Dia hanya harus menjadi istri boneka.
Bagaimana jika Merilin, gadis yang sudah memendam cintanya pada seseorang selama bertahun-tahun mendapatkan tawaran pernikahan? Dari seseorang yang diam-diam ia cintai.
Hatinya yang awalnya berbunga menjadi porak-poranda saat tahu, siapa laki-laki yang akan menikahinya.
Dia adalah bos dari laki-laki yang ia sukai dalam kesunyian, yang menawarinya pernikahan itu.
Rionald, seorang CEO berhati dingin, yang telah dikhianati dan ditingal menikah oleh kekasihnya, mencari wanita untuk ia nikahi, namun bukan menjadi istri yang ia cintai, karena yang ia butuhkan hanya sebatas boneka yang bisa melakukan apa pun yang ia inginkan.
Akankah Merilin menerima tawaran itu, sebuah kontrak pernikahan yang bisa membantunya melunasi hutang warisan ayahnya, yang bisa membantu pengobatan jangka panjang ibunya, dan memastikan adik laki-lakinya mendapatkan pendidikan terbaik sampai ke universitas.
Bisakah gadis itu mengubur cintanya dan menjadi istri boneka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Masa Lalu
Tik, tak, tik, tak.
Suara detik jam dinding selalu saja terdengar jelas sekali di malam hari. Rion yang keluar dari kamar mandi setelah membasuh muka langsung menjatuhkan tubuh ke atas tempat tidur.
Tatapannya ke langit-langit kamar, namun pikirannya jauh melewati waktu menembus kenangan. Ada yang berkerut di sudut matanya.
Perasaan benci yang teramat sangat pada seseorang.
Karena uang kau pergi, tapi ada yang menggantikanmu karena uang juga.
Rion tertawa mengejek, baik pada ingatan masa lalunya, maupun pada gadis yang baru akan memasuki halaman kehidupannya. Pernikahan kontrak yang akan ia jalani. Karena ia lelah harus meladeni ayah dan ibunya. Dia berharap dengan pernikahan ini ibu akan membiarkannya bekerja dengan tenang. Dan tidak mengusiknya lagi dengan pernikahan.
Rion tidak seperti yang dilihat orang hari ini, dulu, dia sangat berbeda. Laki-laki berhati hangat, yang teramat mudah menunjukkan cintanya pada wanita yang ia sukai. Orang lain pun bisa dengan mudahnya melihat itu.
Namun, kejadian hari itu telah merubah segalanya.
Kala itu, disebuah restoran, selepas peluncuran musim terbaru game yang mendapat sambutan luar biasa dari para pecinta game.
Rion selaku CEO perusahaan mengajak semua karyawannya untuk makan bersama. Pesta perayaan. Restoran yang cukup lumayan mahal sengaja dia pilih.
Suasana hangat di perusahaan game milik Rion, menjadikan kelima orang yang ada di dalamnya sudah seperti saudara.
Rion tidak pernah menjaga jarak antara atasan dan karyawan. Dalam artian dia memperlakukan karyawannya dengan ramah. Mereka berkomunikasi dan saling mendukung serta bekerja sama dengan baik.
Dan diantara karyawannya itu, ada dia. Amerla, Erla, begitulah dia dipanggil, gadis tinggi semampai dengan rambut hitam panjang. Cantik bak langit malam yang kontras dengan wajah putih bersihnya. Saat bibir merah ranum itu tersenyum, seakan matahari memancarkann sinar di petak gedung sempit tempat mereka menyewa kantor. Amerla menjadi semacam bunga yang memanjakan mata. Dialah gadis beruntung yang memikat hati Rion.
Makan-makan dimulai, saat pesanan sudah berjajar di atas meja. Kepulan asap dari daging yang terbakar, membuat perut lapar.
hup, hup, suap, suap, makan lagi dan makan terus. Ada yang memanggang daging ada yang memotong, dan ada yang tinggal makan.
“Kak Rion, terimakasih sekali, terimakasih bonusnya,” ujar seorang gadis sambil tersipu-sipu senang menunjukan bukti tranferan di hpnya. “ Aku bisa beli hadiah untuk ibu dan ayahku di ulang tahun pernikahan mereka. Ahhh senangnya.” Pamer lagi dengan riang gembira. Karyawan nomor satu di perusahaan.
Rion yang selalu royal dan membalas kerja keras karyawannya dengan bayaran yang setimpal. Membuat mereka membayarnya juga dengan kerja keras dan kesetiaan.
Mereka menikmati makan malam dengan obrolan target kedepan game mereka yang akan menembus angka penjualan 2 juta download baru.
Sambil kunyah, kunyah dan tertawa, membual tentang mimpi mereka, kalau sampai penjualan mencapai target. Ada yang ingin membeli rumah di kawasan elite ibu kota.
Saat situasi sedang sangat baik, tiba-tiba. Apa yang akan disampaikan Amerla seperti badai yang datang setelah musim yang tenang. Memporak-porandakan keadaan.
“Ehmm, ehhm. Ada yang mau aku sampaikan.” Amerla berdehem, lalu berdiri mengangkat gelasnya. Disampingnya Rion tersenyum, meraih ujung rambut hitam Erla dengan tatapan penuh cinta.
Gadis cantik dan pandai menggambar ini kekasihku, ujar tatapan bangga di mata Rion. Laki-laki itu mencium ujung rambut kekasihnya.
Semua orang yang melihat tingkah Rion berdehem, walaupun mereka sudah tidak aneh lagi. Amerla mengetuk gelasnya, membuat pandangan yang lain fokus lagi pada gadis itu.
“Aku akan menikah.”
Senyum dibibir Rion langsung menghilang dalam sekejap mata. Tangannya jatuh bersamaan dengan terhempasnya rambut sehitam langit malam itu. Wajah semua orang menjadi panik dan tegang dengan perubahan suasana hati bos mereka.
Rion yang terkejut, artinya dia tidak tahu kenapa Amerla bicara seperti itu. Itulah arti tatapan ketiga orang yang lain.
“Erla,” ujar Rion lirih, bahkan terbata. Dia pasti merasa terguncang.
Kekasihnya, ya Amerla adalah kekasihnya sekaligus staf desain. Dia yang mendesain semua pakaian yang di pakai oleh tokoh game. Dan wanita yang ia cintai.
Rion menunjukan hubungan mereka secara terbuka pada semua orang. Ia tidak segan menunjukan cinta dan kasih sayangnya pada Amerla. Semua tahu itu.
Dan tiba-tiba gadis yang berstatus kekasihmu, mengumumkan dia mau menikah. Sedangkan tidak ada pembicaraan apa pun diantara mereka sebelumnya. Entah seperti apa ekspresi wajah Rion sekarang. Terkejut, takut namun juga bingung.
“Haha, kalian pasti kaget ya.” Suara tawa Amerla yang renyah terdengar, biasanya tawa itu selalu mencairkan suasana di kantor. Dia bunga yang membuat suasana kantor menjadi ceria. Biasanya begitu. Tapi sepertinya sekarang tidak begitu. “Karena kita sudah seperti saudara aku umumkan saja di sini ya. Aku akan menikah bulan depan dengan CEO Andalusia Mall.”
Semua orang langsung melihat ke arah Rion. Yang duduk tertunduk dengan wajah merah padam.
“Kakak, aku tidak punya pilihan lain. Orangtuaku yang menjodohkanku.” Dengan entengnya gadis itu bicara.
Amerla kembali duduk, meraih tangan Rion yang dingin. Keringat terlihat jelas di tangannya. Rion menyentuh tangan Amerla perlahan. Melepaskan tangan gadis itu yang menggenggamnya. Lalu dia bangun dari duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Makanan masih belum mereka habiskan namun rasanya susana tidak mendukung sama sekali untuk mengunyah makanan.
Rion menuju kasir membayar semua makanan.
“Erla!” Serge melihat Amerla dengan jengah dan kesal.
Bagaimana bisa gadis itu mengumumkan pernikahannya padahal statusnya masih berpacaran dengan Rion, itu yang membuat Serge bahkan ikut merasakan amarah. Bukan dia yang dikhianati, tapi amarah dan kebencian saja meletup di hatinya. Lantas bagaimana dengan Rion, gumam Serge.
“ Apa kau tidak punya perasaan? Paling tidak bicaralah pada Rion dulu. Dan kenapa kau mengatakannya sekarang, kau sengaja mau mempermalukan Rion!”
Yang lain juga setuju, sikap Amerla sangat keterlaluan. Mereka jadi merasa kasihan dengan Rion.
Tapi Amerla sama sekali tidak merasa bersalah. Gadis itu tertawa sambil mengangkat bahu.
“Kak Serge kita juga kan bukan anak kecil. Kak Rion pasti mengerti, aku juga dijodohkan orangtuaku.”
Saat Amerla masih ingin melakukan pembelaan, Rion datang dan melemparkan kunci mobil yang ditangkap Serge dengan gelagapan.
“Kalau kalian sudah selesai makan, kembalilah ke kantor. Kami pergi duluan.”
“Baik Kak.” Dua orang karyawan lain selain Amerla berdiri dengan wajah penuh rasa bersalah dan simpati, menundukkan kepala saat Rion keluar dari ruangan.
Namun berbeda dengan gadis itu, Amerla hanya terlihat terkejut karena Rion meninggalkannya.
Gadis itu terlihat mendengus, seharusnya Kak Rion tidak menunjukkan kemarahan padanya kan. Biasanya kakak tidak pernah marah padanya. sebesar apa pun kesalahan yang sudah dia buat di perusahaan.
Amerla menatap dua karyawan lain yang melanjutkan makan mereka karena merasa sayang makanan mahal terbuang percuma.
Sementara di halaman parkir, Rion membanting pintu mobilnya sampai bergetar. Takut-takut Serge juga masuk ke dalam mobil dan membawa mobil ke luar dari area parkir.
Erla sialan! kau itu manusia bukan si, padahal kalian sudah pacaran begitu lama, kenapa kau mencampakkan Rion di depan umum begini. Serge bisa menebak, bukan hanya kemarahan namun rasa malu juga pasti berkecamuk di dada Rion sekarang.
Rion menjerit dan memukul kaca pintu mobil di sampingnya. Mobil menepi karena Serge takut terjadi apa-apa. Kretek, kaca pintu mobil retak.
"Ri, Rion, tenanglah. Apa kalian sedang bertengkar? Erla mungkin tidak serius dan sedang mengerjaimu."
Ah, sepertinya Serge terlalu positif thinking. Walaupun dia tadi juga kesal dan sudah marah-marah, tapi kalau dipikirkan lagi bisa jadikan apa yang dia pikirkan sekarang benar. Mungkin saja Erla sedang mengerjai Rion.
Kau memang berbakat Serge, bakat apa itu, bakat ngarang 🤣
"Ini bukan tanggal kalian mulai jadian kan? Atau ini bukan hari kalian bertemu kan. Ah sialan," Serge memaki sendiri karena hipotesanya terlalu aneh. Tapi dia melanjutkan praduga tidak masuk akalnya. "Coba pikir-pikir, ini hari apa! Apa kau melupakan sesuatu, jadi Erla marah dan mau mengerjaimu."
Hening, hanya suara mobil melaju yang terdengar.
"Tiba-tiba Rion menjerit lagi.
"Apa! bikin kaget saja!"
"Kembali ke kantor, haha, benar ini hari kami pertama kali bertemu waktu dia melamar pekerjaan di kantor." Tiba-tiba amarah menghilang begitu saja, di dada Rion. "Sepertinya dia marah dan mau mengerjaiku, Ge, tidak mungkin kan dia mengkhianatiku. Kami kan saling mencintai."
Erla, kau sedang mengerjaiku ya. Awas saja ya.
Rion senyun-senyum membayangkan kejadian tadi, akting kekasihnya seperti benar-benar sungguhan.
Mobil yang dibawa Serge menambah kecepatan. Laki-laki itu malah jadi takut sekarang, amarah Rion memang sudah hilang. Tapi, kalau ternyata Erla sedang tidak bercanda bagaimana!
Aaaa, bodolah, tidak tahu aku.
Bersambung