Suatu kesalahan besar telah membuat Kara terusir dari keluarga. Bersama bayi yang ia kandung, Kara dan kekasih menjalani hidup sulit menjadi sepasang suami istri baru di umur muda. Hidup sederhana, bahkan sulit dengan jiwa muda mereka membuat rumah tangga Kara goyah. Tidak ada yang bisa dilakukan, sebagai istri, Kara ingin kehidupan mereka naik derajat. Selama sepuluh tahun merantau di negeri tetangga, hidup yang diimpikan terwujud, tetapi pulangnya malah mendapat sebuah kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona
Kenapa harus bersedih? Kenyataan memang menyakitkan. Pengakuan Elno membuat hubungannya dan Kara kembali seperti hari pertama. Kara irit bicara, tetapi tetap melayani suaminya seperti biasa.
Malam ini acara pengangkatan Elno dan malam tidur bagian istri kedua. Sari pulang lebih awal untuk mempersiapkan diri, sedangkan Kara berdiam di kamar saja.
Di lantai bawah sana sudah heboh karena Sari sibuk memilih pakaian dan memanggil penata rias. Kara tidak berniat untuk itu. Ia juga ragu untuk pergi.
Elno akan membawa dua istrinya. Apa jadinya nanti? Apa boleh karyawan memiliki dua istri? Memang tidak ada hubungannya, tetapi Kara tetap saja ragu. Bagaimana pandangan teman-teman Elno nantinya? Ia baru kepikiran dengan masalah ini.
Pintu kamar dibuka. Kara menoleh pada sosok yang masuk. Elno pulang lebih cepat dan ia pun perlu juga bersiap untuk acara yang beberapa jam lagi akan dimulai.
"Turunlah ke bawah. Ada penata rias," kata Elno.
"Enggak perlu. Aku tidak membutuhkannya," sahut Kara.
"Bersiap saja. Sehabis pengangkatan akan ada acara bebas."
"Apa boleh bawa dua istri?" tanya Kara.
"Kamu kira aku ini masuk ke perusahaan pakai identitas apa? Atasanku tau kalau aku sudah menikah. Ini rezeki karena waktu itu perusahaan merekrut yang masih lajang."
"Siapa yang mereka kenal sebagai istrimu?" tanya Kara.
Elno tersentak atas pertanyaan Kara. Ya, siapa istri yang dikenal oleh teman kantornya? Semua tahu Elno memiliki istri, tetapi selama ini yang ditunjukkan Elno adalah Sari.
Waktu menikahi Sari, ia hanya mengundang beberapa teman kantor yang dekat saja. Hanya ada segelintir orang yang tahu jika Elno memiliki istri yang lain. Elno juga tidak pernah membahas Kara kecuali bersama Ilmi dan Tedy.
"Kamu ikut saja. Setelah sampai sana, aku akan mengaturnya," kata Elno.
"Terserahlah. Aku akan turun jika sudah waktunya berangkat," ucap Kara.
Elno keluar dengan menutup pintu. Kara beranjak dari sofa menuju lemari pakaian. Ia memilih gaun dan mencocokannya untuk malam nanti.
Acara dimulai pukul setengah delapan malam. Elno hendak kembali ke kamar Kara untuk menyusul, tetapi ketika ingin menaiki anak tangga, Kara sudah keluar.
Elno tertegun atas penampilan istrinya. Gaun panjang berbahan tulle dengan potongan V-neck. Rambut dibiarkan terurai dengan bagian bawahnya dibuat volume. Tas tangan mengkilap serta sepatu bertumit tinggi pelengkapnya serta anting mutiara sebagai pemanis. Riasan Kara juga sederhana, tetapi cantik. Bibirnya menjadi daya tarik karena Kara mengenakan perona bibir mengkilap.
Elno berjalan mendekat ketika Kara baru menuruni tiga anak tangga. Ia heran akan suaminya yang malah naik ke atas. Elno mengangkat sebelah tangan menangkup pipi istrinya. Ia memiringkan kepala, lalu mengecup bibir itu.
Kara terkesiap kemudian menatap mata suaminya. Keduanya saling memandang. Kara berpegangan pada railing tangga sebab Elno kembali mendesak dengan bibirnya.
"A-aku mau jatuh," kata Kara.
Elno memerangkap pinggang rampingnya. "Kamu cantik, Sayang. Seperti dulu aku tetap jatuh cinta padamu."
"Maaf kalau mengecewakanmu. Istrimu di bawah sana tengah melihat kita," ucap Kara.
Elno beralih memandang ke bawah dan benar apa yang Kara katakan. Sari tengah melihat adegan mesra itu dengan tatapan amarah dan cemburu.
"Ayo, kita harus segera berangkat," kata Elno.
Elno kembali merangkul pinggang Kara. Bersama-sama keduanya menuruni anak tangga. Sari memakai gaun berpotongan sabrina warna hitam. Rambutnya disanggul agar pundaknya terlihat bidang. Lipstik matte merah menjadikan penampilannya elegan dan berani.
Karena Kara sudah pernah duduk di depan, sekarang giliran Sari yang duduk di kursi depan. Kara duduk dibelakang dan lagipula lebih leluasa. Elno menghidupkan mesin, lalu mengendarainya menuju hotel.
Sesampainya di tempat acara, Elno bingung sendiri untuk menempatkan Kara. Acara dimulai dengan pengangkatan setelah itu bebas. Karyawan boleh bersenang-senang setelah itu.
"Sayang, kamu aku sewain kamar dulu, ya. Setengah jam lagi aku jemput," kata Elno.
"Kenapa aku enggak boleh masuk?" tanya Kara.
"Di dalam pasti ada atasan. Aku enggak mungkin bawa kalian berdua, kan?"
"Kalau begitu susah ngapain ajak aku kemari."
"Mengertilah, Kara. Kita enggak mungkin muncul bersama, kan?" sela Sari.
"Pas acara pesta bersama, aku akan jemput kamu," ucap Elno lagi.
"Hai!"
Ketiganya menoleh. Kara tercengang melihat pria yang menegur mereka. Tampan, tubuh tinggi dan otot yang membungkus di balik blazer hitam yang dipakai. Hidung mancung, bibirnya kemerahan.
"Siapa ini?" tanya Ilmi yang berjalan mendekat.
"Ilmi!" seru Kara.
Ilmi tertawa. "Kamu enggak mengenaliku?"
"Kenapa jadi tampan?" tanya Kara.
"Aku memang tampan kali."
"Dulu itam, dekil, kurus lagi," ucap Kara.
"Kebangetan kamu. Memangnya aku enggak bisa glowing?"
Kara tertawa. "Kalian banyak berubah. Sudah nikah?"
Ilmi menggeleng. "Ini lagi cari calon istri." Ilmi tersenyum kemudian memperhatikan Kara. "Kamu makin cantik, deh. Sebenarnya kamu kerja jadi pengasuh atau jadi model di sana? Udah kayak artis saja."
Kara tersipu malu. "Aku enggak berubah, kok. Biasa saja."
"Tapi memang cantik banget."
Elno berdeham. "Sudah puas memujinya?"
Ilmi menyengir. "Kalian ngapain pada berdiri di parkiran sini. Ayo, masuk. Acara mau mulai."
"Ini mau masuk, tapi aku harus nunggu giliran. Apa boleh masuk bersama?" tanya Kara.
"Boleh, dong. Kita duduk berempat saja. Kebetulan aku enggak bawa pasangan," sahut Ilmi.
"Maksudmu apa?" tanya Elno.
"Ya, masa kamu kenalin Kara bahwa dia istrimu juga. Ya, memang ada beberapa teman yang tahu kamu menikah lagi. Tapi mereka enggak pernah lihat Kara. Kamu cari aman saja," saran Ilmi.
Elno mengangguk. "Ya, sudah. Apa boleh buat."
Keempatnya masuk bersama ke ballroom hotel. Saat menapaki kaki di sana, Elno disambut karena dia yang menjadi bintang utamanya. Acara ini selain untuk pengangkatan resmi sekaligus acara tahunan.
Ilmi menarik kursi untuk Kara. "Silakan."
"Terima kasih," ucap Kara.
Elno kesal akan situasi seperti ini. Seharusnya ia tidak membawa kedua istrinya. Sedari tadi Ilmi selalu memperhatikan Kara dan memujinya.
"Ilmi," tegur Elno.
"Kenapa?"
"Kara sudah bersuami. Kamu tidak lupa siapa suaminya, kan?"
"Cemburuan amat. Aku cuma tanya pengalamannya di sana, kok," ucap Ilmi.
Elno tidak ingin berdebat sebab acara dimulai. Sebagai bintang utama, Elno naik ke atas panggung setelah dipanggil. Ia diangkat sebagai manager umum dan dianugerahi sebagai karyawan teladan. Foto bersama para atasan dan semua memberi hadiah tepuk tangan atas pencapaian itu.
"Saya di sini bukan apa-apa tanpa dukungan istri saya. Dia Memotivasi diri saya untuk terus berkembang. Berkat dia, saya bisa mencapai posisi ini. Dia wanita yang saya cintai dan segala-galanya bagi saya," ucap Elno sembari menatap meja para istrinya berada.
Kara tidak tahu untuk siapa ucapan terima kasih itu. Ia duduk berdampingan bersama Sari. Elno juga tidak menyebutkan nama dari wanita yang ia maksud.
Bersambung
penuh makna
banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
sampai termehek-mehek bacanya
😭😭😭😭🥰🥰🥰
ya Tuhan.
sakitnya