"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
"Dek, mbak sama mbak Yaya mau ke kantin rumah sakit dulu ya.. bosan juga seharian di kamar. Kamu mau di bawain apa? Atau Arman mau di bawain apa?" kata mbak Fafa.
"Oh, ngga usah mba terima kasih.. aku kenyang. Mungkin Hana?" Arman yang melemparkan pertanyaan kepada Hana.
"Ngga usah mba.. cemilan ku dari kafe masih ada, dan aku lagi dingin-in kopi di kulkas" jawab Hana.
Karena tidak ada yang menitipkan sesuatu, mbak Fafa dan Yaya bergegas keluar kamar.
Berganti alih, sekarang Hana yang duduk di samping bapak, di samping ranjang tidur rumah sakit.
Bapak sudah makan malam dan minum obat, hanya tinggal menunggu bapak mengantuk dan tidur.
Arman duduk di sofa tamu sambil memainkan ponselnya.
"Hana.. Kamu duduk disana aja samping Arman. Soalnya bapak mau tidur, tolong matikan tivi nya ya, dan tutup gorden nya" kata bapak.
Tanpa mencurigai maksud bapak, Hana langsung menyelimuti badan bapak dan mencium kening bapak.
Hana juga memindah kan tas selempang nya untuk dibawa ke sofa..
Hana sesekali mengecek bapak, untuk memastikan, benar kah bapak sudah tidur atau belum.
Setelah beberapa kali mengecek bapak yang sudah memejamkan mata nya. Hana mencoba menutup hordeng pemisah, agar bapak tidur nya nyenyak.
Suasana pun menjadi sangat hening. Hanya terdengar suara jam dinding.
Arman yang sangat penasaran dengan kata - kata Hana tadi, mencoba menanyakan kebenaran nya.
Mumpung suasana nya benar - benar mendukung.
"Han, yang tadi benar?" tanya Arman dengan suara berbisik.
Arman menatap dengan penuh harap.
"Yang tadi yang mana maksud nya?" tanya Hana yang duduk di samping nya.
"Kita sudah pacaran." tanya Arman lirih.
"Ngga Mau?" tanya Hana lagi dengan alis yang terangkat sebelah.
"Ya mau lah. Serius kita sudah jadi pasangan?" tanya Arman lagi dengan detail.
Hana hanya menatap nya sekejap, lalu menyibukkan diri lagi dengan ponsel nya.
"Hanaaa..." panggil Arman lirih.
"Kamu tidak sedang mempermainkan aku kan? Aku mohon Hana, jangan buat aku galau lagi" tanya Arman.
Hana tetap memainkan ponsel nya.
Arman di buat makin menggebu - gebu dengan rasa penasaran nya itu, Pak Arman sedikit mencolek lengan Hana.
"Hana?" panggil nya lagi.
"Apa?" kata Hana menoleh.
"Jika benar kata - kata mu tadi, tolong pakai ini" kata Arman yang sedang merogoh tas selempang yang di pakai nya.
Hana menatap arman, yang seperti mencari sesuatu.
"Apa dia mencari cincin itu ya?" gumam Hana dalam hati.
Ternyata benar, Arman kembali mengeluarkan box cincin merah hati itu lagi.
"Kamu bawa - bawa itu?" tanya Hana heran.
"Iya, aku bawa kemana pun. Sampai kamu mau memakainya.. Jadi sekarang aku mohon, pakai lah hana.. Kalau memang kamu juga punya maksud serius terhadap ku Hana.. Aku mohon.." pinta Arman sambil membuka kotak cincin tersebut.
Yang tak di duga oleh arman, dengan santai Hana menaruh ponsel nya di sisi sofa dan menjulurkan jemari lentiknya tepat di depan kotak box itu.
Tanpa berkata -kata lagi, Arman langsung memakai kan cincin permata itu di jari manis Hana.
Untuk pertama kali nya, Arman memegang tangan Hana yang lembut itu untuk memakai kan simbol ikatan cinta nya.
Bukan lagi bersentuhan tangan untuk sekedar berjabatan tangan antara guru dan murid.
Arman memasukkan cincin itu dengan sangat perlahan.
Ada rasa ragu juga sebenarnya, Arman takut cincin itu kebesaran atau malah kekecilan.
Tapi syukur nya, cincin itu sangat pas di jari Hana.
"Suka?" tanya Arman dengan tatapan yang dalam.
Hana tersenyum dan menganggukkan kepala pelan.
Di tarik nya jemari nya dari tangan Arman dengan lembut.
Hana menimang - nimang cincin permata yang sudah terpasang di jari manis nya itu di depan mata nya.
"Bagus" Kata Hana singkat dengan senyuman manis nya.
Arman rasanya ingin teriak dan melompat. Tapi tak bisa, karna bapak sedang tidur.
Arman hanya bisa tertawa kegirangan dengan menutup mulut nya dengan erat.
Arman tak perduli se-konyol apa saat dia kegirangan saat itu.
Melihat Hana yang masih awet dengan senyuman itu, Arman pun berkata "Terima kasih sayangku" kalimat sayang pertama Arman yang di lontarkan dengan lirih.
"Sama - sama..." ucap Hana.
Hana pun sebenarnya sangat senang, Tapi karena gengsi nya yang besar, ia berusaha biasa saja, dan tetap bersikap tak berlebihan.
Dibalik hordeng, ternyata bapak sejak tadi tidak tidur.
Ia hanya berpura - pura memejamkan mata nya, agar Hana mau pindah duduk di sofa bersama Arman.
Bapak juga sengaja meminta untuk mematikan televisi agar bisa dengan maksimal mendengar percakapan mereka berdua.
Karena bapak ragu dengan pernyataan Hana di depan orang banyak tadi, bahwa ia sudah berpacaran. Padahal tadi pagi Hana masih dengan penolakan nya terhadap sidang dadakan yang bapak lakukan.
Bapak tidak ingin Hana berbohong hanya untuk menyenangkan hati nya.
Tapi dibalik tirai, bapak sudah mendengar semua percakapan antara Hana dan Arman.
Bapak pun senang bukan main. Hanya saja bapak tidak ingin Hana tau, kalau sejak tadi bapak memantau mereka.
Mendengar, jejak kaki mendekat. Bapak langsung berpura - pura memejamkan mata nya lagi.
Benar saja, hana membuka tirai itu perlahan untuk mengecek bapak.
"Masih tidur" gumam Hana kepada Arman.
Hana kembali duduk di samping Arman yang masih saja kegirangan.
"Mulai sekarang aku boleh memanggil mu sayang kan?" Tanya Arman lagi.
"Iya, boleh.." jawab Hana lirih.
"Hmm kalau gitu, mulai besok kamu aku antar jemput ya.." kata Arman.
"Kemana?" tanya Hana.
"Ke tempat kerja mu.." kata Arman.
Hana hanya bergeming.
"Yes! kalau tak menolak berarti boleh!" kata Arman yang masih dengan senyum simpul nya.
Hana tak menggubris, ia berjalan ke arah kulkas untuk mengambil kopi dan cemilan nya.
Ia hidang kan di atas meja tamu.
Hana juga menyodorkan es kopi kepada Arman "Mau ini lagi ngga? Atau es coklat?" Hana menawarkan dua buah minuman.
"Es coklat saja deh, tadi aku sudah ngopi.. " jawab Arman.
Hana memberikan es coklat tersebut kepada Arman dengan sedotan yang di pasangkan terlebih dahulu.
"Wah terimakasih banyak sayangku" kata Arman lagi merayu.
"Iya sama- sama" jawab Hana.
Hana kembali ke arah kulkas. ia menukar es kopi dengan es coklat seperti punya Arman.
"Loh kok di tukar?" tanya Arman.
"Iya biar sama kaya kamu!" ucap Hana santai.
Arman kembali menarik kedua sudut bibir nya yang merah merona itu.
Sedangkan Hana, mampu menahan rasa senang nya, ia terlihat masih dengan santai meminum dan memakan cemilan di hadapan nya. Tanpa ekspresi yang berlebihan.
1 jam berlalu.
Mbak Yaya dan mbak Fafa sudah kembali dengan 2 buah kotak makanan. Dan beberapa perlengkapan tisu kering dan air mineral.
"Hana, mendingan kamu pulang sekarang, toh bapak sudah tidur. Biar kita yang jaga gantian" kata Fafa.
"Oh gitu ya mba.. Besok pagi, mau di bawa kan apa mba sebelum aku ke kantor?" tanya Hana.
"Ngga usah, biar mbak titip sama mbak Nina aja.. Kamu kan mau kerja.." jawab Fafa.
Hana hanya diam tak menjawab.
"Ngga usah khawatir.. Bapak sudah lebih baik. Hanya tinggal mual nya saja.. Semoga lusa sudah boleh pulang.." ucap mbak Yaya.
Hana mengangguk kan kepala nya.
Tanpa menunggu apa - apa lagi, Hana langsung saja bergegas untuk pulang.
Sebelum itu, Hana kembali mencium kening bapak.
"Ayo mas" ajak Hana kepada Arman.
Mereka pun berpamitan dan berlalu.