Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
"Tapi kamu juga harus tetap di perhatikan. Lihat. Kamu kurus begini. Pasti gak bener makannya!" Bima mengelus tulang belikat istrinya yang semakin terlihat. Dena memegang tangan Bima lalu menciumi telapak tangan Bima dengan sayang.
"Aku baik mas. Mas jangan khawatir. Dokter sudah kasih aku vitamin."
Bima terdiam. Dia meneruskan pekerjaannya mengeringkan rambut Dena hingga selesai, lalu melingkarkan tangannya ke leher Dena, dagunya ia simpan di pundak istrinya.
"I love you, and I miss you."
"I love you more. And I miss you so bad!" balas Dena.
***
Malam semakin larut, berbeda dengan dua insan yang sudah terlelap dalam tidurnya setelah percintaan mereka kembali, Lily masih saja terjaga. Matanya enggan tertutup. Fikirannya melanglang buana entah kemana.
Lily menyalakan hpnya, mengusapnya ke atas dan ke bawah. Lalu membuka sosmed yang jarang sekali ia lihat. Bosan! Tidak ada yang menarik hingga ia putuskan untuk membuka aplikasi novel online saja. Setidaknya dengan membaca, lama-lama ia akan mengantuk. Dan benar saja setengah jam kemudian Lily sudah menjemput mimpinya.
Pagi menjelang. Ini hari libur dan akan Lily gunakan untuk belanja bulanan mengingat isi kulkas hanya tinggal roti dan selai serta selada pun hanya sedikit.
Lily membereskan tempat tidurnya, tak lupa ia mengambil kunci kamar bawah. Sambil menuruni tangga Lily mencepol rambutnya asal, tapi tidak mengurangi kecantikan sama sekali.
Lily mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kamar khas pria dengan cat putih dan abu-abu. Tirai berwarna hitam masih setia menutupi jendela kaca besar di kamar itu. Kasur ukuran king size dengan seprai berwarna biru laut masih rapih seperti saat terakhir ia lihat kemarin.
Itu adalah kamar Bima. Lily dan Bima tidur terpisah. Lily di lantai atas sedangkan Bima di lantai bawah.
Lily mulai membuka tirai yang masih tertutup lalu membersihkan yang lainnya juga termasuk mengganti seprai yang ada di sana. Menyapu dan membersihkan meja, hingga mengepel dengan tangannya sendiri. Bima tidak suka kamarnya di masuki oleh sembarang orang, bahkan dia melarang asisten untuk tidak pernah masuk ke dalam kamar ini. Alhasil Lily lah yang harus membersihkannya. Ya tidak sulit juga, mengingat di kamar ini tidak banyak barang untuk di bersihkan. Maka dalam waktu satu jam Lily sudah selesai membuat semua bersih dan rapi kembali.
Lily tersenyum, lalu menggeser jendela kaca yang menghubungkan dengan taman kecil di luar kamar Bima. Belum banyak bunga yang tertanam disana.
Lily tersenyum sendiri beberapa saat lamanya lalu kembali ke dalam dan menutup jendela kaca itu.
Lily kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap ke supermarket. Dia sudah menuliskan list belanjaan apa saja yang ia perlukan jadi sebelum makan siang Lily sudah berada di rumah.
Dengan menggunakan taksi Lily pergi ke super market terlengkap. Sebenarnya Dena memberikan mobil plus sopir untuk mengantar Lily jika berkegiatan di luar, tapi Lily tolak karena Lily merasa belum perlu menggunakan jasa sopir. Lily pun merasa enggan menggunakan mobil hingga mobilnya pun hanya menghiasi garasinya saja. Sebelumnya Lily mampir ke atm yang ada di depan supermarket tersebut. Betapa terkejutnya Lily saat melihat nominal angka pada layar biru tersebut. "Satu, dua, tiga.... Aaaa!" Lily membekap mulutnya sendiri saat selesai menghitung deretan angka yang tertera disana. Dadanya bergemuruh cepat. Pasalnya selama seumur hidup ia menjadi sekretaris Bima pun rasanya ia tidak akan pernah punya uang sebanyak ini, meskipun tidak di pakai sama sekali.
"Ya ampun! Bolehkah aku memakai uang ini?" Lily berfikir sejenak.
"Tentu saja boleh!" Seru Lily. Lalu kemudian berfikir berapa jumlah kira-kira yang akan di pakainya. Lily memutuskan untuk mengambil uang sebesar lima juta.
"Lebih baik aku pakai cash aja, kalau pake debit yang ada nanti malah kalap. Hehe."
Setelah selesai dengan uangnya pun Lily segera masuk ke dalam super market tersebut.
"Sayuran, daging, buah, susu. Aah ya ampun lain kali aku harus menulisnya sesuai tempat. Pusing jadinya kan!" Lily merutuki dirinya sendiri sambil mengamati catatan dan mencoret barang yang sudah di ambilnya.
Semangat thor 💪💪