18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.
"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA
"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Hari-hari di lalui oleh Nina dengan tertatih, sudah tidak ada lagi sahabat untuk berbagi keluh kesah. Meskipun demikian, mereka selalu bertukar kabar via telfon.
Di tempat kerja, Nina yang sedang membuat pesanan seragam untuk breadmaids, ekor matanya menangkap gerak-gerik Sinta yang menurutnya terlihat aneh, namun dia berusaha menepis pikiran buruknya. Berkali-kali ia mengusap perutnya yang terus menimbulkan gerakan kecil dari sang bayi, seolah bayi itu ikut merasakan kegelisahan dari sang bunda.
Nina berjalan ke arah meja kerjanya, mendudukan tubuhnya di kursi, untuk sejenak melepaskan diri dari tekanan pekerjaan.
Saat sedang meneguk air minum dalam gelas, Nina melirik Sinta yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Dia mendaratkan kedua tangannya di meja milik Nina dengan badan sedikit membungkuk.
"Jadilah partnerku untuk membuat tanteku bangkrut"
Sontak saja Nina terhenyak mendengar ucapan Sinta, tubuhnya yang bersandar pada kursi seketika tegap memandang lawan bicaranya.
"Maksud mba Sinta apa?" tanyanya dengan dada yang bergemuruh menahan takut.
"Kamu buat gaun pesanan pelanggan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, perlahan para pelanggan akan berhenti berlangganan, dan tanteku pasti akan bangkrut, aku sedang membuat butik, dan nanti, kamu bisa bekerja di butiku"
Wajah Nina memanas, ia menelan salivanya.. Tak mungkin mengiyakan permintaan Sinta, selama ini Bu Agata sudah begitu baik padanya. Sering pula memberikan bonus dengan nilai yang tinggi saat beberapa gaun sukses di ajang fashion show yang sering di adakan di Jakarta.
"Maaf mba Sinta, saya tidak bisa"
"Kenapa?" cercanya, dengan sorotan mata tajam menjurus tepat pada bola mata Nina.
Nina tak habis pikir dengan ucapan Sinta, padahal bu Agata adalah tantenya, tapi malah berniat membuatnya bangkrut.
"Kenapa mba Sinta harus menjatuhkannya, apalagi mba Sinta adalah keponakan bu Agata"
"Ahh sudah lah percuma ngomong sama kamu" sahut Sinta lalu berbalik menuju mejanya.
Nina masih memperhatikan punggung Sinta, tangannya tak berhenti mengelus perut besarnya, lalu ia berdiri melanjutkan aktifitas berkutat dengan kain yang sedang ia garap. Meskipun perasaan takut masih bersarang di hatinya, namun sebisa mungkin ia berusaha mengusirnya.
Saat sedang konsentrasi dengan gaun yang setengah jadi, tak sengaja Nina melihat Sinta sedang membuka lemari besi tempat untuk menyimpan uang hasil penjualan butik, lalu meraih setumpukan uang dari dalam sana. Padahal tanpa sepengetahuan Sinta dan juga karyawan lain termasuk Nina, bu Agata sudah memasang beberapa CCTV tersembunyi.
"Apa yang sedang mba Sinta lakukan, kenapa dia mengambil banyak sekali uang?" batinya, Nina buru-buru menundukan kepala berpura-pura konsentrasi dengan pekerjaanya saat Sinta melengos ke arahnya.
Menurut cerita dari para karyawan, memang sejauh ini, Sinta berkali-kali melakukan penggelapan Dana di butik Shevano, sang pemilik pun sudah tahu hal ini, namun belum cukup bukti untuk melaporkannya ke polisi.
Nina tersentak kaget ketika dering ponsel di meja kerjanya berbunyi, tanda sebuah pesan masuk. Segera ia berjalan beberapa langkah untuk melihatnya.
Ms Agata : "Nin kamu di dalam bersama Sinta kan? sekarang juga kamu keluar secara diam-diam, cabut kunci pintu, terus kamu kunci pintunya dari luar"
Nina tidak tahu apa maksud pesan dari bosnya, namun dia tetap melakukan apa yang di perintahkan.
Netranya sedikit melirik ke arah Sinta yang tengah duduk mengerjakan sesuatu, dengan langkah seribu, Nina segera berjalan menuju pintu dan melakukan sesuai perintah sang atasan. Saat terdengar suara pintu terkunci, Sinta segera berlari dan berusaha membuka paksa pintunya.
Nina terkejut saat mendapati bu Agata dan beberapa polisi menghampirinya
"Makasih ya Nin, sudah membantuku, Mana kuncinya?" bu Agata menegadahkan satu tangan.
"Tapi ada apa bu?" tanya Nina seraya menyerahkan kunci pada wanita paruh baya yang menjadi bosnya.
"Nanti saya jelaskan" Setelah menerima kunci pemberian Nina, Agata tampak menyerahkan kunci itu ke polisi.
Di dalam sana Sinta terus berteriak mengumpati Nina dengan ribuan sumpah serapah. Sinta sangat murka padanya yang diam-diam menguncinya di dalam ruangan.
"Nina buka Nin, Kurang ajar kamu Nina, awas saja ka_" seketika Sinta diam, matanya menangkap tiga pria berseragam polisi, saat pintu terbuka.
Dengan Sigap, dua polisi memborgol tangannya. Sinta memindai tatapan penuh dendam pada Nina.
"Oh ternyata kamu menjebakku Nina"
Saat tangan sudah terborgol, sekuat tenaga, saat polisi tengah fokus mendengar perkataan Agata, tiba-tiba saja Sinta menghempas tubuh polisi dengan tubuhnya, lalu dengan cepat berlari ke arah Nina dan menabrakan dirinya ke tubuh Nina hingga jatuh dengan posisi duduk.
Nina merintih kesakitan, wajahnya seketika pucat melihat Darah segar membasahi gamisnya, sesaat setelah itu dia kehilangan kesadarannya. Bu Agata, polisi serta beberapa karyawan segera melakukan pertolongan pada Nina, dua polisi lainnya memegang erat lengan Sinta.
Dua polisi membawa Sinta ke kantor polisi, sementara Agata dan karyawan membawa Nina ke rumah sakit.
****
Kini Bu Agata sedang menunggu di depan ruang operasi di temani Yuni ART Nina. Beberapa menit yang lalu, Dengan terpaksa dan penuh keberanian, Bu Agata menandatangani persetujuan operasi sesar untuk Nina. Dokter mengatakan harus menyelamatkan salah satu dari mereka, dan Bu Agata memilih untuk menyelamatkan Nina.
Waktu berjalan begitu lambat, dengan harap-harap cemas dan dada bergetar bu Agata serta Yuni menunggu operasi berlangsung.
Bu Agata segera berdiri ketika mendengar suara pintu terbuka "Dok bagaimana operasinya?"
"Kami berhasil menyelamatkan ibu dan bayinya, sang bayi menangis kencang dan anggota badannya juga bergerak" kata Dokter yang membuat Agata seketika menghirup napas lega.
"Namun, Karena lahir prematur maka harus dirawat di NICU. Di usia kehamilannya yang baru dua puluh sembilan minggu, organ tubuh bayi belum matang, dan harus masuk inkubator" ungkap dokter panjang lebar "Sedangkan ibu bayi akan kami pindahkan ke ruang perawatan" sambungnya dengan ekspresi serius.
"Baik dok terimakasih"
Setidaknya penjelasan dokter membuat Bu Agata sedikit bisa bernafas lega. Begitu juga dengan Yuni.
************
Perlahan Nina membuka mata, cahaya lampu yeng terang, membuat ia menyipitkan penglihatannya. pandangannya, ia edarkan ke setiap sudut ruangan yang serba putih, dengan aroma khas Rumah sakit. Dia berusaha memutar ingatannya.
"Bayiku" batin Nina dengan tangan kanan mengusap perut. Ia mendapati sang ART sedang duduk di sofa sembari memainkan gawainya "Mba Yuni" panggilnya lemah.
Yuni mengarahkan pandangannya ke sumber suara, segera ia berlari menuju brankar " Mba Nina sudah sadar?" tanyanya dengan sorot cemas.
"Bayiku bagaimana mba?"
"Bayinya ada di ruang NICU mba, dia lahir prematur jadi harus di masukan inkubator"
Seketika genangan di sudut matanya mengalir mendengar ucapan Yuni.
"Apa ini hukumanku karena sudah membuat orang tua mencemaskanku, dan sekarang, anaku yang harus menanggung dosaku" Wanita itu mendesah pelan. "Abi, umi, maafkan Aku" tambahnya yang kini sudah meluncurkan buliran crystal.
"Mba Nina jangan sedih, kita berdoa terus semoga dedek bayinya sehat dan selamat"
"Makasih mba Yuni, sudah mau menemaniku"
"Mba saya belum menghubungi mba Irma"
"Jangan hubungi dulu, dia pasti sedang sibuk mempersiapkan sidang skripsi, jangan buat konsentrasinya buyar"
"Baik mba"
BERSAMBUNG