Panggilan Emran, sang papa yang meminta Ghani kembali ke Indonesia sebulan yang lalu ternyata untuk membicarakan perihal pernikahan yang sudah direncanakan Emran sejak lama. Ancaman Emran membuat Ghani tak bisa berkutik.
Ghani terpaksa menyembunyikan status pernikahannya dari sang kekasih.
Bagi Khalisa bukan sebuah keberuntungan bertemu dengan Ghani kembali setelah tak pernah bertukar kabar selama tujuh belas tahun.
Bisakah Khalisa bertahan dengan pernikahan tanpa cinta ini, sedang suaminya masih mencintai perempuan lain.
***
"Kamu sendiri yang membuatmu terjebak." Ghani sudah berdiri di depannya, menyalahkan semua yang terjadi pada Khalisa. "Kalau kamu tidak menyetujui lamaran Papa tidak akan terjebak seperti ini." Sangat jelas kekesalan lelaki itu ditujukan padanya.
"Kalau kamu bisa menahan Papamu untuk tidak melamarku semua ini tidak akan terjadi Gha, kamu memanfaatkanku agar masih bisa menikmati kekayaan yang Papamu berikan."
"Benar, aku akan menyiksamu dengan menjadi istriku, Kha." Suara tawa yang menyeramkan keluar dari mulut lelaki itu. Membuat Khalisa bergidik ngeri, berlari ke ranjang menyelimuti seluruh tubuh. Ghani kemudian pergi meninggalkan kamar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
"Maaf Gha, gak usah dipikirin permintaanku tadi." Ujar Khalisa mengabaikan keinginan sendiri. Susah banget buat ngatur emosi sih main nyeplos aja apa yang dimau.
"Makan dulu ya." Khalisa menyendokkan nasi ke mulut suaminya, tapi ditolak. Susah kalau di rumah dua-duanya suka merajuk seperti ini, jadi gantian deh.
Ghani menyuap nasi sendiri sampai ludes tanpa memperhatikan Khalisa. Setelah selesai dia beranjak ke kamar. Khalisa mengikuti suaminya setelah menyelesaikan nasi dipiring.
"Gha maafin ya." Khalisa memeluk suaminya dari belakang. "Boleh aku minta obat biar gak migrain hari ini." Semoga saja suasana hati Ghani membaik lagi setelah ini.
"Nanti aja Kha, kepalaku pening."
"Kamu boleh marah tapi setelah dapat obat dariku." Khalisa menarik kepala Ghani untuk menunduk, ********** dengan lahap walau tidak dapat balasan. Dia terus melakukannya sampai suaminya menyambut ciuman itu.
Tapi sayang tidak berhasil mendapatkan balasan dari Ghani. Khalisa melingkarkan tangannya di leher suaminya, merabanya pelan sampai suaminya merespon kehadirannya menarik tubuhnya lebih erat kemudian melepaskan pelukannya.
Tanpa basa-basi Khalisa ke kamarnya mengambil tas. Merasakan suaminya jadi sensitif, tadi hangat sekarang dingin lagi hanya gara-gara mobil. Apa yang salah dengan permintaannya itu, lagian Khalisa gak minta mobil baru. Ghani gak harus ngeluarin uang untuk itu.
Khalisa sudah siap di depan parkiran menunggu Ghani keluar, yaah dicuekin. Khalisa masuk ke mobil setelah suaminya masuk. Pagi ini tidak ada acara dibukakan pintu dengan manja. It's okay tangannya masih berfungsi dengan baik. Juga tidak ada adegan kecupan manis di kening saat dia turun dari mobil, Ghani tetap di balik kemudi.
Dosis pagi tadi saja diberikannya dengan terpaksa, setelah cukup lama Khalisa menggodanya. Kamu lagi kangen Clara ya Gha jadi tiba-tiba berubah.
Tenang Kha, kamu harus tetap tersenyum agar Azhar tidak memojokkanmu.
"Kha.." panggil Azhar saat memasuk ruangan, hanya ada kami berdua di sana. Sejak diantar Ghani jadi sering datang lebih awal.
"Hmmm."
"Aku minta maaf ya, atas kekhilafanku."
"Iya." Jawabnya, segera beranjak keluar setelah menyiapkan semua keperluan ujian hari ini. Khawatir Azhar hilang kendali lagi, hari ini dia tidak bisa mengadu pada Ghani karena suaminya lagi marah dengan alasan yang tidak jelas.
"Kalau tidak bahagia dengan Ghani aku siap menemanimu." Teriak Azhar saat dia sudah di depan pintu. Khalisa mengabaikan ucapan Azhar bergidik ngeri. Bagaimana dia bisa hidup dengan orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri. Bisa babak belur tiap hari.
Ghani masih marah dengannya, tadi gak bilang mau jemput. Kalau Azhar melihatnya pulang sendiri pasti semakin mengejarnya. Ghani... Ghani kenapa harus marah saat seperti ini.
Khalisa pulang lebih awal agar tidak bertemu Azhar lagi, sengaja memesan taksi online lebih cepat. Ghani tidak ada menelponnya sekedar menanyakan pulang jam berapa. Mungkin suaminya sedang sibuk, kan mau jadi istri yang baik harus sabar. Saatnya belajar memasak di rumah.
Dengan semangat Khalisa ke dapur setelah berganti pakaian. Buat perut sendiri dulu yang penting kalau Ghani gak suka masakannya. Khalisa melanjutkan keinginannya tadi malam menumis kangkung. Sambil membuka youtube toturial menumis kangkung yang enak.
Pertama-tama kangkung dipotong... "sudah, lalu?" Di cuci. "Pastilah di cuci." Ucapnya sinis mengomentari video yang yang sedang ditonton lalu terjeda iklan.
Shopee... Shopee di Shopeeeee pee pee... di shopeee beli semua gratis ongkir.
Isshhh bikin lama aja pake iklan segala cuma mau numis kangkung lho.
Rajang cabai dan bawang lalu tumis sampai harum.
"Sudah." Sesekali Khalsia mempause video karena sambil mempraktekkan. Masukkan kangkung lalu oseng sebentar. Tambahkan air, garam, gula dan saos tiram. Masak dengan api besar.
"Saos tiram?" Gimana bentuknya, Khalisa mencari-cari bahan yang dimaksud di kulkas tapi tidak ada. Seadanya aja deh, buat mulut sendiri juga.
Aduk-aduk sebentar lalu tutup kira-kira dua menit. Dan matikan kompor. Tumis kangkung siap disantap. Begitu yang ditampilkan pada toturialnya.
Hmmm, masak sih tapi gak tau rasanya pas atau gak. Tuh selalu insecure kalau kerjaan seperti ini, suka minder sendiri. Takut dibilang orang gak enak. Ini buat kamu sendiri juga Kha, apapun rasanya tetap enak. Ghani pasti bawa makanan sendiri.
Khalisa melirik layar ponsel, sudah jam lima lewat dua puluh menit. Ghani belum pulang mungkin lembur seperti kemaren. Malam ini ulang tahun anak Sisil tapi gak bisa datang. Gak dibolehin Ghani jugakan tadi pagi. Kemaren mesra banget, memperlakukannya dengan lembut tapi hari ini jadi dingin lagi. Apa masalahnya? masalahnya kamu suka buat masalah. Dasar istri gak berguna kamu Kha.
Kha : Sisil maaf ya malam ini aku gak bisa datang, selamat ulang tahun buat ponakan ya nanti kadonya aku kirim aja.
Ada gerimis di hati atas sikap Ghani padanya yang tiba-tiba dingin lagi. Apa suaminya ada ketemu Clara melepaskan rindu dengan perempuan itu jadi tidak peduli dengannya.
Sisil : It's Okay, kadonya yang mahal ya. Istri tuan muda jangan ngasih kado receh.
Kha : Haha, ini pasti emaknya yang ngajarin matre. Oh ya aku ada berita gembira.
Sisil : Apaan?
Ira : Apa coba?
Marsya : Kamu hamil Kha?
Kha : Aku bisa bikin tumis kangkung dan masak nasi.
Ira : Apa? Jadi selama ini loe gak bisa masak nasi Kha?
Sisil : Ya ampun kirain berita apaan.
Marsya : Heehh, gak penting banget beritanya.
Kha : Hee
Khalisa mendesah berat, kamu memang gak bisa ngapa-ngapain ya Kha. Perasaan kecewa menjalar di hati, menyuap tumis kangkung yang keasinan. Pasti juga ditertawakan Ghani nanti. Sendok demi sendok dipaksakannya masuk mulut, diiringi tetesan air mata.
Kalian tau gak sih kalau ngadepin mahasiswa itu lebih susah dari sekedar bikin tumis kangkung ini, Khalisa terisak.
Ira : Kha maaf kami gak tau kalau kamu gak bisa masak.
Mungkin mereka menyadari kalau Khalisa sedih dengan komentar mereka, karena tidak muncul lagi di grup.
Sisil : Iya Kha, sorry ya nanti ke rumah kita ajarin masak gimana? Buat bikinin makanan kesukaan Ghani.
Marsya : Kita bikin kue juga, mau gak?
Khalisa hanya membacanya, tidak membalas lagi. Kalau disetujui mau diajarin masak juga gak bisa, pasti Ghani gak ngizinin. Walau cuma tumis kangkung tetap enak kok, Khalisa tersenyum memuji diri sendiri.
Ghani belum juga pulang, Khalisa meninggalkan meja makan dalam keadaan bersih lalu mandi. Setelah semua selesai dia kembali dengan rutinitas memeriksa lembar jawaban mahasiswa.
Sekacau apapun suasana hatinya, harus tetap fokus biar bisa cepat selesai. Azan maghrib berkumandang, Khalisa menghentikan aktivitasnya walau tidak sholat. Suaminya masih belum pulang, tidak ada kabar. Mau menghubungi duluan ya gengsi kalau-kalau dicueki lagi.