Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Ketuk Palu Janda
"Namaku Keynan, kakak." bocah kecil itu menerima uluran tangan Riska lalu mencium nya dengan takdzim.
"Jangan panggil Kak, soalnya umur Tante sudah tua. Panggil Tante Riska saja yah." Riska mengusap puncak kepala itu dengan lembut. Hati nya berdesir mendadak entah karena apa.
"Baiklah Tante, Keynan akan panggil Tante Riska." Keynan memainkan mata nya, bola hitam berwarna hitam pekat itu di gerakan ke kanan dan ke kiri. Lalu bocah itu menggoyangkan kepala nya mengikuti irama musik yang di pendengarkan dari rumah makan tersebut.
Tingkah Keynan membuat Riska terpukau, hingga perempuan itu tertawa kecil di buatnya.
"Anakmu itu sungguh menggemaskan." Riska menatap Abian yang tengah memperhatikan nya.
"Sama dong kaya bapaknya." Abian menaikturunkan alisnya menggoda Riska.
"Mengkhayal dot com. Itukan versi mu." Riska mencebikkan bibir nya ke arah pria berambut belah tersebut.
"Ris, apa rencana mu ke depan. Mau kembali menetap di kampung halaman atau kemana gitu?." tanya Abian tanpa menoleh ke arah Riska. Pria itu sibuk menatap layar ponselnya yang tiba-tiba menyala sebab adanya pesan masuk.
"Salah satu pembuat lukaku ada di sana. Rasanya, tidak sanggup aku menetap di kampung. Takut tidak bisa mengendalikan hati saat bertemu dengan nya nanti. Aku yang emosian mudah meledak nanti," Riska kembali mengelus Keynan yang sedang bermain lego- permainan hadiah dari Abian.
"Sama juga dong. Aku pun belum siap kembali ke kampung itu. Berharap bisa kembali ke sana suatu saat nanti kalau kenangan itu sudah lenyap dari ingatanku. Tapi, hari ini aku sangat kangen dengan almarhumah ibu. Aku ingin mengunjungi beliau sekaligus ingin mengenalkan Keynan ke kampung halaman kita." Tanpa di tanya Abian menjelaskan dan Riska manggut-manggut.
"Lama bener, Bu? semedi di toilet? dapat wangsit nya?." Riska menepuk tempat di sisi nya sembari menggoda sahabat nya yang baru saja kembali dari toilet setelah le ih dari setengah jam berada di sana.
"Kamu nggak ngerasain sakit di perut ku." Septia mengerucutkan bibir nya kesal karena di goda sahabat nya.
Riska ingat tadi sahabat nya sudah makan rujak buah sebelum berangkat janjian dengan Abian. Rujak dengan bumbu yang super pedas.
"Ah, aku tahu. Pasti ini gara-gara rujak buah tadi kan? kan aku sudah bilang nggak usah banyak-banyak rawit nya. Kamu nya sih ngeyel di bilangin. Mentang-mentang harga cabe lagi murah." Riska segera menyodorkan deggan hijau yang sudah di buka tutup nya tersebut.
Baru pelayan mengantarkan pesanan mereka.
"Semoga dengan ini sakit perut mu hilang." Riska menyakinkan Septia.
Septia mencebikkan bibir nya. "Sok tahu." kemudian menyeruput air kelapa muda tersebut.
"Coba dulu, kata orang sih begitu. Eh aku kasih tahu yah, yang namanya obat itu hanya wasilah. Hakikatnya Allah yang menyembuhkan, kalau Allah bilang minum air kelapa itu menyembuhkan, ya insyaallah bisa sembuh. Kalau Allah tidak mengizinkan sebanyak apapun kamu minum tetap tidak sembuh meskipun orang lain akan sembuh. Di sinilah keimanan kita di pertanyakan."
"Iya deh, Bu ustadzah dadakan. Bismillah aku minum ini untuk memohon kesembuhan pada Allah." Septia mulai menyeruput air kelapa dengan sedotan.
Riska menatap Septia dengan senyuman. Tanpa di sadari Abian sedang mencerna ucapan Riska.
Mereka makan makanan pesanan mereka dengan tenang. Setelah itu Riska menyerahkan semua berkas yang di perlukan untuk proses perceraian nya dan juga bukti perselingkuhan yang di lakukan Danang dan Siska.
Karena bukti yang di miliki Riska sudah cukup, Abian menyakinkan jika proses perceraian nya akan berjalan dengan lancar.
***
Akhirnya Riska resmi menjadi janda setelah ketuk palu. Dia sekarang bisa tersenyum dengan status baru nya.
Riska tidak pernah takut dan khawatir dia menang status janda. Untuk apa mempertahankan pernikahan jika hanya membuat dirinya tersakiti.
Sudah 4 tahun ia di bodohi dan di manfaatkan oleh suami dan mertuanya. Bahkan Riska tidak pernah keberatan jika Danang hanya sedikit saja memberi nya nafkah, Riska sudah menopang biaya kebutuhan mereka. Namun jika Riska di hadapkan dengan pengkhianatan, Riska tidak akan bisa pernah menerima.
"Akhirnya semua sudah selesai, sekarang kamu tinggal membuka lembaran baru, untuk hidupmu Sayang. Mama akan senantiasa berada di samping mu dan mendukungmu." ujar Ratih beryukur karena Riska sudah lepas dari Danang laki-laki benalu yang hanya bisa menumpang hidup pada istrinya dan banyak tingkah dengan menduakan putrinya dengan sepupu Riska sendiri.
Saat ini Ratih ikut menemani putrinya dalam sidang perceraian nya. Septia juga ikut menemani sahabat ny itu.
"Terima kasih mah. Karena berkat doa mama Riska bisa kuat hingga sampai di titik ini." ucap Riska tulus.
"Semoga setelah ini kamu mendapatkan jodoh yang baik, tidak pernah menduakan kamu dan menyakiti hati atau fisik mu."
"Mama jangan dulu membicarakan orang baru. Karena aku belum ingin menikah lagi. Bahkan belum terbanyangkan oleh ku sama sekali untuk membuka hati untuk pria baru. Aku hanya ingin menikmati kesendirian ku saat ini." ujar lirih Riska, ia tidak ingin terburu-buru dalam memilih pasangan hidup.
Ratih menatap sendu putrinya, mendengar perkataan putrinya.
"Selamat yah, kamu sudah resmi berpisah dengan laki-laki benalu macam Danang." Septia merangkul Riska di parkiran.
"Terima kasih Tya, kamu selalu menemani ku selama ini." Riska membalas pelukan Septia.
Beruntung perceraian Riska berjalan dengan lancar sesuai dengan prediksi Abian, pengacara nya. Di tambah Danang yang tidak bisa hadir dalam persidangan. Dua kali persidangan Danang tidak bisa hadir, menurut berita nya Danang kecelakaan di tempat kerja nya. Sehingga tidak memungkinkan untuk hadir di persidangan. Oleh sebab itu memuluskan jalan perceraian Riska. Sebab tidak menutup kemungkinan jika Danang akan menuntut harta gono gini jika dia dalam keadaan sehat.
"Sekarang kita pulang yah, Nak." ajak Ratih pada putrinya.
Riska tersenyum dan menganguk.
"Bu Riska." Riska menoleh ke arah sumber suara. Pria berbadan tegap dan berpakaian perlente datang menghampiri mereka.
Riska yang baru saja membuka pintu mobil pun urung.
"Tante." Abian menyalami tangan Ratih. Sebelum persidangan tadi di mulai Abian dan juga Ratih terlibat obrolan seru, Ratih yang senang karena bisa bertemu dengan teman masa kecil putrinya itu, tidak berhenti membahas kejahilan yang di lakukan Abian sewaktu kecil pada Riska. Mereka tertawa bersama.
"Mau pulang kampung?." Abian bertanya dengan pandangan menoleh ke arah Riska.
"Iya Pak, mau nitip oleh-oleh?." Aku menautkan kedua alis. Ciri khas saat Riska selalu menggoda nya dulu.
Beberapa kali berinteraksi dengan Abian, membuat Riska bisa refleks kembali di dekatnya. Riska memposisikan dirinya sebagai teman kecil bukan sebagai seseorang yang pernah menaruh rasa padanya. Bahkan rasa itu sudah terkubur sejak lama, dan tidak akan pernah kembali muncul.
"Nggak soalnya saya juga mau ke sana juga. Bagaimana kalau kita bareng?." Pertanyaan Abian membuatku menoleh pada Septia.
Perempuan dengan kerudung voal itu mengedikkan bahu. Walaupun Abian dan Septia satu keluarga, namun tidak terlalu akrab karena Abian hanya sepupu dari suami Septia. Tanpa suami nya Septia tidak bisa seakrab itu dengan laki-laki lain walaupun itu masih satu keluarga. Jangan sampai kisah tragedi Riska tentang sepupu menikung sepupu nya sendiri malah terjadi kepada Septia. Riska membuang jauh-jauh pikiran itu.
"Bagaimana kalau kita jalan beriringan saja pak?. Saya bawa mobil sendiri." Riska juga tidak mungkin satu mobil dengan suami orang. Terlebih Abian adalah orang yang pernah singgah di hati Riska. Riska takut setan berusaha menggoda dan menggelincir kan mereka.
"Tidak masalah." Dia mengangguk tanpa keraguan.
.
.
.
Bersambung...
tinggalkan aja suamimu riska......