Liam Ang atau Liam Halley Anggara adalah seorang model majalah remaja yang menjadi idola para remaja perempuan.
Liam yang juga merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Halley adalah sosok yang supel, humoris, mudah bergaul, dan mudah akrab dengan siapa saja.
Yumi Arishta, seorang gadis gendut, pendek, dan pemalu yang kuliah dan merantau seorang diri di luar kota.
Pertemuan tak sengaja antara Yumi dan Liam di suatu malam, membuat keduanya terlibat dalam sebuah hubungan yang sulit dijelaskan.
Liam yang merasa berhutang budi pada Yumi, terus berusaha mendekati gadis pemalu tersebut. Meskipun beragam penolakan terus saja Yumi lontarkan karena Yumi merasa tidak sepadan dengan Liam yang tampan, kaya, terkenal, dan punya banyak teman.
Perbedaan antar Yumi dan Liam itu bagaikan bumi dan langit. Jadi bagaimana bisa seorang Yumi menjadi kekasih dari Liam Ang?
Bagaimana akhirnya hubungan Yuni dan Liam?
Apakah keduanya akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GADIS HEMAT
"Yum, aku lapar karena kamu mengomel terus dari tadi. Makan, yuk!" Ajak Liam seraya memegangi perutnya yang terasa keroncongan.
"Aku yang mengomel, kenapa kamu yang lapar? Dasar aneh!" Gerutu Yumi yang kini sudah bangkit dari duduknya.
Yumi mencuci tangannya di wastafel sebelum mulai menyalakan kompor dan menjerang panci berisi air di sana.
"Kamu mau masak?" Tanya Liam yang tak berhenti menatap ke arah Yumi yang sedang menyiapkan sesuatu di meja dapur mini di sudut kamar kost tersebut.
"Ya!" Jawab Yumi singkat, padat, dan jelas.
Penampilan Yumi sebenarnya biasa saja. Tubuhnya lumayan berisi atau Liam lebih suka menyebutnya "montok" untuk gadis seusianya. Tingginya yang mungkin hanya 150 cm, memang terlihat pendek untuk Liam yang memiliki tinggi menjulang.
Ya, Yumi hanya setinggi bahu Liam jika mereka berdiri berjajar. Dan satu hal yang membuat Yumi terlihat lucu adalah rambut gadis itu yang keriting seperti mie.
"Sedang memasak apa?" Tanya Liam lagi merasa penasaran.
Kenapa Yumi irit bicara sekali?
Kalau nggak ditanya cuma diam.
Tapi kalau mengomel bisa panjang kali lebar tanpa jeda tanpa nafas.
"Mie!" Jawab Yumi tanpa menoleh ke arah Liam.
Liam bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Yumi.
"Rambutmu sudah seperti mie begini, kau masih saja makan mie," kelakar Liam yang sontak membuat Yumi mendengus sebal.
"Jangan pegang-pegang!" Gertak Yumi galak menyentak tangan Liam yang sedang memainkan rambut keritingnya.
"Kenapa cuma buat satu bungkus? Untukku mana?" Tagih Liam yang hanya mendapati sepiring mie di atas meja.
"Beli dan buat sendiri! Jangan manja!" Gertak Yumi lagi masih mempertahankan nada galaknya.
"Buatkan!" Perintah Liam memaksa.
"Aku bukan pembantumu!" Sahut Yumi sebelum mulai menyantap mie di piringnya.
"Bagi-bagi! Jangan serakah!" Liam menggeser piring dari hadapan Yumi dan mulai menyantap mie milik Yumi.
"Liam!"
"Salah sendiri masak mie cuma satu bungkus! Aku juga nggak bakal kenyang makan mie satu bungkus," cecar Liam yang masih melahap Mie milik Yumi dengan rakus.
Ya, ya, ya!
Padahal itu stok mie terakhir milik Yumi.
Dan sekarang sudah tandas tak bersisa karena dihabiskan oleh Liam. Sepertinya Yumi harus puasa sampai besok dirinya menerima gaji dari Rainer's Resto.
Uang yang tadi diberikan oleh Valeria juga sudah habis untuk membeli baju tuan model yang rakus ini.
Yumi membereskan piring bekas Liam makan dan segera mencucinya di wastafel. Gadis itu melakukan semuanya dalam diam tanpa berbicara sepatah katapun.
"Kamu nggak makan?" Tanya Liam bingung karena Liam pikir Yumi akan membuat mie lagi dua sampai tiga bungkus setelah mie-nya tadi direbut oleh Liam.
"Kau baru saja menghabiskan sisa mie-ku yang terakhir. Lalu aku harus makan apa? Piring dan gelas?" Sahut Yumi datar sebelum menghilang di balik pintu kamar.
Apa?
Yumi tak punya stok makanan lagi?
Mustahil!
Liam bangkit berdiri untuk memeriksa dapur mini Yumi yang kosong tak ada apa-apa. Bahkan toples beras juga kosong dan mejikom mini yang ada di sudut meja dapur terlihat menganggur cukup lama.
Semiskin apa sebenarnya gadis ini?
Yumi sudah keluar lagi dari kamar memakai baju berbeda dan jaket.
"Kau mau kemana, Yum? Ini sudah malam!" Tanya Liam penasaran karena Yumi terlihat akan pergi keluar.
"Mengerjakan tugas di warnet." Jawab Yumi tanpa sedikitpun basa-basi.
Apa?
Masih ada orang ke warnet di jaman sekarang?
"Kenapa tidak mengerjakan tugas di sini saja? Ini sudah malam, bahaya cewek keluar sendiri malam-malam!" Cecar Liam merasa khawatir.
Kenapa Liam begitu khawatir pada Yumi?
"Tugasnya harus dikirim lewat email. Aku nggak punya laptop dan nggak ada internet disini," jawab Yumi menjelaskan.
"Udahlah! Aku pergi dulu keburu malam!" Ucap Yumi lagi yang sudah meraih gagang pintu.
"Tunggu! Aku antar kamu!" Ucap Liam cepat seraya membuka ransel besar yang tadi dibawakan Abi. Liam meraih satu hoodie warna hitam dan memakainya dengan cepat.
Yumi bahkan baru sadar kalau ada ransel sebesar itu di ruang belajarnya.
"Ayo!" Ajak Liam yang sudah memakai hoodie warna hitam yang menutupi kepalanya, serta sebuah kacamata hitam juga.
Sudah seperti penjahat saja.
Liam dan Yumi pergi berboncengan naik sepeda motor menuju ke warnet terdekat. Tak ada obrolan sepanjang perjalanan. Yumi hanya menunjukkan jalan menuju ke warnet karena Liam yang memang duduk di depan. Selebihnya Yumi tak bicara apa-apa lagi.
Saat mengerjakan tugas, Yumi juga hanya diam dan fokus pada tugasnya. Liam yang duduk di sebelah Yumi sudah seperti patung yang tak dianggap keberadaannya. Baru kali ini, Liam bertemu seorang gadis yang tak bersikap lebay di dekatnya.
Apa Yumi tidak nge-fans pada Liam seperti gadis-gadis remaja lain?
Kruuk kruuk!
Suara perut lapar yang minta diisi memecah kebisuan diantara Yumi dan Liam.
Liam sangat yakin kalau itu bukan suara perutnya, karena Liam sudah makan sepiring mie yang seharusnya menjadi makan malam Yumi tadi.
Oh, ya ampun!
"Sudah selesai! Ayo pulang!" Ajak Yumi memberi kode pada Liam agar beranjak berdiri.
"Kita cari makan dulu, ya!" Usul Liam pada Yumi.
"Uang aku sudah pas buat membayar tagihan warnet! Dan uang yang dikasih Valeria tadi juga sudah habis untuk membeli bajumu," jawab Yumi menolak seraya menunjukkan uangnya yang terakhir.
"Aku yang traktir!" Sahut Liam cepat.
Yumi terlihat ragu.
"Udah, ayo! Nanti kamu bisa kena maagh kalau tidur sambil menahan lapar!" ajak Liam yang kini sudah menarik lengan Yumi dan mengajak gadis itu keluar dari warnet.
Tepat di depan warnet kebetulan ada sebuah warung angkringan, jadilah Liam dan Yumi mampir sebentar untuk membeli beberapa nasi bungkus dan gorengan. Keduanya memutuskan untuk makan di kost saja.
Seperti halnya saat berangkat tadi, perjalanan pulang ke kost-an Yumi juga dilingkupi oleh kebisuan tanpa ada obrolan apapun.
"Apa kau selalu ke warnet malam-malam?" Tanya Liam membuka obrolan.
Liam dan Yumi sudah duduk berhadapan di atas karpet plastik sembari menikmati nasi yang tadi mereka beli.
"Hanya saat ada tugas," jawab Yumi singkat.
"Kenapa tidak membeli laptop saja?" Tanya Liam lagi menyelidik.
"Ini aku sedang menabung untuk membeli laptop," sahut Yumi sedikit ketus.
Gadis itu sudah menghabiskan nasi bungkusnya dan segera beranjak dari hadapan Liam.
"Aku harap ini malam terakhir kau menginap di kost-ku! Kita tidak punya hubungan apa-apa. Jadi tidak ada alasan untukmu untuk tetap tinggal disini!" Pungkas Yumi sebelum masuk kamar dan membanting pintu. Sedetik kemudian, terdengar suara pintu kamar yang dikunci dari dalam.
Liam hanya mengendikkan bahu dan melanjutkan makan malamnya.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
meskipun orang yang berada,tapi tidak memandang rendah yang kurang mampu
apalagi seorang YUMI yang punya badan berisi.
pada umumnya pasti jadi bahan Bullying.
Tapi seorang Liam tidak seperti itu🖤
saking sukanya🖤🖤
tetaangganya gx pd julidddd
terimakasih author 👍👍👍😍😍😍😍