Menikah Dengan Mr. Arogan

Epilog.

Di suatu tempat dan ruangan. Seorang pria paru baya duduk di kursi nyamannya. Ia telah mendengarkan berita yang di sampaikan pria yang ada di hadapannya. Kini raut wajahnya mengandung sebuah arti. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang seraya berpikir.

“Kalau begitu biarkan saja mereka mengira jika ini sudah berakhir. Dan kita akan atur rencana untuk membalas perbuatan mereka. Di hari yang spesial akan ada hadiah spesial”, ucap pria itu dengan senyuman jahatnya.

***

Setelah beberapa hari berlalu, kini tiba saatnya acara sakral yang di tunggu-tunggu akan segera berlangsung. Di sebuah gedung dengan dekorasi yang begitu mewah. Para mempelai pria sudah berada di tempatnya masing-masing. Sedangkan mempelai wanita masih berada di dalam sebuah ruangan.

Para tamu sudah berkumpul untuk menyaksikan ijab kabul yang akan  di ucapkan oleh kedua mempelai pria. Dan selang beberapa lama kemudian, mereka pun akan memulainya.

Angga, ia begitu tenang sehingga hanya dengan sekali tarikan nafas saja ia mampu mengucapkan ijab kabul dengan benar. Dan sah-lah Angga dan Mila menjadi suami istri. Angga merasa sangat lega karena telah melewati itu dengan mudah. Namun, berbeda dengan Farhan. Saat Angga menyebutkan nama Mila saja jantungnya terasa bergetar. Ia menahan rasa amarahnya. Biar bagaimanapun ia tidak boleh terlihat mencurigakan.

Lalu, saat Papa Roy mengulurkan tangannya di depan Farhan, ia merasa ragu dan takut. Ia memperhatikan semua orang yang datang ke acara itu. Dengan terpaksa ia pun menjabat tangan Papa Roy. Dan, acara ijab kabul pun di mulai. Untuk pengucapan yang pertama, Farhan gagal. Ia terbata-bata dan ada beberapa kata yang salah. Tapi, biar begitu Papa Roy tidak marah. Ia malah mencoba menenangkan Farhan yang dianggapnya sedang grogi. Dan, di pengucapan kedua Farhan pun berhasil dengan segala keterpaksaannya. Maka resmilah Farhan dan Reina menjadi sepasang suami istri.

Kemudian, kedua mempelai wanita di giring untuk bertemu dengan suami mereka masing-masing. Mila dan Reina berjalan bersamaan memakai gaun putih yang begitu cantik dan elegan. Keduanya tersenyum dan terlihat bahagia. Semua mata pun tertuju pada kecantikan dan keindahan mereka. Terlebih Angga yang sangat terpesona melihat wanita yang berjalan mendekatinya.

Angga sampai tidak berkedip melihat kecantikan Mila. Belum pernah ia melihat wanita secantik Mila. Balutan hijab yang dipakainya dan riasan wajah yang flawless, membuat jantung Angga berdegup dengan kencang saat melihatnya.

Dan Farhan, saat tahu kedua mempelai wanita keluar matanya juga tertuju pada Mila yang sangat cantik. Ia terus memandangi Mila. Ia tersenyum seakan Mila-lah yang akan menjadi pengantin wanita untuknya. Tapi, kemudian ia tersadar bahwa yang datang menghampirinya adalah Reina. Ia pun tersenyum pada Reina karena tidak ingin dicurigai olehnya.

Kemudian, saat Mila berasa di hadapan Angga, Mila mencium tangan Angga dan begitu juga dengan Reina yang mencium tangan Farhan. Sungguh itu adalah momen paling indah bagi keluarga Papa Roy. Dan beberapa tamu juga mengabadikan momen itu melalui kamera HP mereka.

Namun, di salah satu meja tamu ada seorang pria yang sedang patah hatinya. Namun, ia bahagia melihat Reina yang sangat bahagia saat ini.

“Mau pulang sekarang?” ucap seorang wanita yang menjadi pasangan Dr. Frans di acara pernikahan tersebut.

Frans tidak menjawab pertanyaan Della. Matanya hanya tertuju pada Reina, wanita yang sangat dicintainya. Della sedikit jengah melihat  Frans yang acuh padanya.

“Mau sampai kapan kamu ngeliatin dia terus? Udah gak ada gunanya lagi. Mending kamu tepati janji kamu sekarang”, ucap Della lagi dan berdiri dari duduknya. “Ayo kita pergi dari sini!”, sambungnya sambil menarik paksa tangan Frans.

Frans tidak berkutik. Kali ini ia hanya mengikuti perintah dari Della. Frans berjalan ke arah keluar sambil tetap menatap Reina yang telah naik ke atas pelaminan. Rasanya ini adalah pertemuan terakhir mereka. Begitu menyesakkan di dada. Frans hampir menangis kala itu.

Dan di lain sisi lagi, seseorang yang sedang terburu-buru hingga ia lari dari apartemennya menuju gedung pernikahan itu. Dan ia juga patah hati. Ia terlambat untuk menghentikan semuanya. Ia melihat Angga dan Mila sudah menyelesaikan ijab kabulnya. Tasya di hadang oleh para penjaga. Ia tidak boleh masuk karena tidak memiliki undangan. Ia menangis mundur beberapa langkah, kemudian ia berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Ia menangis hingga tersedu-sedu. Rasa sakit, benci dan penyesalan menjadi satu.

***

Flashback On

Di pagi hari yang tenang, segerombolan orang datang memasuki apartemen Gloria milik Papa Roy. Mereka menghancurkan semuanya memakai sebatang balik dan juga besi yang mereka bawa. Para karyawan tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka juga takut nyawa mereka terancam. Namun, sudah berkali-kali mereka menelepon bos-bos mereka tetap tidak ada satu pun yang menjawab.

Dan akhirnya, pria-pria kekar itu pun menemukan beberapa penjaga yang menunggui satu apartemen. Tanpa basa-basi mereka langsung menyerang dan terjadilah perkelahian.

Lalu, di tengah-tengah perkelahian itu, Justin mencoba mendobrak pintu apartemen itu dengan susah payah. Pintu itu terlalu kuat. Ia lalu, meminta bantuan pada anggotanya dan mendobrak pintu itu secara bersamaan. Dan setelah beberapa kali mencoba akhirnya pintu itu berhasil di rusak.

Tampaklah Tasya yang sudah menunggu dari tadi. Tasya langsung berlari untuk keluar. Ia terlihat begitu buru-buru. Namun, Justin menghalanginya dengan memegang lengannya.

“Lepaskan Aku! Aku lagi buru-buru”, kata Tasya sambil berusaha melepaskan diri.

“Mau ke mana kamu? Hah!”, tanya Justin yang tidak senang dengan tingkah Tasya.

“Aku mau merusak acara pernikahan Angga! Aku nggak terima dia menikah dengan wanita lain!”, kata Tasya yang tak kalah marah.

“Tidak! Kamu tidak boleh merusaknya. Ini adalah rencananya!”, jawab Justin tidak melepaskan Tasya.

Tasya tetap keukeuh untuk pergi. Dan di kesempatan, ia menggigit tangan Justin  serta menginjak kaki Justin dengan kuat sehingga Justin kesakitan dan melepaskan Tasya. Ia pun berlari keluar dari gedung itu. Di pinggir jalan, Tasya beberapa kali menyetop kendaraan umum tapi, sayangnya tidak ada satupun yang berhenti.

Dengan bertekad Tasya pun berlari menuju gedung pernikahan itu. Ia tidak perduli lagi seberapa jauh ia berlari. Tapi, sayang sungguh sayang. Perjuangannya sia-sia. Ia malah menyaksikan Angga dan Mila sudah naik ke atas pelaminan. Ia pertanda mereka sudah sah sebagai pasangan suami istri.

Flashback Off.

***