Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingung
Nirmala sengaja mencari simpati kepada para pegawai yang bekerja di pabrik sandal itu, ia berperilaku baik dan membantu orang-orang yang bekerja di sana. Dia juga mengajak mereka mengobrol dan berbicara dengan ramah.
Saat istirahat tiba, dia juga ikut melaksanakan salat berjamaah di mushola yang disediakan. Lalu, setelah itu dia ikut bersama para buruh pabrik lainnya pergi untuk makan di kantin.
Namun, baru saja dia datang dan memesan makanan di kantin, juragan Bagus datang ke sana dan menghampiri Nirmala.
"Bagaimana pekerjaan kamu, Nak?"
Nirmala mencari tempat duduk bersama dengan para buruh lainnya, juragan Bagus ikut duduk di dekat Nirmala. Dia sengaja datang ke pabrik, ingin mengetahui apakah anak dan juga kedua menantunya itu akur atau tidak.
"Alhamdulillah lancar, Yah. Aku tadi kerja bareng teman-teman lainnya, ternyata pembuatan sendal itu sangat menarik."
Nirmala tersenyum sambil mengusap cincin permata yang dia pakai, juragan Bagus tersenyum. Lalu, dia menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri.
"Di mana Leo dan juga Erika? Kenapa kamu di sini tak terlihat bersama dengan mereka?"
"Dari pagi aku bekerja dengan buruh lainnya, kak Erika dan juga kak Leo dari pagi ada di ruangannya."
Juragan Bagus menggelengkan kepalanya, dia mengira Nirmala yang akan manja-manja dengan Leo. Karena Leo terlihat begitu memanjakan Nirmala ketika di rumah, nyatanya tidak.
"Kenapa kamu tak ikut diam di dalam ruang kerja Leo?" pancing Juragan Bagus.
"Aku sudah bilang niat ke pabrik itu untuk kerja, jadi untuk apa aku berada di ruangan kak Leo?"
"Kamu benar," ujar Juragan Bagus.
"Oiya, Yah. Tadi aku kerjanya serius banget loh, pokoknya Ayah harus gaji aku sama seperti karyawan lainnya."
Juragan Bagus langsung tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Nirmala, dia menepuk-nepuk punggung tangan wanita itu dan berkata.
"Ayah akan menggaji kamu dua kali lipat dari karyawan lainnya, masa gajinya mau sama kayak karyawan lainnya."
"Asik! Aku---"
Belum sempat Nirmala melanjutkan ucapannya, Leo datang dan tanpa ragu langsung menunduk untuk mengecup kening Istrinya itu.
"Mas, ngapain kaya gitu? Malu," ujar Nirmala sambil menolehkan wajahnya ke arah juragan bagus dan juga buruh pabrik yang ada di sana.
"Nggak apa-apa, itu tanda sayang aku sama kamu. Oiya, aku mau makan di luar sama Erika. Mau ikut?"
"Nggak aku makan di sini aja, kamu makan di luar aja sama kak Erika. Terus, jangan terlalu dekat sama aku. Harus sering dekat dengan kak Erika, takutnya nanti kak Erika menyangka aku terlalu menguasai kamu."
"Iya, tapi abis makan nanti kamu yang harus temani aku."
"Nggak bisa, aku mau kerja. Kamu harus lebih sering berduaan dengan kak Erika, apalagi dia sedang hamil. Harus perhatian, jangan sampai dia merasa cemburu sama aku. Aku gak mau dia salah paham," ujar Nirmala dengan lembut sekali.
Juragan Bagus yang mendengar ucapan Nirmala merasa bangga, dia berpikir kalau Nirmala sangatlah bijak sekali. Nyatanya itu hanya kedok.
"Ya udah iya, kalau gitu---"
"Juragan! Aden! Tolong! Itu, nyonya Erika. Tolong!"
Leo belum menyelesaikan ucapannya, tapi tiba-tiba saja ada seorang buruh wanita yang datang dan menghampiri Leo. Wajahnya terlihat ketakutan, keringat bercucuran di dahinya.
Dia bahkan berbicara dengan terbata-bata, kedua tangannya menunjuk ke arah pabrik. Hal itu membuat semua orang mengalihkan perhatiannya kepada buruh wanita itu.
"Ada apa dengan Erika? Cepat katakan!" teriak Leo.
"Tadi aku mau ambil dompet yang ketinggalan, tapi gak jadi karena aku liat nyonya Erika jatuh ke lantai dengan area bawahnya yang berdarah.
Nirmala langsung menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh buruh wanita itu, karena itu artinya apa yang dia minta kepada setan pendampingnya sudah dituruti.
"Kenapa bisa berdarah?" tanya Leo panik.
"Nggak tau, tapi dia berteriak-teriak gak jelas gitu. Aku jadi takut," jawab buruh wanita itu.
Leo dengan cepat berlari menuju tempat di mana Erika berada, Nirmala dan juga juragan Bagus nampak berlari mengejar Leo. Sampai di sana, Leo melihat Erika yang tidak sadarkan diri.
Wanita itu tergeletak di atas lantai, rok yang dipakai wanita itu sudah terangkat ke atas. Namun, Leo sama sekali tidak melihat darah di sana.
"Apanya yang berdarah?" tanya Leo.
Leo malah terdiam sambil menatap Erika, Nirmala dengan cepat menepuk lengan suaminya itu dan berkata.
"Gendong Kak Erika, bawa dia ke rumah sakit. Takutnya nanti dia dan juga bayinya kenapa-kenapa," ujar Nirmala.
"Ah, iya."
Leo dengan cepat merapikan penampilan Erika yang berantakan, setelah itu dia membawa Erika ke dalam mobil. Juragan Bagus menyusul dan menawarkan diri untuk menyetir mobil, Nirmala juga tentunya ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kemudi.
Juragan Bagus langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit, perjalanan yang dilalui sampai 1 jam lamanya. Karena memang di desa itu tidak ada rumah sakit, hanya ada Puskesmas saja.
Juragan Bagus sempat menyarankan untuk membawa Erika ke Puskesmas saja, tetapi Nirmala berkata lebih baik ke rumah sakit saja agar lebih lengkap alat-alatnya.
"Tolong istri saya, Dok?"
Saat tiba di rumah sakit, Leo dengan cepat menggendong istrinya dan membawanya ke ruang IGD. Dia nampak khawatir.
"Bapak silakan tunggu di luar, kami akan melakukan pemeriksaan."
Leo akhirnya menunggu di depan ruang IGD, tak lama kemudian dokter keluar dari dalam ruang IGD itu dan memberitahukan bagaimana kondisi dari Erika.
"Nyonya Erika baik-baik saja, dia hanya pingsan karena kelelahan."
"Syukurlah, lalu... Bagaimana dengan bayinya?" tanya Leo yang teringat akan kandungan Erika.
"Bayi? Bayi apa ya?"
Leo nampak mengerutkan keningnya dengan dalam, dia tidak menyangka reaksi dari dokter akan seperti orang yang kebingungan.
"Istri saya sedang mengandung, bagaimana dengan bayinya?"
"Tidak ada tanda-tanda kalau nyonya Erika sedang mengandung, kalau anda tak yakin, anda bisa langsung memeriksakannya ke ruang obgyn setelah nyonya Erika sadar."
"Hem," jawab Leo bingung.
pasti ketahuan juga nirmala