Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
maukah jadi pendampingku?
"Terimakasih, karena tidak pernah melupakan aku. Terimakasih karena dulu Mas selalu menjagaku layaknya saudara kandung sendiri." gumam Vina.
"Tapi sekarang, aku meminta bayaran atas semua yang telah aku lakukan dimasa lalu." ucap Iqbal.
Vina terkejut dengan ucapan Iqbal. Dan Iqbal menikmati wajah terkejut Vina.
"Bolehkah?" tanya Iqbal.
Disaat bersama pelayan datang membawakan berbagai macam makanan lagi. Dan Vina terharu. Pasalnya dulu dia pernah ucapkan. Jika nanti dia mampu. Dia ingin makan pizza spaghetti dan kue coklat. Karena dulu mereka hanya melihat makanan tersebut di televisi.
"Makanlah, sebagai bentuk bayaran darimu." ucap Iqbal.
"Terimakasih." lirih Vina, sambil memakan makanannya.
Setelah makan, akhirnya Iqbal mengatakan keinginannya.
"Siti zarvina, maukah kau hidup bersamaku, aku berjanji seperti saat kamu masih kecil dulu. Akan terus jadi pelindungmu. Tolong bantu aku untuk mewujudkan janji masa kecil dulu. Terimalah aku." pinta Iqbal penuh harap.
"Tapi aku seorang janda." Vina rendah diri. Pasalnya dia belum tau kalau Iqbal juga seorang duda. Karena Iqbal tidak pernah menceritakannya.
"Kamu tau? Aku juga duda. Aku digugat cerai oleh mantan istriku. karena kekuranganku." jelas Iqbal.
Vina terkejut mendengar pengakuan Iqbal, bahwasanya dia seorang duda. Tiba-tiba hatinya berbunga. Karena rasa rendah diri perlahan sirna.
"Tapi mungkin nanti aku tidak bisa hamil lagi Mas. Karena dulunya aku diceraikan karena tidak bisa memberi Mas Anwar anak perempuan." kata Vina sambil menunduk.
"Kamu tau apa kekuranganku sehingga digugat cerai?"
Vina menggeleng.
"Aku mandul." ucap Iqbal menghembuskan napas.
"Dia menginginkan seorang anak. Dan aku tidak bisa menyalahkannya. Makanya aku menyetujui permintaanya." lanjut Iqbal.
"Bagaimana?" tanya Iqbal penuh harap.
Vina menganggukkan kepalanya. Dia setuju. Kemudian Adit, Saka, dan Syahril keluar. Adit dan Saka membawakan buket bunga yang besar. Sedangkan Syahril cuma membawa tangan kosong.
"Selamat bro, harapanmu dari kecil jadi kenyataan. Aku Ikhsan. Mungkin Iqbal belum menceritakan tentang aku. Aku juga salah satu teman kamu saat di panti." jelas Syahril.
"Iya kah? Jangan-jangan kamu sudah tau kalau aku Vina dari panti. Kalian curang!'" rajuk Vina.
"Selamat Bunda, harapan kami berdua semoga kalian bahagia." ucap Adit.
"Dan aku tidak mau ada adik lagi." seru Saka. Membuat mereka tertawa.
🍁🍁🍁🍁🍁
Di acara 7 bulanan Nadin, mereka merayakan dengan sangat meriah. Anwar menatap gerbang. Mengharap akan kehadiran Vina dan anak-anaknya.
"Semoga saja Vina bisa hadir." batin Anwar.
Bu Fatma, menyadari kegelisahan anaknya yang terus menerus menatap pintu gerbang. Kebetulan mereka merayakan acaranya dihalaman samping yang luas.
"Sarah, coba kamu tanyakan Mas mu, dia kenapa?" bisik Bu Fatma pada Sarah.
"Males ah Bu. Mungkin dia rindu anak-anaknya." jawab Sarah.
"Gak usah dirindukan. Anaknya pada nggak bener semua. Masak pemberian ibu dikasih sama orang lain." kata Bu Fatma. Dia marah saat mendengarkan ucapan Saka yang memberi baju seragam pada orang lain.
"Memang nggak bener Bu. Kayak Vina." ucap Sarah.
Bu Fatma merasa kalau Anwar kurang bahagia. Dia menatap sang anak seperti tertekan. Apalagi jika dikenalkan dengan keluarga Nadin. Dia bisa melihat ketidak nyamannya Anwar. Bu Fatma baru tau watak Nadin. Nadin suka memamerkan kekayaannya. Dan membandingkan pendapatan Anwar dengan uang jajan yang dikasih orangtuanya.
Bu Fatma pernah mendengarkan pembicaraan Nadin, dengan orangtuanya, tanpa sengaja. Nadin, berterimakasih pada orangtuanya. Karena, selalu mengirimkan uang kepadanya. Kalau tidak, dia tidak bisa hidup tenang dengan Anwar.
Malam hari, setelah acara 7 bulanan. Anwar dan Nadin berada dikamar.
"Kenapa orangtuamu selalu merendahkan aku, didepan temen atau keluargamu yang lainnya?" desis Anwar.
"Merendahkan bagaimana?" tanya Nadin, sambil membersihkan makeup.
"Yang mengatakan, semua acara ini Papa mu yang biayai. Karena kalau mengharapkan aku, pasti cuma syukuran kecil-kecilan." berang Adit. Dia sudah menahan emosi dari tadi.
"Itu kebenarannya Mas, bukan menghina." jawab Nadin santai.
"Tapi tidak di beritahu pada semua orang juga Nadin." bentak Anwar.
"Mas kamu kenapa sih? Sensi amat? Udah dari tadi loh. Mas nggak fokus saat aku ajak bicara. Sekarang Mas mau cari gara-gara." teriak Anwar.
"Aku lihat loh Mas, dari mulai acara sampai selesai. Mas selalu menatap gerbang. Aku pikir Mas menunggu teman atau seseorang. Tapi semua orang yang kita undang hadir semua. Kecuali Vina." cibir Nadin.
Anwar terkejut dengan perkataan Nadin. Bagaimana Nadin, bisa tau kalau dia memperhatikan gerbang. Padahal dia menatapnya, jika Nadin lagi bersama teman atau keluarganya.
"Benarkan Mas, kamu nungguin Vina." tuduh Nadin. Air matanya keluar dengan sendirinya. Entah kenapa dia merasakan kalau Anwar masih mencintai Vina.
"Bu-bukan, aku nungguin anak-anak. Ya, aku nungguin anak-anak. Bagaimanapun mereka anakku Nadin. Jadi sudah seharusnya aku berharap jika mereka datang." ucap Anwar dengan lembut.
Nadin tidak percaya dengan ucapan Anwar. Namun karena dia kelelahan, dia memilih mengabaikan masalah ini.
"Maafkan aku, jika tadi aku membuatmu tidak nyaman. Sudah jangan nangis lagi." ucap Anwar menghapus air mata Nadin dan memeluknya.
orangtua laucknut!!!
anaknyapun wanita bodoh!
tidak bisa membedakn salah benar yg penting dapat duit.bagaimanapun cara mendapatkannya.
tinggi kali thor😁