Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Tok..tok..tok
"Laura," sapa nyonya Michelle sembari memeluk Laura.
"Selamat pagi nyonya," ucap Laura sembari membalas pelukan nyonya Michelle.
"Ayo masuk dan Alvi kenapa kau tidak mengajak Laura kedalam."
"Maaf ma tapi Laura masih sungkan untuk masuk kedalam sebelum tuan rumah mengizinkan," kata Alvi.
"Kau tidak perlu melakukan itu Laura."
Laura mengangguk kecil sembari tersenyum tipis, semua masuk kedalam rumah termasuk Karin yang ikut membantu Laura mengukur tubuh nyonya Michelle.
"Bagaimana kabarmu Laura? Kenapa menghilang begitu saja," ujar nyonya Michelle.
"Baik nyonya," jawab Laura.
"Karin bisa minta tolong bantu sebentar?" Imbuh Laura.
"Tentu saja nona ini sudah menjadi tugas ku," kata Karin sembari membawa pengukur badan dan mendekati nyonya Michelle.
Perempuan ini sangat cocok dengan Alvi, sopan santun dan cara bicaranya tidak melambangkan kesombongan sama sekali bahwa ia bos-nya, batin nyonya Michelle.
"Laura apa kau sudah memiliki pendamping?" Tanya nyonya Michelle.
Spontan Laura menggelengkan kepala karena memang tidak ada selain pria yang membuat kontrak dengannya.
"Bagus sekali jadi putraku bisa masuk dalam list pendaftaran."
Alvi tersenyum manis mendengar ucapan mamanya, sepertinya mama suka dengan Laura pikir Alvi.
"Ehh?"
Nyonya Michelle baru menyadari Alva sedang duduk dimeja makan sembari memainkan pisau buah, tidak peduli apa pandangan orang luar karena Alva duduk dimeja makan.
"Alva kapan kau datang?" Tanya nyonya Michelle.
Semua menghadap kearah meja makan termasuk Laura yang sedang mencatat ukuran.
"Anaknya tiga tapi yang diperhatikan hanya dua, begitu saja terus!" Jawab Alva ketus.
"Apa maksudnya sayang?"
"Tidak ada!"
Nyonya Michelle mengangkat bahu dan melanjutkan pengukuran tubuhnya. Sedangkan Alvi mendekati Laura untuk melihat bagaimana sistem pengukuran seorang desainer.
"Ehem!!!" Alva mengucapkannya cukup besar.
"Alva jika kau lapar suruh bibi menyiapkan makanan," ucap nyonya Michelle.
"Kenyang ma," jawab Alva datar.
Semua kembali tidak peduli dengan kelakuan Alva yang sedang mencari perhatian.
"Nona bukankah kita kehabisan kain yang diinginkan oleh nyonya Michelle," ucap Karin.
"Tidak masalah aku akan menemanimu mencari kainnya," saut Alvi sembari menatap Laura.
Traktaktaktak!!!!
Alva kembali membuat ulah dengan memukul meja menggunakan garpu dan pisau.
"Ck Alva apa yang kau lakukan."
"Kenapa ma? Alva sedang latihan," ujar Alva seakan tidak peduli adanya tamu.
"Latihan apa? Merusak telinga para pelayan?"
"Latihan band," jawab Alva datar.
Nyonya Michelle menggelengkan kepala dengan tingkah putranya yang sangat aneh.
"Kalian akan pergi mencari kain bersama? Kemana?" Tanya nyonya Michelle antusias.
Laura tidak berani menatap Alva karena ada banyak mata disana.
"Ke...."
"Tuan mudaa!!!"
Teriak para pelayan dengan spontan karena api dari kompor di dapur meluap ke atas, Alvi berlari mengambil pemadam gawat darurat disamping dapur lalu memadamkan api dengan cepat.
"Hey!!!" Alvi hampir tidak bernafas setelah melihat dapur kebakaran kecil, untung saja dia ada dan cepat menangani permasalahan adiknya.
"Alva apa yang kau lakukan," saut nyonya Michelle yang ikut tegang bersamaan dengan Laura dan Karin disana.
"Tahu aksi panggung tidak? Mereka menyalakan api disisi panggung," ucap Alva tanpa dosa.
"Kau buat saja rumah ini sebagai panggung lalu bakar hingga tersisa abu," saut Alvi sembari memukul kepala adiknya.
Alvi kembali duduk untuk membicarakan tentang perjalanannya dengan Laura.
"Jadi...."
Semuanya menahan nafas saat mendengar suara musik sangat keras dari depan televisi, Laura hanya bisa tersenyum sangat tipis melihat kelakuan random seorang Alva dirumahnya.
"Alvaa!!" Teriak Alvi.
Alva tidak peduli dan terus berjoget tidak karuan diatas sofa. Alvi mengambil remote televisi dan memadamkan salurannya.
"Kak!!" Kali ini Alva yang kesal.
"Masuk kedalam kamar mu lagipula kau tidak bekerja tumben sekali datang pagi buta," ucap Alvi ketus.
"Idih perusahaan perusahaan aku kenapa repot," ujar Alva cuek bebek.
Alva mendekati mamanya dan ikut duduk di sofa sembari menatap Laura dan Karin.
"Mama gunakan saja kain yang ada dibutik nya kenapa harus menggunakan kain yang tidak ada," kata Alva datar.
"Maaf tuan tapi stok kain yang ada dibutik benar benar habis, kami harus membelinya terlebih dahulu," saut Karin.
"Siapa yang menyuruhmu menjawab," ujar Alva.
Karin langsung menundukkan kepala, jika Alvi dan Alva bersaudara kenapa sifat mereka bertolak belakang.
"Dan kau apa tidak ada karyawan yang kau suruh untuk pergi membeli kain kenapa harus dengan kakak ku," Alva menatap Laura dengan tatapan mengintimidasi.
"Maaf tuan kami belum menyetujui itu," kata Laura.
"Cihh!!"
Alva memalingkan muka padahal Alvi sangat ingin melempar Alva keluar sekarang.
"Ini yang mama maksud akan menjadi pendamping kak Alvi?" Tanya Alva.
"Bagaimana menurutmu? Cantik bukan," jawab nyonya Michelle.
"Dari segi mananya yang cantik ma? Lebih cantik juga dia," Alva menunjuk Karin.
"Husstt tidak boleh bicara seperti itu."
"Memang benar, hey kau mau menjadi kakak ipar ku? Jika mau kau tinggal menganggukkan kepala dan aku akan membelikan mu cincin pernikahan," ujar Alva dengan gampangnya.
Alvi sudah bosan dengan omong kosong adiknya, pria itu menarik Alva menjauh dari ruang tamu.
"Ikut aku," ucap Alvi.
"Tidak kau siapa!" Tolak Alva ketus.
Alvi tidak peduli dia tetap menarik Alva menjauh.
"Hey kau jangan berani menggoda kakak ku ya awas saja," ancam Alva dengan sayatan leher untuk Laura.
###
LIKE KOMEN AND VOTEEE, aku maksa ya awas aja nggak komen kalian 🔨🔨🔨