Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila
"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."
Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.
Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Aktor
Andika Mantofany, lelaki yang sebelumnya dikenal culun dan alergi terhadap wewangian, kini sedang mengisap rokok dengan santainya. Tanpa mengenakan masker dan kacamata tebal, dia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki. Kepalanya mengangguk-angguk pelan, seolah sedang menikmati alunan musik. Masuk akal karena terdapat earphone di telinganya.
Mauren keheranan karena ekspresi Andika saat ini tidak seperti lelaki culun, wibawa dan kharismanya terpancar jelas meski wajahnya tidak terlihat sempurna. Posisi Andika menoleh ke samping dan rambutnya yang sedikit panjang berjatuhan di sekitar wajah, sehingga Mauren tak bisa leluasa menatapnya.
Selain heran karena auranya yang berubah drastis, Mauren juga heran dengan tindakannya yang merokok nikmat, seakan-akan sudah biasa melakukannya. Menurut pengakuan Andika sebelumnya, dia merasa pusing ketika mencium wewangian, itu sebabnya selalu mengenakan masker. Bahkan, saat makan pun Andika biasa menyendiri di dalam dapur kantin, guna menghindari pengharum ruangan dan orang-orang yang menggunakan parfume.
Dari sana Mauren menarik kesimpulan bahwa Andika mengalami hyperosmia. Hyperosmia sendiri biasa terjadi pada penderita penyakit autoimun—penyakit yang terjadi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat—penyakit yang sangat anti dengan rokok.
"Kalaupun dia nggak menderita penyakit itu, tapi seharusnya tahu kalau rokok nggak baik untuk kesehatannya yang mudah alergi. Jika memaksa mengonsumsi, maka bisa berakibat fatal. Tempo hari dia bawa surat keterangan dokter, artinya udah tahu dengan kondisi tubuhnya saat ini. Tapi ... kok sekarang dia merokok, mana kayak menikmati gitu, kayak udah familiar banget deh," batin Mauren.
Karena tak ingin berlama-lama dalam rasa penasarannya, Mauren kembali melangkah dan mendekati Andika yang masih fokus dengan aktivitasnya.
"Andika!" Mauren memanggil sambil menepuk bahu Andika.
Lelaki itu terperanjat. Matanya membelalak ketika mendapati Mauren sudah berdiri di dekatnya. Dengan gugup dan salah tingkah, Andika membuang batang rokok ke dalam asbak, juga melepas earphone yang entah mengalunkan musik apa. Lantas, Andika bangkit dan mengulum senyum termanisnya.
"Bu Mauren. Sudah mau pulang, Bu?" tanya Andika.
"Kenapa masih di sini? Dan apa yang barusan kamu lakukan?" Mauren menatap intens, tetapi hanya sesaat karena dengan cepat Andika menunduk.
"Saya menunggu Bu Mauren, kalau saja masih membutuhkan bantuan saya. Tadi saya agak ngantuk, jadi duduk sambil mendengarkan musik. Maaf, saya tidak tahu kalau Bu Mauren sudah ada di sini," jawab Andika sedikit menyimpang dari pertanyaan.
"Yang kupermasalahkan bukan sadar tidaknya kamu dengan kehadiranku, tapi sesuatu yang kamu lakukan barusan. Kamu merokok?" Mauren masih tak mengalihkan pandangan dan Andika pun masih setia menatap lantai.
"Hanya untuk mengurangi rasa lelah, Bu. Kebetulan hari ini cukup melelahkan."
"Begitu ya? Tapi, bagaimana dengan alergimu? Setahuku orang yang penciumannya sensitif itu adalah orang yang mengalami hyperosmia, dan itu dilarang merokok. Tapi, barusan kamu sangat menikmatinya, seolah sudah terbiasa. Dan lagi, ruangan di sini full pengharum, tapi kamu sangat santai membuka masker. Jadi, selama ini kamu bohong atau bagaimana?" Mauren bicara cepat dan membuat Andika makin menunduk.
"Saya merokok hanya kadang kala, Bu. Ini ... sudah seminggu juga baru kali ini merokok, karena kebetulan hari ini cukup lelah dan penat. Saya tadi melepas masker juga terpaksa, Bu. Ini ... rasanya sudah agak pening. Saya ... izin pakai masker lagi ya, Bu." Tanpa mengangkat wajah, Andika membungkuk dan mengambil masker serta kacamata yang tadi diletakkan di kursi.
"Berhenti!" perintah Mauren.
"Kenapa, Bu?" Andika bertanya tanpa menoleh.
"Berdiri dan tatap saya!" kata Mauren dengan tegas.
"Kenapa, Bu?" Andika makin gugup.
Dia berdiri dan hendak memakai masker, tetapi gerakannya langsung dihentikan oleh Mauren. Andika sempat menelan ludah ketika telapak tangan Mauren menggenggam lengannya, rasanya lembut dan hangat.
"Aku paling tidak suka dibohongi!"
"Saya ... saya tidak bohong, Bu." Jantung Andika mulai berdetak cepat.
"Jangan menunduk dan jawab sekali lagi! Kenapa kamu bisa merokok dan dengan santainya membuka masker?" tanya Mauren, sangat tegas dan lengkap dengan tatapan tajam.
"Saya hanya melepas penat, Bu, beneran. Saya tidak bohong. Ini ... rasanya juga sudah tidak nyaman, pening dan sakit, Bu." Andika hanya menatap sekilas-sekilas, selebihnya sekadar menunduk dan membuang pandangan ke samping.
"Aku tidak pernah menoleransi kebohongan. Jika omonganmu kali ini terbukti palsu, maka jangan salahkan aku bila nanti mengambil tindakan atas perbuatanmu. Tidak peduli siapa kamu dan apa tujuanmu, yang jelas di sini aku yang berkuasa. Aku bisa memecatmu kapan saja, camkan itu!"
Ucapan Mauren yang terdengar kasar dan tegas menggelitik perasaan Andika. Tanpa pikir panjang, dia mendongak dan menatap Mauren. Tak lupa pula ia tersenyum manis sebelum menjawab perkataan Mauren.
"Selama saya tidak merugikan Anda, Anda tidak akan memecat saya, karena saya tahu Anda adalah orang yang profesional. Bu Mauren, saya tidak bohong. Semua yang saya katakan adalah jujur," ucap Andika tanpa memudarkan senyuman.
Mauren salah tingkah, mendadak hatinya berdebar saat melihat senyuman Andika, yang kadar kemanisannya di atas rata-rata dan melampaui pesona Jeevan. Bahkan dalam sekilas, aura Andika kembali berwibawa dan berkharisma. Padahal, beberapa detik lalu masih memasang tampang polos. Andika layaknya aktor profesional yang sudah andal dalam hal akting.
"Sebenarnya dia ini sedang jujur atau nggak? Kenapa aku sama sekali nggak bisa membaca sorot matanya," batin Mauren. Karena terlalu fokus dengan mata Andika, Mauren sampai tak sadar jika tangannya masih menggenggam tangan Andika.
Beberapa detik berlalu, keduanya masih beradu pandang. Andika tak ada niatan untuk berpaling, tampaknya dia sangat menikmati momen itu. Sementara Mauren, dia bersikeras menyelami mata Andika guna mencari jawaban atas sikapnya—jujur atau dusta.
Alih-alih mendapatkan jawaban, Mauren justru tersipu malu. Beberapa detik beradu pandang membuatnya sadar bahwa wajah Andika sangat tampan. Selain kulit putih dan terawat, Andika juga memiliki hidung mancung dan bibir sensual. Alisnya pula tebal dan bola matanya hitam memikat. Mauren nyaris terpesona dibuatnya.
"Bu Mauren, boleh saya memakai masker?" Andika bertanya sambil menggenggam tangan Mauren yang masih ada di tangannya. Andika berniat melepas genggaman tersebut, tetapi sengaja melakukannya dengan pelan.
"Pakai saja!" Mauren menyahut cepat seraya menarik tangannya. Dia juga berpaling ke samping dan menghindari tatapan Andika.
Sebelum Andika sempat menanggapi, Mauren sudah berbalik dan bersiap pergi. Akan tetapi, baru dua langkah dia berjalan, Andika kembali memanggil.
"Apa lagi? Saya mau pulang!" jawab Mauren dengan nada tinggi.
Andika mendekati Mauren sambil memegangi kepalanya.
"Apa lagi?" bentak Mauren.
"Bu, saya ... saya___"
Detik berikutnya, tubuh Andika lemas dan ambruk ke depan, tepat arah Mauren.
"Hei! Hei! Jangan begini! Apa yang kamu lakukan? Tubuhmu berat!" Mauren berteriak panik. Namun, Andika tak menanggapi. Lelaki itu tak sadarkan diri di pelukan Mauren.
Bersambung...
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂