kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
Freya melongo gak percaya. ”Lo seriusan, Flo? Lo jadian sama Reva?”
Flora mengangguk sambil senyum malu-malu. ”Iya, Fre… gue masih gak nyangka juga, tapi beneran deh, gue bahagia banget sekarang.”
Freya masih bengong, lalu tiba-tiba nyeletuk, ”Gila sih lo, Flo. Gue kira lo bercanda, tapi ternyata beneran jadian sama Reva…”
”Ih, maksud lo apaan, Fre?” Flora mengernyit heran.
”Ya gue cuma kaget aja! Lo tau sendiri kan Reva itu terkenal sebagai player di sekolah. Kok bisa-bisanya lo malah pacaran sama dia dan lo lupa kalo dia pernah nyakitin hati lo?”
Flora langsung mendelik. ”Eh, Fre, dengerin ya! Reva yang sekarang beda! Dia udah janji bakal serius sama gue, dan gue percaya sama dia!”
Freya mendengus pelan. ”Yah, gue sih cuma ngingetin lo aja, Flo. Takutnya lo kecewa lagi gara-gara dia.”
Flora menggeleng cepat. ”Gue yakin sama Reva, Fre. Lo juga bakal liat sendiri kalau dia beneran berubah buat gue.”
Freya masih terlihat ragu, tapi akhirnya dia hanya mengangkat bahu. ”Yaudah deh, gue no coment yang penting lo bahagia aja.”
Tapi belum sempat mereka ngobrol lebih lanjut, tiba-tiba suara guru terdengar tegas dari depan kelas.
”Flora, Freya! Kalau kalian masih mau ngobrol, mending keluar aja sekalian!”
Mereka langsung panik.
”Eh, enggak, Bu! Maaf, maaf, kami gak bakal ngobrol lagi.” Freya buru-buru menjawab.
”Iya, Bu, sumpah!” Flora ikut mengangguk cepat.
Guru itu menatap mereka tajam sebelum melanjutkan pelajaran.
Flora langsung menunduk dan berpura-pura mencatat di bukunya, tapi senyum bahagia masih tetap menghiasi wajahnya.
Sementara itu, di kelas sebelah, Reva lagi-lagi tersenyum sendiri sambil sesekali mencuri pandang ke arah ponselnya, membaca chat terakhir dari Flora.
Flora: Reva, aku sayang kamu...
Reva nyengir sendiri dan langsung membalas.
Reva: Aku lebih sayang kamu, cantik. Emmuach!
Kinara yang duduk di sebelahnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu.
”Hadeh, dasar bucin…” gumam Kinara pelan sambil geleng kepala
istirahat sekolah pun tiba reva menghampiri flora di kelasnya
”hai,,flo”
”eh,,kamu rev,,tumbenan kesini biasanya juga langsung ke kantin bareng kak kinara”
”ya,,gaklah kan sekarang mah aku udah punya princess masa iya aku jalannya ma orang lain sih emangnya kamu mau hah”
”ya silahkan kalo kamu berani mah di depan aku jalan ma cewek lain abis,,kamu ma aku”
”waduh serem amat,,ampun dah suhu dah tobat saya gak berani nakal-nakal lagi”
”bagus,,ya udah yuks,,kita kantin nanti gak kebagian tempat duduk lagi”
dan benar saja ketika mereka telah sampai di kantin bangku semua telah penuh tak tersisa
”yah,,tuhkan kita kehabisan tempat”keluh flora
”tenang-tenang aku punya tempat tapi mending kita beli makanannya dulu yuks baru nanti kita bawa kesana dan makan disana”ucap reva
"Eh? Emang ada tempat kosong?" tanya Flora heran.
Reva nyengir. "Ada dong, udah percayain aja sama aku."
Flora mengangkat alis curiga.
"Jangan-jangan tempat rahasia kamu yang aneh itu lagi?"
"Ih, enggak kok! Udah yuk, beli makanannya dulu." Reva menarik tangan Flora menuju antrean kantin.
Setelah mereka membeli makanan, Reva menggandeng tangan Flora dan membawanya keluar kantin.
"Eh, kita mau ke mana sih, Rev?" Flora mulai curiga.
"Rahasia! Udah ikut aja, nggak bakal nyesel kok."
Flora menghela napas tapi tetap mengikuti Reva. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di taman belakang sekolah, di bawah pohon besar yang cukup rindang.
"Tadaaa! Ini dia tempat spesial buat kita makan berdua." Reva tersenyum bangga.
Flora mengerutkan dahi. "Ya ampun, Rev. Ini kan tempat kamu biasa nyantai kalau bolos pelajaran."
"Eits, jangan salah! Sekarang ini jadi tempat makan romantis buat kita berdua," kata Reva sambil menggelar jaketnya di atas rumput, lalu duduk. "Ayo duduk, sayang."
Flora mendecak pelan, tapi akhirnya ikut duduk. "Dasar aneh."
"Anehnya cuma buat kamu, kok," goda Reva sambil mengedipkan mata.
Flora pura-pura melotot.
"Ih, apaan sih gombal terus."
Reva hanya terkekeh, lalu mulai membuka makanannya.
"Ayo makan sebelum dingin."
Flora membuka bekalnya dengan senyum kecil, tapi belum sempat dia menyuap makanannya, suara asing terdengar dari belakang mereka.
"Eh, aku kira tempat ini cuman tempat spesial kamu dan aku saja rev ternyata semua korban-korban mu di bawa kesini juga,,heh miris"
Flora menoleh dan langsung melihat seorang cewek dengan ekspresi sinis berdiri di sana. Rambutnya di kuncir tinggi, seragamnya sedikit berantakan, dan tangannya bertolak pinggang.
Reva menghela napas panjang. "Nadya, mau apa kamu?"
Nadya menyeringai. "Cuma heran aja. Dulu kamu sering banget bawa aku ke sini, Rev. Katanya ini tempat spesial kita."
Flora tersentak, tatapannya langsung tertuju pada Reva. "Apa?"
Reva langsung panik dan menggeleng. "flo plis jangan dengeri dia flo aku sudah berubah aku udah gak kayak dulu lagi "
Nadya terkekeh pelan. "hah? Berubah? Seriusan kamu? Jangan-jangan Flora ini cuma satu lagi dalam daftar koleksi kamu,ya Rev?"
Flora mengepalkan tangannya. "Aku bukan koleksi siapa-siapa!"
Nadya mengangkat bahu. "Ya sudah, kalau kamu percaya sama dia, terserah." Nadya lalu menatap Reva tajam. "Tapi kamu tahu kan, Rev? Karma itu ada. Semoga saja kamu benar-benar berubah, karena kalau nggak... ya siap-siap saja."
Setelah berkata begitu, Nadya berjalan pergi, meninggalkan suasana yang mendadak jadi tegang.
Flora menatap Reva dalam diam. Dadanya terasa sesak. "Jadi... tempat ini dulu memang buat kamu dan dia?"
Reva buru-buru menggenggam tangan Flora. "Flo, dengarkan aku. Itu dulu. Aku sudah nggak ada hubungan apa-apa sama Nadya."
Flora menarik tangannya pelan. "Tapi kamu nggak pernah cerita."
"Karena aku takut kamu salah paham."
Flora menatap Reva lekat-lekat, lalu berdiri. "Aku ke kelas dulu."
"Flo, tunggu!"
Tapi Flora sudah berjalan pergi tanpa menoleh.
Reva mengusap wajahnya dengan frustrasi. "arrrggghhh sial..."
Reva buru-buru berdiri, hendak mengejar Flora, tapi langkahnya terhenti. Dia menatap punggung Flora yang semakin menjauh, perasaannya campur aduk.
"Brengsek... kenapa harus muncul sekarang, sih..." gerutu Reva sambil meremas rambutnya.
Nadya, yang belum benar-benar pergi, hanya menyeringai tipis sambil menyilangkan tangan di dada.
"Kenapa? Panik? Nggak nyangka ya bakal kepergok?"
Reva melotot. "Lo tuh kenapa sih, Nadya? Udah lama selesai, kenapa masih nyari masalah sama gue?"
Nadya terkekeh. "Gue nggak nyari masalah, Rev. Gue cuma pengin ngingetin lo kalau dulu lo juga pernah janji serius sama gue, tapi nyatanya?" Nadya menunjuk dirinya sendiri. "Gue tetap lo tinggalin, kan?"