekarang kita pulang, kau makan dulu!!" Ujar Sean, tapi Yun menggelengkan kepalanya.
"Dia bakal dateng, sendirian, dia bakal terjebak disini, tapi aku gak ada."
"Dia gak bakal dateng, Yun!! Terjebak? kita udah abisin semua orang disini." Ujar Sean, tak mengerti. "Kita harus pulang, mengerti? Apapun yang terjadi, dateng gak dateng, kita harus pulang!!"
"Tapi Kak..."
Yun memegang kepalanya yang terasa berputar, Sean segera menggendongnya.
"Kita pulang!!"
Hanya itu yang mampu Yun tangkap dari mulut Sean, sebelum ia kehilangan kesadarannya kembali.
***
Dega sampai ditempat itu, ia kaget saat melihat beberapa orang tergeletak begitu saja. Ada yang meringis, ada yang pingsan, ada yang berdarah-darah, Dega tak tahu ini perbuatan siapa. Yang jelas ia tahu Yun sudah tak ada disana, apalagi setelah ia mencari keberadaan gadis itu, tapi tak ia temukan. Dega terdiam, apa ini perbuatan genknya? Genk lain? Atau malah musuhnya yang lain? Yang jelas ia tak bisa tenang, karna Yun tak ada disana. Ia juga menemukan ketua genk yang berniat menjebaknya telah terkapar pingsan, Dega terdiam.
"Dega!!"
Dega bersiap memasang kuda-kuda, kala seseorang memanggilnya. Ia tak mengenal orang itu, ia juga tak pernah melihat mereka. "Siapa loe?"
"Ternyata benar loe, ya? Gw kira, Sean bercanda bilang loe ada disini." Ujar orang itu, membuat Dega terdiam.
Sean? Orang yang membully-nya dulu? Siapa orang ini? Apa dia teman Sean?
"Gw Kai Kim. Loe ingat?"
Dega membulatkan matanya, kala mampu menangkap sosok tinggi berkulit tan itu. Sudah lama ia tak melihat sosok itu, kini ia terlihat semakin menakutkan saja. Tapi Dega tak gentar, entah karna sugesti bahwa ia lebih kuat atau karna dorongan yang entah datangnya dari mana, Dega tak terlihat takut sama sekali. Berbeda saat berhadapan dengan Sean kemarin, Dega lebih santai berhadapan dengan Kai, meskipun Kai memang lebih tua dari Sean.
"Loe makin ganteng, ya?" Ujar Kai, tersenyum. "Hmm, apa loe cowok yang digandeng Yun waktu itu?"
Oh ya, Yun, apa Yun bersama mereka?
"Dimana Yun?" Tanya Dega, dingin.
Kai terlihat kaget mendengar pertanyaan Dega, ia kemudian tertawa meremehkan. "Tentu saja Yun bersama Sean, dia membawanya pergi tadi."
"Kemana?" Tanya Dega, tak sabaran.
"Hmm, ke hotel mungkin, bersenang-senang." Ujar Kai, tanpa dosa.
Dega menghela nafas, lalu ia berdiri tegap kembali. "Syukurlah, kalau dia selamat." Ujarnya, tersenyum.
"Lho, kok loe masih bisa senyum, bukannya loe suka sama Yun?" Tanya Kai, kaget.
"Kata siapa? Gw cuman khawatirin dia, gw pulang kalo dia selamat." Ujar Dega, pelan.
"Gak mungkin, kalau loe cuman khawatirin dia. Terus loe ngapain kesini sendirian? Gak bawa pasukan?"
"Yun itu urusan gw, bukan urusan yang lain. Gw bisa nyelesein masalah gw sendiri, gw gak butuh bantuan. Tapi syukurlah, kalo Sean tepat waktu bantuin Yun."
Kai terdiam, ia tak menyangka, Dega, yang dulunya hampir dibuat menangis oleh Sean setiap hari, punya pemikiran seperti itu.
"Gw harus pulang, mereka semua pasti khawatirin gw." Ujar Dega, datar.
"Siapa mereka?"
"DS, keluarga gw disini." Ujar Dega, tersenyum. Ia bersiap pergi, tapi Kai menahannya.
"Tunggu, loe benar-benar gabung sama DS?" Tanya Kai, membuat Dega menatapnya.
"Kenapa? Gw gak pantas gabung?" Tanya Dega, membuat Kai menatapnya penuh penilaian.
"Well, walau bagaimanapun, di masa lalu, gw tau loe kayak gimana." Ujar Kai, tersenyum.
"Loe gak berubah, gw harus bilang makasih sama loe karna udah ngasih ketakutan itu. Karna tanpa itu, gw gak akan kayak gini."
"Loe sombong banget, ya? Apa gw harus kasih loe sedikit pelajaran?" Tanya Kai, membuat Dega tersenyum.
"Tentu aja, kalo loe mau."
"Dega!! Apa yang loe lakuin disini?" Teriak Josh, tiba-tiba muncul.
"Josh, gimana bisa loe tau gw disini?" Tanya Dega, bingung. Seingatnya ia hanya bicara dengan Yuta, ia tak sekalipun menyebut tempat ini.
"Kami masang sesuatu di motor loe." Ujar Yuta, terkikik jahil.
"Yuta!!" Teriak Dega, tak terima.
"Siapa mereka, Ga?" Tanya Josh sambil menatap Kai yang tak berhenti menatapnya, membuat Kai tersenyum.
"Gw Kai, teman Sean, leader EXO." Ujar Kai sambil menghampiri Josh, lalu mengulurkan tangannya. "Loe yang latih Dega sampe begini?"
Josh menatap Dega, lalu menjabat tangan Kai. "Loe bagian dari masa lalu Dega, ya? Kaget liat dia bisa kayak gitu?" Tanyanya, sinis.
"Setiap orang bisa berubah, fisiknya, kemampuannya, otaknya, tapi rasa takut bakal terus nempel di dirinya, itu yang buat semuanya menjadi percuma. Benar, kan?"
Dega menatap Kai, begitupun Josh yang tak menyangka Kai masih bisa menangkap ketakutan Dega. Padahal Dega merasa ia setara dengan Kai, tapi entah kenapa ia masih memiliki ketakutan itu, walau sedikit.
"Dia tumbuh dengan baik ya, dia bahkan berani nantangin gw tadi." Ujar Kai, tersenyum. "Tapi mata itu gak bisa nyembunyiin semua hal, dia masih takut sama masa lalunya." Bisiknya, penuh kemenangan. "Entah gw harus berterimakasih atau nggak, tapi yang jelas, dia masih seperti kucing mainan gw pada masa itu." Ujarnya, tersenyum meremehkan. "Ayo pergi, urusan kita udah selesai. Lagipula Yun juga udah sama Sean, kita tinggal nunggu kabar bahagianya aja." Ujarnya lagi, lalu ia pergi bersama rombongannya.
Josh menghela nafas, dirinya tak mengalihkan pandangan dari Dega. Tentu saja ia mengkhawatirkan pria itu, pria yang masih saja penakut meskipun dipenuhi bakat yang takkan orang sangka.
"Ayo pulang, Ga, loe harus istirahat!!" Ujar Josh sambil berjalan pergi, Yuta menghampiri Dega dan memeluknya.
"Gak usah dipikirin, ayo pulang!!"
spirit thor