Terpikat Pesona Gadis Lugu

Di tepi jurang, di pinggiran laut. Johan berdiri menatap jauh ke laut lepas. Sudah 1 bulan ia berada di negara ini, mencari tahu kembali tentang kecelakaan yang mama dan adik nya alami.

"Apa aku terlalu berharap kalian masi hidup?" lirih Johan.

"Apa kau yakin!!!! Semua bukti sudah kau bersihkan??"

"Sudah tuan, semuanya sudah"

Johan menoleh ke samping kanan, ia melihat 2 orang pria tengah berdebat dan seperti mencari sesuatu.

"Apa ada orang?" gumam salah satu pria itu sembari celingak celinguk.

Beruntung Johan bergerak cepat dan bersembunyi di balik pohon.

"Apa yang sedang mereka cari?"batin Johan, ia terus mengawasi kedua pria itu dari balik pohon.

"Bos, aku sudah membuang dan membakar bukti buktinya. Jadi kau bisa tenang sekarang" ucap pria berbadan kecil namun memiliki bentuk wajah yang menyeramkan.

"Kau pikir aku percaya??? meskipun sudah bertahun tahun lama nya. Tetap saja anak bodoh itu kembali mencari jejak kecelakaan mama nya!"

Deg.

Jantung Johan berdetak cepat, apa yang mereka maksud adalah dirinya? jika yah, berarti mereka ada hubungan nya dengan kecelakaan yang mama nya alami.

"Aku harus menyelidiki mereka berdua!" batin Johan.

Kriimgggg~ Kringggg~~~

"Sial!"

Johan meraba raba sakunya, mencari keberadaan ponsel nya yang berdering kuat. Ia melirik ke arah dua pria yang mendengar dering ponselnya, seperti nya mereka mencari cari sumber suara.

"Siapa di sana!!!!" kedua pria itu langsung berjalan cepat ke sumber suara.

"Keluar lah!!!" teriak pria itu lagi.

Johan berhasil mematikan ponselnya, ia sedikit mundur agar mereka tidak melihat dirinya yang bersembunyi di balik pohon besar.

"Keluar lah!!!!" teriak orang itu lagi.

Dua langkah lagi, mereka bisa melihat Johan di sana.

"Jangan sampai ketahuan, jika ketahuan maka kesempatan ku untuk menyelidiki mereka akan sirna " batin Johan.

"Boss!! Boss!!!!!" dari arah kejauhan, seorang pria berbaju hitam seperti dua orang itu berlari sembari berteriak.

"Ada apa kau berteriak seperti itu!!!" sahut pria yang di panggil boss oleh mereka.

"Ada kabar buruk boss, Mr. Bein marah pada kelompok kita boss!!!!"

"Kenapa Mr Bein bisa marah????" tanya pria itu heran.

"Aku tidak tahu boss, kata mereka boss sudah mengkhianati nya"

"Ayo kita temui dan jelaskan pada Mr t boss" usul pria yang bersama boss nya tadi.

Pria yang di panggil boss itu menoleh ke belakang, ia masih penasaran dengan bunyi dering ponsel tadi.

"Ayo kita pergi sekarang " kata boss nya, urusan dengan Mr Bein lebih penting dari pada suara dering ponsel itu.

Fyuuuu~

Johan keluar dari persembunyiannya, menatap kepergian tiga pria tadi.

"Mr Bein??" gumam Johan.

Johan tiba di hotel tempat nya menginap, selama sebulan ini hotel inilah menjadi rumah bagi nya.

"Kai!" panggil Johan.

"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" sahut intilegen yang selalu menemani Johan selama sebulan ini.

"Aku ingin kau mencari tahu tentang Mr Bein"titah Johan.

"Baik tuan"

Kai bergerak menuju ke meja samping ranjang milik Johan, ia mengambil laptop milik nya.

Butuh waktu 10 menit, Kai langsung mendapat informasi tentang siapa Mr Bein.

Johan keluar dari kamar mandi, ia melihat Kai menata diri nya.

"Apa sudah kau dapatkan??" tanya Johan sembari berjalan menuju ke lemari pakaian nya.

"Maaf tuan, seperti nya anda akan terkejut mengetahui ini" jawab Kai.

"Memangnya siapa Mr Bein itu?" Johan menjadi penasaran, ia cepat cepat mengenakan pakaian nya dan lalu menghampiri Kai.

"Anda pasti mengenali pria ini" ucap Kai sembari memberikan laptop nya pada Johan.

"Paman Handi??" beo Johan kaget. Ternyata Mr Bein itu adalah paman nya sendiri.

"Bagaimana bisa paman ku menjadi seorang mafia?"

"Saya juga tidak mengerti tuan, tapi jika di lihat dari historis perjalanan kehidupan nya. Mr Bein sudah menjadi ketua Mafia selama 30 tahun. Itu artinya paman anda sudah menjadi Mafia sejak ia muda." Jelas Kai.

Johan tidak habis pikir, selama ini ia tidak tahu jika paman nya adalah seorang mafia.

Papa nya juga tidak pernah menceritakan padanya siapa paman nya itu. Jika bertemu di rumah kakek, atau di acara keluarga, paman nya Handi terlihat seperti pria baya pada umumnya.

Johan melirik Kai, pria itu tiba tiba diam seperti memikirkan sesuatu.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Johan.

"Aku hanya takut, jika kecelakaan itu di sengaja oleh musuh keluarga anda. Saya juga curiga keluarga anda adalah keluarga mafia" jelas Kai.

"Tidak mungkin, aku tahu betul bagaimana keluarga ku! selama ini tidak ada yang memberitahu ku soal ini. Jika memang keluarga ku adalah keluarga mafia, maka kekuasaan akan turun pada ku. Tapi lihat lah, umur ku sudah hampir 30 tahun. Tapi paman atau kakek tidak pernah memberi tahu ku" ucap Johan panjang lebar.

"Kau benar juga tuan, Hem... Ada banyak misteri yang harus kita pecahkan" sahut Kai.

...----------------...

Di sisi lain, Raisa dan Yoga tengah menikmati malam. Raisa merasa sangat gerah di dalam kamar, ia meminta Yoga untuk menemaninya duduk di balkon kamar.

"Apa kau tidak kedinginan?"tanya Yoga mengusap kedua tangan Raisa yang terasa dingin.

"Aku tidak dingin tuan" jawab Raisa tersenyum.

Kedua nya karut dalam tatapan masing masing, terdiam dalam sepi nya malam ini. Suara jangkrik dan binatang malam lain nya terdengar jelas. Karena memang malam sudah mulai larut, dan mereka masih duduk di luar.

"Tuan, apa aku boleh bertanya sesuatu?"

"Silahkan" sahut Yoga.

Raisa menghela nafas, ia menatap manik mata Yoga dalam. Seakan ingin memastikan sesuatu.

"Katakan lah" desak Yoga, karena Raisa tak kunjung membuka suara.

"Apa alasan anda memperlakukan saya seperti ini?"

"Karena aku mencintaimu" jawab Yoga cepat. Raisa sampai terpanah mendengar jawaban yang seakan tidak di pikir dulu oleh Yoga sebelum menjawab.

"Apa kau yakin? sejak kapan?" tanya Raisa lagi.

"Sejak kau mengganggu ku di hotel waktu itu"

"Apa????"

Brak~

Raisa memukul dada Yoga kuat, wajah nya berubah menjadi muram.

"Apa lagi ini???" erang Yoga. Mood Raisa tiba tiba berubah.

"Kau bekas orang lain!" dengus Raisa marah.

"Hei, kenapa kau marah pada ku!" heran Yoga.

"Kenapa kau bilang cinta, tapi dirimu malah bekas orang lain. Apa begini diri mu pada setiap wanita??"

Yoga menarik nafas, ia harus sabar menghadapi kekasih kecil nya ini.

"Kau tidak bertanya pada ku kenapa malam itu terjadi begitu?" cibir Yoga.

"Kenapa aku harus bertanya? bukan kah jika pria dan wanita berada di dalam kamar berdua, itu atas dasar mereka suka sama suka!"

Pletak!!!!!

"Kenapa kau menjitak ku!!!" erang Raisa menatap Yoga marah.

"Kau terlalu bodoh memiliki pemikiran seperti itu!" dengus Yoga.

"Kau tahu bukan, aku ini CEO. Banyak yang ingin menjatuhkan aku, menjebak ku. Nah wanita itu salah satunya, dia adalah utusan dari keluarga nya untuk menjebak ku. Lalu memeras ku agar membantu perusahaan nya!" jelas Yoga panjang lebar.

Raisa malah terdiam, ia teringat dengan kejadian di pesta waktu itu. Papa dan mama tiri nya dengan sengaja memaksa dirinya ikut menghadiri acara pesta teman nya untuk mendapatkan seorang pria kaya dan membantu perusahaan yang hampir bangkrut.

"Honey...."

"Honey.... hei..." panggil Yoga lagi.

"Eh iya" sahut Raisa tersentak ketika Yoga menggoyang kan bahu nya.

"Kenapa kau termenung??" heran Yoga.

"Cekk.. Aku hanya teringat pada nasib ku yang hampir sama seperti gadis waktu itu. Papa memaksa ku untuk ikut dengan nya dan menyuruh ku untuk memikat seorang pria kaya" jelas Raisa menunduk sedih.

Melihat gadis nya sedih, Yoga malah ikutan sedih. Ia memeluk tubuh mungil Raisa dan mengusap rambutnya.

"Sudah, Sekarang kau aman bersama ku. Papa mu tidak akan memaksa mu lagi" ucap Yoga menenangkan.

"Kenapa papa tega yah, memperlakukan aku seperti itu" lirih Raisa mulai menitikkan air matanya.

"Ssstttt...... Jangan di ingat lagi, suatu hari mereka yang menyakiti mu, pasti akan menyesal dan menangis karena nya"

Yoga memeluk Raisa erat, seakan ingin menyalurkan ketenangan pada gadis itu. Dalam hati ia bertekat untuk menjaga dan melindungi gadisnya. Tidak akan ada yang boleh mengganggunya.

"Kau aman bersama ku" lirih Yoga lagi.

Tak berapa lama, tangis Raisa mulai mereda, di gantikan oleh dengkuran halus dari nya.

Yoga kaget, ia menunduk memastikan apakah Raisa beneran tidur atau tidak.

"CK...Dia beneran tidur" decak Yoga.

Dengan hati hati pria itu mengangkat tubuh mungil Raisa dan membawa nya ke dalam kamar, lalu membaringkan nya secara perlahan dan hati hati di atas ranjang, agar tidak mengganggu tidur nya.

"Nice dream sweet heart"

Cup~

Yoga memutuskan untuk keluar kamar, ia masuk ke dalam ruangan kerjanya. Setelah sampai di ruangan kerja, Yoga mengirim pesan pada Niko, ia meminta pria itu menemuinya.

Tak berapa lama Niko pun datang

Ceklek~ Suara pintu terbuka dan kembali tertutup.

"Ada apa malam malam begini memanggil ku?" tanya Niko.

Yoga memberikan beberapa lembar kertas.

"Apa ini?" tanya Niko sembari membaca isi dari kertas itu. Ada terdapat beberapa gambar yang sangat di kenali oleh Niko.

"Apa mereka yang telah membuat mama meninggal??" gumam Niko bertanya.

"Yah, mereka ada hubungan nya dengan semua ini. Mama tidak meninggal karena penyakit, tapi meninggal karena terjebak kecelakaan!"

"Apa????" Niko meremas kertas kertas itu.

"Kau tidak tahu??? dasar bodoh, bertugas sebagai kaki tangan ku, tapi tidak tahu apa apa" cibir Yoga mengejek.

"Kau gila, tugas perusahaan dan juga mengawasi Yaisya kau berikan pada ku. Sekarang ini juga, yah mana bisa aku menangani nya" balas Niko kesal.

"Sudah lah, Sekarang kita haru mengetahui siapa dalang di balik kecelakaan mama. Dan bagaimana mungkin mama bisa terjebak di dalam mobil, sedang kan di hari itu mama ada di rumah" jelas Yoga. Tatapan mata pria itu tak lagi sendu, seperti ia menatap Raisa. yang ada hanya tatapan mematikan, tatapan ingin membunuh siapa saja yang sudah melenyapkan mama nya.

"Secepat nya aku akan mengetahui siapa pelaku nya!!!" kata Niko, ia orang kedua yang paling marah setelah Yoga, karena mama angkat nya lah yang menyelamatkan hidup nya. Niko bersumpah akan menghabisi siapa saja yang melakukan ini terhadap mama nya.

"Kabari aku secepat nya" titah Yoga.

"Baik" sahut Niko. Pria itu berbalik dan pergi keluar dari ruangan kerja Yoga. Meninggalkan pria itu sendiri menatap sebuah foto yang selalu terpajang di atas meja kerja nya.

"Aku berjanji akan membalas dendam mama" lirih Yoga penuh tekat.

...----------------...