NovelToon NovelToon
Our Love Journey

Our Love Journey

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:627
Nilai: 5
Nama Author: Renjana

Membahagiakan memiliki sahabat yang baik dan seorang crush yang sangat perhatian. Tapi dibalik itu semua, perjalanan cinta tak selalu bahagia. Masa lalu yang belum usai menjadi ujian disaat mereka memutuskan ke jenjang yang serius.
Masa lalu yang hadir diantara mereka, juga cobaan yang silih berganti. Akankah mereka bisa mengatasi dan melaluinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Renjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Verlie berlari menuju ruang kelasnya. Ia terlambat lima menit! Verlie mengetuk pintu kelas dan mengintip ke dalam. Semua teman sekelas menatapnya.

"Kamu terlambat! But good news dosen kita juga tidak masuk!" kata Shendy teman dekatnya.

"Fiuh! Kukira aku terlambat!"

"Aku sudah mengirim pesan dan meneleponmu berkali-kali dari kemarin tidak ada balasan. Hanya dibaca! Kenapa?" Shendy merengut duduk di kursinya kembali.

"Maaf..."

"Dan... Asal kamu tahu! aku menelepon yang mengangkat suara cowok!" Shendy menyipitkan mata penuh kecurigaan. Verlie menggeleng.

"Kamu balikan dengan..."

"Nggak! Aku nggak balikan,"

"Terus? One night stand?"

"Astaga Shendy!" Verlie menutup mulut Shendy karena suara gadis itu tidak pelan. Untung saja yang lain sedang sibuk semua jadi tidak ada yang mendengarkan.

"Jadi? Beritahu aku!" desak Shendy.

"Nanti aku ceritakan, sekarang beritahu tugas kita," pinta Verlie. Shendy memberikan catatannya dan membiarkan Verlie menulis beberapa waktu dan setelah selesai menariknya menuju kantin.

"Jelaskan, bagaimana bisa ponselmu ada suara cowoknya?" tanya Shendy.

Verlie menjelaskan sambil memakan cemilan di hadapannya. Ia menjelaskan bagaimana pertemuannya dengan ketiga pria tampan itu kemarin. Shendy tak percaya, bagaimana mungkin Verlie bisa seberuntung itu.

"Pasti mereka bukan orang baik-baik," gumam Shendy.

"Nggak tahu!" Verlie mengangkat kedua bahunya. Ponselnya berdering siapa lagi yang menelepon kalau bukan Naja.

"Orangtuamu menelepon!" ucapnya tanpa basa basi.

"Haa? Lalu? Kamu jawab?" Verlie mendekap mulutnya.

"Menurutmu?"

"Naja... terus mereka bilang apa? Kalian sih iseng," Verlie merasa kesal.

"Hmmm... Begitulah,"

"Begitu bagaimana?"

"Kamu mau tahu? Temui aku sekarang!" kata Naja.

"Sekarang? Dimana?" tanya Verlie.

"Di parkiran! Cepat! Aku lelah menunggu!" perintahnya tanpa memberi jeda dan langsung mematikan ponselnya.

"Astagaaaa anak ini!" dengan kesal Verlie memasukkan ponselnya ke tas dan beranjak dari meja kantin.

"Mau kemana?" tanya Shendy.

"Ayo kalau mau ikut!" kata Verlie bergegas keluar, diikuti Shendy di belakangnya sambil berlari kecil.

Mereka sampai di pelataran parkir, Verlie mencari dimana Naja. Tak lama ponselnya berdenting, Naja memberitahu dimana mobilnya. Lalu Verlie mendekat, saat Naja menurunkan kaca mobilnya.

"Berikan ponselku!" pinta Verlie, Naja menggeleng pelan.

"Telepon dan loudspeaker!" Naja tetap memegang ponsel Verlie.

"Enak saja! Tidak bisa beg..."

"Halo Verlie?" suara ibunya memanggil dari seberang sana, rupanya Naja sudah menelepon lebih dahulu.

"Halo, iya bu? Ibu apa kabar?" tanya Verlie sambil ingin meraih ponselnya tapi dengan cepat Naja menjauhkan dari jangkauan Verlie.

"Baik, kamu baik-baik saja?" tanya ibunya.

"Baik bu,"

"Oh ya, siapa tadi yang menyimpan ponselmu?"

"Oh itu teman bu,"

"Lain kali hati-hati, untung temanmu baik menyimpankan ponselmu. Jangan teledor lagi! Apalagi meninggalkan barang di sembarang tempat!" ucap ibunya.

"Baik bu, ayah mana?"

"Ayah kerja, ya sudah ibu cuma mau tanya kabarmu. Syukurlah kamu baik-baik di sana. Nanti ibu telepon lagi ya,"

"Baik bu, salam buat ayah,"

"Nanti ibu sampaikan, kuliah yang benar. Jangan malas-malasan lagi,"

"Baik bu,"

"Ya sudah, ibu tutup ya, dah sayang,"

"Dah ibu!"

Klik

Ponsel langsung dimatikan oleh Naja. Ia melirik Verlie dan ternyata ada seorang teman di belakangnya.

"Aku mau membahas acara undangan, sebaiknya kita segera pergi," kata Naja.

"Bahas di sini saja!"

"Tidak! Ayo naik, dan pamit ketemanmu!" perintahnya.

"Cih! Memerintah terus!"

"Mau kubuang ponselmu?" ancamnya.

Verlie berbalik dan mengatakan bahwa Naja mengajaknya pergi dengan wajah yang terlihat tidak enak. Untunglah Shendy mengerti dan membiarkan Verlie pergi.

Verlie dan Naja saling diam. Verlie melirik ke arah Naja yang memakai kemeja berwarna navy dengan lengan yang digulung sampai siku sangat sinkron dengan kulitnya yang putih. Rambutnya tersisir rapi dengan anting yang masih bertengger di telinganya.

"Jangan menatapku terus, nanti kamu kagum," ucapnya saat mobil berhenti karena lampu jalan sedang berwarna merah.

"Percaya diri sekali!" Verlie mendecih dan mengalihkan pandangan keluar.

"Oh ya, aku lupa bilang. Kita akan menemui keluargaku," ucap Naja santai.

"AP...Apa??" dalam beberapa hari saja Naja sukses membuat Verlie terkena sakit jantung.

"Menemui orangtuaku,"

"Huh! Kalau mau mengerjaiku kira-kira! Aku sedang malas bertengkar!" ucap Verlie.

"Terserah saja," jawab Naja.

"Serius Ja...!"

"Tak lama lagi kita sampai," ucap Naja serius.

Mereka sampai di suatu rumah sederhana dengan pekarangan yang lumayan luas. Banyak tanaman tahunan di sekitarnya, pekarangannya di tutupi rumput. Ada satu mobil terparkir di depannya.

"Ayo!" ajak Naja. Verlie dengan gerakan lambat keluar dari mobil.

"Ini..."

"Dah masuk aja!" perintah Naja. Mereka masuk dan mendapati interior ruangan yang didominasi warna putih dan coklat.

"Duduklah!" perintahnya. Verlie yang merasa sedikit gugup segera duduk. Naja entah pergi kemana.

"Waah... Ada Verlie!" tiba-tiba Jimy turun dari lantai atas dan duduk di sofa.

"Hai Jim! Kamu di sini?" tanya Verlie.

"Iya, tadi habis main di atas," jawabnya santai.

"Kefin mana?" tanya Verlie.

"Di atas! Masih lanjut main. Dengan siapa kesini? Apa dengan Naja?" tanya Jimy. Verlie mengangguk.

"Tapi aku nggak tau dia dimana, apa dia mangģil..."

"Iya, sepertinya begitu," jawab Jimy memutuskan pembicaraan Verlie.

"Jadi benar?"

"Iyalah, kalau tidak pasti dia sudah duduk di sini!" jawab Jimy santai.

"Begitu ya..." Verlie sedikit gugup. Jika benar Naja memanggil orangtuanya, entah bagaimana Verlie harus bersikap. Jujur saja dia belum siap. Dan entah kenapa dia mau mengenalkan orangtuanya, sementara mereka baru kenal.

"Kenapa?" tanya Jimy.

"Aaah tidak apa-apa," jawab Verlie.

"Santai sajalah, apa Naja tadi ke kampusmu?" tanya Jimy.

"Iya, bagaimana dia bisa tahu kampusku?" tanya Verlie.

"Hal yang mudah bagi Naja untuk mencari informasi. Apa dia mengganggumu tadi?" tanya Jimy. Verlie menggeleng. Ia lalu bercerita bagaimana pertemuannya di kampus tadi. Sampai Verlie lupa akan rasa gugupnya. Jimy pendengar yang baik ditambah ia juga humoris. Sehingga Verlie merasa betah bercerita dengannya.

Jimy tertawa keras saat Verlie bercerita saat menelepon orangtuanya.

"Naja memang selalu begitu, sesukanya saja. Cuma aneh..." kata Jimy.

"Aneh kenapa?" tanya Verlie.

"Dia..."

Jimy tak jadi melanjutkan pembicaraan karena Naja datang dengan membawa minuman. Jimy sampai melongo melihat Naja.

Plak!

Naja memukul lengan Jimy.

"Apa sih!"

"Ngapain? Sana...!" usirnya pada Jimy yang duduk di sebelah Verlie. Jimy beranjak sambil menggerutu.

"Okeh, aku mau bicara soal undangan pernikahan kemarin," kata Naja.

"Iyaaaa" Verlie membalas dengan malas.

"Undangannya Sabtu ini, aku mau kamu merawat diri di..."

"JIM! JIMY! Kemarilah!" perintah Kefin dari atas menuruni tangga. Lagi-lagi ucapan Naja terpotong.

"Berisik! Aku sudah mengambil minumannya!" Jimy mengangkat minuman kaleng di tangannya.

"Cepatlah!" perintah Kefin, lalu saat ia akan kembali ke atas ia melihat Verlie.

"Hai Verlie..."

"Aaaarrrrrrrggggghhhhhhhhhhh!" teriak Verlie

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!