Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 Wang Xianyi
Wang Cheng dan Wang Xianyi tidak pernah dekat. Tidak pernah bicara. Tidak pernah duduk dalam ruangan yang sama lebih dari lima menit kecuali dalam jamuan keluarga.
Mereka tidak pernah benar-benar terlihat seperti saudara. Dan sekarang... wanita itu muncul dan memanggil dirinya?
“Ada apa?” tanya Wang Cheng hati-hati, matanya menajam. “Biasanya kau bahkan tak sudi melihatku.”
Wang Xianyi berjalan mendekat tanpa menjawab. Langkahnya ringan, anggun, tapi penuh aura ketegasan. Shuezan yang berdiri di samping Wang Cheng secara refleks meningkatkan kewaspadaannya seperti kucing yang merasakan ancaman, tapi Wang Cheng mengangkat tangan, memberi isyarat agar tidak bertindak gegabah.
Begitu jarak mereka hanya tersisa dua meter, Wang Xianyi berhenti. Matanya menatap lurus, tak berkedip.
“Aku dengar kau ingin pergi ke hutan perbatasan barat.” Suaranya pelan, tapi mengandung ketegasan yang menggema hingga ke tulang.
Wang Cheng mengerutkan kening. "Memang. Tapi apa hubungannya denganmu?"
Wang Xianyi tidak langsung menjawab. Ia menatap ke arah gerbang yang terbuka, lalu kembali menatap Wang Cheng.
“Aku ada misi di tempat itu. Dan kebetulan, tujuanku searah denganmu.”
Nada suaranya tetap datar, tapi setiap katanya terukur dengan cermat, seolah mengandung lebih dari sekadar maksud eksplisit.
Wang Cheng menyipitkan mata. “Kau bisa pergi bersama pengawalmu, atau bawahannya Ayah. Tak perlu repot mengikutiku.”
“Aku bisa melakukannya sendiri,” potong Wang Xianyi ringan. “Aku tidak butuh penjaga.”
Wang Cheng membeku sejenak. Itu bukan kesombongan. Kalimat itu... tidak terdengar seperti bentuk keangkuhan yang biasa ia dengar dari anak-anak bangsawan. Itu terdengar seperti pernyataan fakta.
Pernyataan dari seseorang yang tahu persis siapa dirinya—dan seberapa jauh jarak kekuatannya dengan orang lain.
'Jadi... kau juga menyembunyikan banyak hal, ya?' pikir Wang Cheng dalam hati.
Ia melirik sekilas ke arah Shuezan yang juga tampak menahan diri untuk tidak mengeluarkan komentar. Lalu perlahan, Wang Cheng menurunkan sedikit kewaspadaannya dan mengaktifkan Mata Penilai Takdir—kemampuan yang sejauh ini telah memberinya keunggulan dalam membaca musuh maupun calon sekutu.
Pandangan matanya bersinar lembut sesaat, lalu layar informasi tak kasatmata pun muncul di hadapannya.
> [Status: Wang Xianyi — Anak Keempat Keluarga Wang]
Kekuatan: Spirit Severing
Loyalitas: 50/100 (Netral)
Potensi: SS
Peringatan: Bahaya. Jangan pernah menyinggungnya.
Kelemahan: Tidak Ada
Wang Cheng tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Spirit Severing. Tingkatan itu... terlalu tinggi untuk seseorang yang tidak dikenal sebagai petarung utama keluarga Wang.
‘Tidak ada yang tahu... Tidak satu pun orang yang menyadari betapa mengerikannya dia. Bahkan dia jauh lebih kuat dari Shuren dan hampir menyamai Yanzhou,' ucap Wang Cheng dalam hatinya.
Bahkan di mata keluarganya, Wang Xianyi hanya anak yang anggun, dingin, dan sulit didekati. Dia tidak pernah dekat dengan siapapun, tidak pernah memiliki hubungan percintaan dengan seorang pria.
Dia tidak dianggap ancaman. Tapi ternyata... dia adalah satu-satunya yang mendekati pewaris keluarga setelah Wang Yanzhou. Dia adalah orang yang tidak boleh disinggung dan tidak memiliki kelemahan untuk dikalahkan.
“Baiklah,” ucap Wang Cheng pada akhirnya. Suaranya lebih tenang dari yang ia rasakan. “Tergantung situasinya, mungkin kita akan menghabiskan waktu beberapa hari mengingat lokasi hutan perbatasan yang jauh.”
Wang Xianyi hanya mengangguk tipis. "Aku sudah bersiap untuk itu."
Ia kemudian berbalik tanpa berkata-kata lagi, seperti tak pernah ada percakapan di antara mereka. Langkahnya mengarah ke gerobak khusus yang sudah disiapkan di halaman.
Wang Cheng berdiri diam selama beberapa detik, matanya menatap punggung wanita itu.
“Kau yakin ingin mengajaknya?” tanya Shuezan pelan, tampak masih tidak mempercayai Wang Xianyi.
“Dia lebih bisa menjaga dirinya sendiri daripada seluruh pasukan penjaga milik ayahku,” jawab Wang Cheng. “Lagipula... mungkin ini satu-satunya kesempatan untuk mengamati monster yang bersembunyi di tengah keluargaku sendiri.”
Shuezan tak menjawab. Tapi ia tahu, hari ini... perburuan mereka tidak akan berjalan seperti biasa.
....
Pagi itu juga, kereta kuda bergerak perlahan keluar dari gerbang kediaman keluarga Wang.
Ditarik oleh dua kuda hitam besar dengan surai keperakan, kendaraan mewah itu dibalut lapisan logam ringan berlapis ukiran lambang keluarga Wang dan dilapisi bahan anti-debu khusus untuk perjalanan jarak jauh.
Bagian dalamnya terasa hangat dan nyaman, dengan bantalan kursi empuk serta jendela kecil yang bisa dibuka jika penumpangnya ingin menikmati pemandangan.
Wang Cheng duduk bersandar malas di sudut kanan, tangan menyilang di dada. Di hadapannya duduk Wang Xianyi, yang tampak seperti patung hidup—tegak, tenang, dan tanpa ekspresi.
Sementara Shuezan duduk di dekat jendela, sesekali melirik keluar seolah memastikan jalur perjalanan mereka aman meskipun diluar kereta, sudah ada empat orang berseragam abu-abu yang mengendarai kuda.
Mereka adalah bawahan pribadi Wang Xianyi—orang-orang terlatih yang pernah menjadi murid di Sekte Utara. Mulai dari kereta hingga pengawalan, semuanya adalah milik Wang Xianyi pribadi.
“Bawahanmu cukup disiplin,” komentar Wang Cheng ringan, memecah keheningan yang terasa terlalu kaku.
Wang Xianyi hanya melirik sekilas. “Sudah sepantasnya. Mereka digaji langsung dari kantongku, bukan dari kepala keluarga.”
Wang Cheng mengangguk perlahan. Itu memang kebiasaan dalam keluarga Wang. Setiap anak diberi ‘uang jajan’ dalam jumlah besar oleh kepala keluarga—dan dari sanalah mereka harus mengatur segalanya: pelatihan, proyek pribadi, sampai merekrut bawahan.
Contohnya Wang Feilu yang memilih mengembangkan bisnis yang berkaitan dengan penelitian. Bisnisnya di wilayah utara telah menghasilkan beberapa penemuan alkimia dan artefak spiritual yang diakui oleh dewan kerajaan. Uang jajannya habis untuk bahan eksperimen dan membayar para asisten cerdas.
Wang Shuren, seorang petarung gila, mengubah uang jajanya menjadi fondasi bagi serikat pengawalan elit—mereka menyukai pertempuran, menerima misi pengawalan tingkat tinggi, dan membangun reputasi sebagai 'Perisai Emas Wang.'
Sementara Wang Xianyi sendiri, meski tidak pernah terlihat aktif seperti kakak kakaknya. Tapi di balik layar, ia mengembangkan bisnis pil kecantikan dan perawatan tubuh yang meledak di pasaran. Bahkan rumah-rumah bangsawan dari wilayah lain ikut menjadi pelanggan setia.
Sedangkan untuk Wang Cheng... ia tidak memiliki apa-apa.
Tidak ada pasukan. Tidak ada bisnis. Tidak ada serikat. Bahkan penghasilan-pun nihil. Ia hanya memiliki dua pelayan pribadi dan satu budak setengah iblis.