Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Masuk dalam Jajaran Konglomerat. Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Sangat menyayangi putri satu-satunya. Seorang Duda memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Istri Nick meninggal setelah melahirkan putri mereka. Sejak kepergian istrinya Nick larut dalam kesedihannya dan ia melampiaskan pada pekerjaannya hingga kini tak diragukan lagi Nick menjadi salah satu pengusaha papan atas yang digilai para wanita. Tidak ada satupun wanita yang mampu mengetuk hati Nick yang telah tertutup hingga suatu ketika Putri, Caca memanggil seorang perempuan dengan sebutan Bunda yang membuat Nick tidak suka dengan wanita tersebut. Nick yang sangat menyayangi putrinya tanpa sengaja membentak putrinya saat melihat Caca memeluk wanita asing dan memanggilnya. Siapakah wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengunjungi Pusara Mommy Aurel
"Sudah siap Sayang?" Nick menatap Caca yang kini sudah cantik dan rapi siap berangkat.
"Siap Daddy. Caca sudah ga sabar mau kerumah Mommy! Let's Go Dad!" Caca menggandeng tangan Nick mengajaknya.
"Eits! Pamit Oma dulu Sayang!" Nick mengingatkan pada Caca.
"Oh iya! Oma Caca pamit dulu ya mau ke rumah Mommy!" Caca mencium tangan Marisa sebelum ia dan Daddy Nick berangkat ke pusara Aurel mendiang Mommy Caca.
"Iya sayang. Maaf Oma tidak ikut ya kali ini." Oma Marisa mengusap kepala cucunya dengan lembut.
"Iya gapapa Oma. Nanti Caca bilang sama Mommy kalo Oma ga ikut soalnya darah tinggi Oma lagi kambuh." Caca dengan ceriwis.
"Iya, Oma titip doa untuk Mommy ya!"
Sungguh dalam hati Oma Marisa terasa pilu Caca masih bisa tersenyum riang meski yang Caca maksud "Rumah" sebenarnya adalah makam Aurel, Mommynya yang telah berpulang.
"Sipp Oma! Oma, Caca dan Daddy berangkat dulu ya. Assalamualaikum!" Caca mencium tangan Oma dan mengucap salam.
"Mom Nick pamit." Nick melakukan hal yang sama berpamitan dengan Oma Marisa.
"Waalaikumsalam. Kalian hati-hati ya!"
Marisa menatap sendu kepergian putra dan cucunya.
Betapa sesak hatinya sebagai seorang Ibu dan Nenek melihat 2 orang yang paling ia cintainya masih diselimuti kesedihan akan kepergian Aurel meski sudah hampir 8 tahun lamanya.
"Aurel, bukan Mom sudah tidak lagi menyayangimu Sayang, namun Mom hanya ingin Nick dan Caca bisa melanjutkan hidup mereka. Mom selalu mendoakanmu agar kamu ditempatkan Allah dalam Syurganya." Oma Marisa menatap foto pernikahan Nick dan Aurel yang masih ia simpan.
Oma Marisa sangat mencintai Aurel mendiang menantunya. Tak seperti mertua pada menantu, Oma Marisa sudah menganggap Aurel layaknya putrinya sendiri.
Oma Marisa sangat salut dan kagum Aurel mampu membuat putranya yang dulu penuh dengan kelakuan nakal khas pemuda dimasa nya menjadi pria bertanggung jawab dan mau mengurus perusahaan mendiang Daddy Nick yang telah berpulang.
Terlebih saat Aurel mengandung Caca, Oma Marisa bisa merasakan betapa besar perhatian, cinta dan kasih sayang Nick pada Aurel dan calon buah hati keduanya.
Hingga peristiwa menyakitkan dimana Aurel dengan segenap jiwanya bertaruh nyawa saat melahirkan Caca dan tak selamat dalam jihadnya melahirkan putri pertama mereka ke dunia.
Oma Marisa begitu sedih melihat sang putra sangat terpuruk kehilangan Aurel sementara Caca yang baru saja lahir tentu sangat membutuhkan sosok ibu.
Lama Nick bergulat dalam kesedihannya. 3 Bulan ia tidak ke kantor. Nick hanya duduk di kamar sambil memandangi foto pernikahannya bersama Aurel.
Kala itu Oma Marisa pontang-panting mengurus perusahaan dan bayi Aurel.
Hingga akhirnya Nick bisa bangkit dan kembali ke kantor serta mau menerima kenyataan bahwa Aurel telah tiada.
Hanya saja Oma Marisa bisa merasakan hingga kini Nick putranya seolah belum bisa melupakan sosok Aurel dihatinya.
Berkali-kali Marisa mencoba meminta Nick membuka hati agar kembali menikah dan Caca punya Ibu namun tak satupun pilihan yang Marisa sodorkan digubris Nick.
Nick seolah menutup rapat pintu hatinya seakan cintanyanya untuk Aurel masih bertahta dihati Nick.
"Sayang, maaf Mommy bila berkata seperti ini. Apakah kamu mengikhlaskan jika Nick menikah lagi dan Caca memiliki Ibu sambung? Mommy tahu sungguh berat lisan Mom mengatakan ini Sayang. Namun Mommy semakin tua, Mommy tak tega meninggalkan Nick dan Caca sementara mereka hanya berdua saja. Mommy harap kamu mengerti Sayang." Oma Marisa mengusap wajah Aurel dalam foto, menantu yang sudah dianggapnya selayaknya putrinya sendiri.
Di mobil, Caca dan Nick dengan senyum bahagia menuju pusara Aurel.
Kerinduan yang terpendam meski raga terpisah alam dan waktu seolah tak mampu menepis kekosongan di dalam relung hati akan sosok yang dicintai.
"Daddy kita mampir beli bunga dulu ya untuk Mom!" Caca mengingatkan Nick.
"Oke Sayang!"
Setiap berziarah Nick dan Caca tak lupa membeli bunga kesukaan mendiang Aurel.
Aurel sangat menyukai bunga Mawar putih.
Mobil Nick terparkir di sebuah pemakaman yang berada di daerah karawang.
San Diego Hills Memorial Park.
Bangunan mewah namun tetap menyiratkan kesedihan bagi siapa saja yang mengunjunginya karena sebagus apapun dan semewah apapun sebuah pusara tentu saja menyisakan kesedihan saat waktu berziarah bagi keluarga yang ditinggalkan.
Nick turun sambil menuntun Caca dalam genggaman tangannya.
Caca membawa bunga kesukaan Aurel seketika bocah yang biasanya ceriwis itu kini diam saja.
Nick yang saat ini menggunakan kacamata hitamnya seolah menutupi wajah sedih dan takut tak mampu menahan sembab matanya karena tak mampu menahan kesedihan bila tiba di pusara Aurel.
Tidak hanya Aurel yang dimakamkan disini, Daddy Nick pun juga dimakamkan satu kavling dengan Aurel.
Caca yang selalu diajarkan tentang agama oleh Oma Marisa tak melupakan salamnya kala sampai di makam Mommy dan Opanya.
"Assalamualaikum Mommy, Assalamualaikum Opa." Caca mengucapkan salam saat di makan Mommy Aurel dan Opa Bryan.
Nick memandang nanar pada marmer bertuliskan nama mendiang Aurel.
Wanita yang masih mengisi relung hati Nick kini telah terbaring ditempat peristirahatan terakhir.
"Dad, ayo kita bacakan doa untuk Mommy dan Opa. Agar Mommy dan Opa dilapangkan kuburnya dan ditempatkan di Sisi Allah SWT." Caca mengangkat kedua tangannya.
Oma Marisa sangat amat giat mendidik Aurel dengan ajaran Agama karena Oma Marisa menyadari dirinya dan mending suaminya sangat abai persoalan Agama saat menjadi orang tua Nick dulu.
Sejak Caca kecil, Oma Marisa sengaja mendatangkan guru mengaji untuk Caca agar kelak Caca bisa mengerti akan kewajibannya sebagai umat muslim. Sekaligus bisa mengirimkan doa untuk mendiang Mommynya Aurel.
Nick mengikuti sang putri mengangkat kedua tangannya berdoa dalam bahasa indonesia yang ia bisa meskipun begitu doa yang Nick panjatkan begitu tulus dan suci pada mendiang Aurel dan mendiang Daddy Bryan.
"Allahummaghfirlahum warhamhum wa’aafihim wa‘fuanhum waj’alil jannata matswaahum
Arti bacaan doanya: “Ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, maafkanlah kesalahan-kesalahan mereka serta jadikanlah surga tempat mereka tinggal.”
"Rabbighfirli, wali walidayya, warhamhuma kama rabbayani shaghira."
Arti doa di atas: “Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.”
Caca mengusap kedua telapak tangannya ke wajah.
Anak berusia 8 tahun begitu fasih membaca bait demi bait ayat dan doa yang ia tujukan untuk kedua mendiang Mommy dan Opanya.
Ada rasa malu di hati Nick melihat putri kecilnya bahkan lebih fasih membaca doa-doa dibanding dirinya yang kini sudah tua namun shalat saja entah berapa lama ia tinggalkan.
Nick bersyukur Mommy Marisa mendidik Caca tidak hanya ilmu dunia tetapi bekal akhirat juga diberikan sehingga Caca meski masih 8 tahun sudah fasih membaca doa-doa.
"Mommy, ini Caca dan Dad bawakan bunga kesukaan Mommy. Semoga Mommy suka ya. Oh iya Mom, Caca mau curhat dengan Mommy, tapi Mommy jangan marah ya, kemarin Caca pukul Arsen pakai sepatu habis Arsen menyebalkan. Tapi Mommy tidak usah khawatir, Caca sudah meminta maaf kok sama Arsen. Dan Arsen juga meminta maaf pada Caca."
Nick tentu saja dibuat terkejut dengan penuturan Caca.
"I'm so sorry Dad, Caca salah. Tapi seperti Caca bilang semua sudah baik-baik saja. Tuh Mommy lihatkan mata Daddy sudah membulat besar pada Caca." Adu Caca pada pusara Aurel, Mommynya.
"Sayang, jangan diulangi lagi ya. Putri Dad ini kan baik dan lembut seperti Mommy." Nick memeluk Caca memberi isyarat ia tak marah atau tak mau dilaporkan Caca pada mendiang istrinya.
"Tapi Caca juga putri Dad, yang tidak akan diam saja saat ditindas. Betulkan Mom?" Caca membela diri sambil curhat di depan pusara sang Mommy.
Keduanya masih betah berlama-lama melepas rindu dipusara Aurel.
Sungguh pemandangan yang ironi bila dilihat.
"Ya Kamu memang putri kami Sayang, kecantikanmu menurun dari Mommy sedangkan Galaknya sepertinya sih dari Daddy, ups bukan deh, menurun dari Oma!" Nick masih saja berkilah kini melimpahkan pada Oma Marisa.
"Mommy dengar! Daddy bilang Oma Galak! Nanti Caca akan adukan ke Oma Mommy kalo Daddy bilang Oma Galak!"
"Sayang, jangan macem-macem ya! Itu rahasia kita saja!" Nick tersenyum meladeni candaan Caca.
"Iya Dad, i'm promise! Ini rahasia antara Caca, Daddy dan Mommy!" Caca mengedipkan sebelah matanya dan memberikan jari kelingkingnya pada Nick untuk membuat janji kelingking.
"Oke!"
Nick menautkan kelingkingnya di kelingking Caca putri tercintanya.
"Kuingin saat ini engkau ada di disini. Tertawa bersamaku seperti dulu lagi. Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah. Bukannya diri ini tak terima kenyataan Hati Ini hanya rindu oh Hanya rindu."
- Suara hati Nick terwakili dalam bait lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi kondang Andmesh Kamaleng -