Xing Yu, gadis Abad ke -21, berusia dua puluh lima tahun, memiliki gelar Pembunuh Medali Emas di Dunia Kegelapan.
Sikapnya yang dingin, sombong, tidak tahu malu dan kasar, membuat siapapun yang mendengar namanya bergetar ketakutan.
Xing Yu memiliki sebuah rahasia besar yang hanya diketahui oleh beberapa petinggi di Oganisasinya. Rahasia besar yang menjadi alasan mengapa dirinya menjadi agen pembunuh terkuat diseluruh Dunia Kegelapan.
Sayangnya, Xing Yu meninggal karena dihantam oleh tornado aneh yang muncul saat dia akan membunuh musuhnya.
Saat membuka matanya, Xing Yu terkejut melihat pakaian kuno compang-camping melekat di tubuhnya.
Xing Yu merasakan ada yang salah. Kemudian dia teringat bahwa sebelumnya dirinya terjebak di dalam tornado mengerikan. Pada saat itu, dia mengira hidupnya sudah berakhir. Tanpa diduga, dia benar-benar selamat.
Tidak, lebih tepatnya hanya jiwanya yang selamat.
Apakah takdir sedang mempermainkannya?
Mengapa dia datang ke zaman kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita_001, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
034 - Menampar Pelayan Rendahan
Keesokan harinya saat jam menunjukkan pukul 05:00 pagi, Jiang Xingyu lekas bangun, mencuci wajahnya, menyikat giginya kemudian lari pagi mengelilingi Paviliunnya.
Jika ingin memperkuat diri, maka olahraga adalah yang paling utama.
Setelah berlari selama 1 jam, ia berhenti dan langsung merebahkan tubuhnya diatas rerumputan kasur. Nafasnya tersenggal-senggal tak teratur seolah-olah merasa sangat kelelahan.
"Tubuh ini sangat lemah, berlari selama 1 jam saja sudah mencapai batasnya." Ucapnya pelan setelah mengatur nafasnya.
Setelah rasa lelahnya terasa berkurang, ia bangkit kembali ke Kamarnya untuk mandi. Setelah tubuhnya terasa segar, ia keluar lagi.
Tepat baru saja keluar, ia mendengar ketukan yang berasal dari Gerbang Paviliunnya.
Karena di Paviliun hanya ada dirinya dan Bibi Rong belum kembali, apalagi tidak ada satupun Pelayan, ia terpaksa melakukannya sendiri.
Ia membuka Gerbang dan ingin melihat siapakah yang datang mengganggunya di pagi hari. Ternyata yang mengetuk Gerbang adalah orang kepercayaan Selir Mo dan dibelakangnya diikuti dua Pelayan. Salah satu Pelayan terlihat memegang nampan yang diatasnya terdapat sebuah kain yang terlipat rapi.
Ia sedikit bingung apa maksud kedatangan ketiga Pelayan ini. Tapi tentu saja ia tidak menunjukkannya dan ekspresinya tetap datar, bahkan nada suaranya terdengar sedikit dingin. "Ada apa Bibi He mengunjungiku pagi-pagi sekali?"
Bibi He sudah mengetahui tentang perubahan Jiang Xingyu. Tetapi karena tidak melihatnya sendiri, ia kurang mempercayainya.
Sekarang setelah melihatnya, ia tidak bisa menahan keterkejutannya dan secara refleks menganggapnya sebagai Nalan Wangzi.
Tentu saja dibalik keterkejutannya ada secercah rasa bersalah dan ketakutan. Hanya dalam satu pandangan saja, ia merasa seperti telah melihat Nalan Wangzi lagi.
Bibi He segera bereaksi tapi niat jahat yang terlintas sekilas dimatanya tidak lepas dari pandangan Jiang Xingyu.
"Begini Nona, tadi malam Tuan memberitahu Selir Mo bahwa Anda akan memasuki Istana. Tuan meminta Selir Mo untuk menyiapkan pakaian yang layak untuk Anda agar Anda tidak mempermalukan Kediaman ketika sampai di Istana." Ucap Bibi He. Nada suaranya tidak ada jejak hormat dan terdengar sedikit menghina.
Jiang Xingyu terlalu malas meladeni orang-orang seperti Bibi He, jadi ia tidak memperdulikannya. Tetapi jika Bibi He melanggar batas kesabarannya, tentunya ia tidak akan membiarkannya pergi dengan mudah.
"Bukankah pakaian yang kukenakan sangat layak?" ia bertanya dengan suara tidak senang. Pakaianku sangat bagus, dimana Bibi He melihatnya tidak layak?
Ekspresi Bibi He berubah, pandangan merendahkan melintas dimatanya. "Tidak apa-apa jika pakaian Nona berwarna lain. Tapi masalahnya Istana melarang pakaian berwarna merah dan putih. Jika Nona tidak takut terkena masalah, maka silahkan pakai dan tidak perlu diganti."
Ia mengingatkan bukan karena peduli, tetapi karena jika Jiang Xingyu tidak mengganti pakaian merahnya dan mendapatkan masalah di Istana, ia takut akan terkena imbasnya juga.
"Oh!" Jiang Xingyu sedikit terkejut. Namun segera ia mengetahui bahwa pakaian berwarna merah dan putih memang dilarang di Istana Kekaisaran.
Di Istana, selain Kaisar, posisi Permaisuri adalah yang tertinggi. Jadi diseluruh Istana Kekaisaran, pakaian berwarna merah dan putih hanya boleh di kenakan oleh Permaisuri dan keturunan langsungnya.
Sedangkan seorang Selir dan keturunannya tidak layak mengenakan pakaian berwarna tersebut. Jika melanggar maka hukuman berat yang akan menantinya.
Peraturan ini juga di terapkan pada Keluarga yang lain. Dua warna pakaian tersebut hanya boleh dikenakan oleh Nyonya resmi serta keturunannya. Sedangkan Selir dan keturunannya tidak di perbolehkan.
Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa tidak ada yang menegur ketika Jiang Xingyu mengenakan pakaian berwarna merah. Bisa dikatakan diseluruh Kediaman, hanya ia seorang yang diperbolehkan mengenakan dua warna pakaian tersebut.
"Coba kulihat pakaian seperti apa yang Selir Mo siapkan untukku." Ucap Jiang Xingyu lalu berjalan mendekat kearah dua Pelayan.
Ketika ia melihat pakaiannya dengan teliti, ia melihat retakan besar jahitan pada bagian ketiak lengan. Selama ditarik menggunakan sedikit tenaga, retakan jahitan akan semakin melebar dan kemungkinan akan langsung robek.
Ekspresinya berubah dan auranya semakin dingin. Sesaat ia merasa pakaian ini terlihat familiar. Setelah mengingatnya lagi, ia akhirnya mengetahui pakaian ini milik Jiang Linyao yang sudah tidak diinginkan.
Jiang Xingyu menahan amarahnya dan berpura-pura bertanya. "Mengapa pakaian ini terlihat familiar?"
Bibi He terkejut namun ia tidak merasa bersalah dan menjawab. "Nona, pakaian ini baru dibeli oleh Nona Ketiga, hanya saja..."
"Lancang!" Jiang Xingyu menyela dengan dingin hingga membuat seluruh tubuh Bibi He gemetar.
Bahkan sebelum bereaksi, Bibi He mendengar suara dinginnya lagi. "Baru? beraninya kau membohongiku dengan pakaian jelek ini?! Bahkan jika pakaian ini memang baru, apa kau pikir seorang Nona terhormat pantas mengenakan pakaian yang tidak diinginkan oleh Puteri Selir? jika sampai tersebar keluar dan merusak reputasi Kediaman, apa kau sanggup menanggung akibatnya?"
Kalimatnya langsung menampar Bibi He diatas tuduhan. Namun Bibi He sangat marah karena Jiang Xingyu hanya menyimpulkannya secara sepihak. Hatinya terasa tercekik tapi ia tidak bisa berbuat apapun selain menahannya.
"Nona, ucapan Nubi belum selesai. Tolong Nona jangan menyimpulkannya dulu." Ucapnya dengan suara tidak bersahabat.
Jiang Xingyu tidak sedikitpun merasa bersalah atau malu. Ia dengan tenang berkata. "Oh! Kalau begitu lanjutkan!"
Bibi He sangat marah. Ia merasa seperti sedang di permainkan. Bahkan ia merasa Jiang Xingyu bukan berubah pintar, tetapi berubah tidak tahu malu.
Setelah menghela nafas, ia berkata. "Karena terburu-buru, Selir Mo tidak punyak banyak waktu untuk menyiapkan pakaian baru untuk Nona. Jadi Selir Mo mengambil pakaian Nona Ketiga yang kebetulan masih baru. Selir Mo sudah memberitahu Tuan tentang hal ini dan Tuan tidak keberatan. Jadi, tolong kerja samanya Nona, cepatlah ganti pakaian Anda dengan pakaian ini."
"Oh!" Jiang Xingyu tampak tidak peduli.
Melihat reaksinya, Bibi He berpikir dia menyetujuinya. Jadi tanpa berpikir panjang ia berkata pada Pelayan. "Bawa masuk pakaiannya ke dalam dan bantu Nona bersiap."
"Ya." Jawab Pelayan secara bersamaan.
Sebelum kedua Pelayan melangkahkan kakinya, mereka dihadang oleh rentangan tangan Jiang Xingyu.
"Nona, apa artinya ini?" Bibi He mengangkat alisnya dan bertanya dengan nada bingung.
"Apa artinya?" Jiang Xingyu mencibir. Mulut kecilnya menampakkan senyum samar dan tiba-tiba tangannya terangkat.
"PLAK!" Tamparan yang begitu kuat mendarat di pipi kiri Bibi He.
Suara tamparan membuat dua Gadis Pelayan gemetar. Mereka memandang Jiang Xingyu dengan mata ngeri dan tidak percaya.
Bibi He tertegun sesaat, namun didetik berikutnya ia merasakan sakit yang amat sangat dipipi kirinya. Ia tidak percaya Jiang Xingyu berani memukulnya. Terutama tamparan ini ia tidak tau apa penyebabnya. "Apakah aku melakukan kesalahan?" batinnya tanpa sadar.
Ia yang selalu dihormati selama bertahun-tahun, tidak terima diperlakukan seperti ini dan tentu saja sangat marah. Namun karena suatu alasan ia tidak menunjukkan sifat yang keterlaluan. "Mengapa Nona memukulku?"
"Karena kau bersikap tidak hormat padaku! Bahkan berani memerintahku!" Ucap Jiang Xingyu. Kemudian 'PLAK' sidik lima jari kembali mendarat dipipi kanan Bibi He dan itu cepat membengkak dalam beberapa detik.
Tidak peduli seberapa baik Bibi He menahannya, kedua tamparan ini telah menghancurkannya, lagipula temperamennya memang tidak baik. "Dasar ****** kecil! Beraninya kau memukulku?! Lihat bagaimana aku memberimu pelajaran."
Saat kata-kata terakhirnya jatuh, Bibi He mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan.
Hanya saja bagaimana mungkin Jiang Xingyu mudah disentuh?
Melihat tangan terangkat padanya, bahkan sebelum melayang kearahnya, ia mencekalnya lebih dulu dengan tangan rampingnya.
"Seorang Budak rendahan beraninya memaki Nona terhormat? jika aku ****** kecil, apakah artinya Ayahku ****** tua? kejahatan apa yang kulakukan sampai Budak rendahan sepertimu memakiku seperti itu?" suara Jiang Xingyu sangat dingin dan penuh makna.
Setelahnya ia menghempaskan tangan Bibi He dan itu menyebabkan Bibi He terhuyung-huyung mundur beberapa langkah.
Bibi He sangat ketakutan mendengar suara dingin itu. Untuk sesaat ia lupa bahwa Jiang Xingyu tidak lagi bodoh dan tidak mudah ditindas. Bahkan saat ini auranya sangat menakutkan.
Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum itu suara kemarahan Tuan Besar terdengar dari kejauhan. "Ada apa? bukankah hanya mengantarkan pakaian? mengapa berdiri diluar dan sangat berisik?"
Tuan Besar dan Selir Mo awalnya menunggu Jiang Xingyu di Aula samping, tapi karena Jiang Xingyu tak kunjung datang dan takut akan melewatkan waktu yang ditetapkan Kaisar, Tuan Besar terpaksa pergi menjemputnya. Tidak disangka bahkan sebelum sampai, ia sudah mendengar keributan yang berasal dari arah Paviliun Weiyang.
Saat mendengar suara Tuan Besar, Bibi He langsung panik. Ia tidak tahu apakah Tuan Besar mendengar apa yang ia katakan barusan atau tidak. Namun dalam hatinya ia berharap semoga Tuan Besar tidak mendengarnya.
"Pelayan memberi salam pada Tuan dan Selir Mo." Bibi He memimpin dua Pelayan dan memberi hormat.
.
.
_____Happy Reading____
pengen baca lanjutannya di mana?
judul aslinya apa sih thoor?