Sahara, Balas Dendam Anak Terusir!

"Ma, aku melihat wanita itu tadi datang ke kantor menemui Papa,"Akmal melaporkan kepada ibunya. kebetulan dia melihat Wulan keluar dari dalam ruangan Sandy.

"Mau apa wanita itu menemui Sandy? Dia sudah mengabaikan peringatanku untuk tidak pernah menemui Sandy! Awas saja jika dia mengatakan kalau aku tak pernah memberikan uang bulanan dan jatah dari Sandy. Akan aku buat perhitungan dengannya!"ujar Wanda dengan mata penuh kilatan amarah dan tangannya terkepal menahan amarah.

"Entahlah, tadi aku tanya ke resepsionis dia cukup lama berada di dalam ruangan Papa. Entah apa yang mereka bicarakan!"jawab Akmal semakin membaut hati Wanda panas rasanya.

Apalagi Sandy semakin dingin padanya dan bahkan terkesan menjaga jarak dengannya. Semakin membuat dia emosi apalagi mendengar jika Rianty datang bertemu dengan Sandy.

"Mama akan mencari tau apa yang sudah di lakukan wanita itu! Jangan sampai dia datang untuk merayu Sandy lagi!"ucap Wanda dengan mata penuh kilatan amarah.

"Mas, aku sudah siapkan air hangat untukmu, kamu mandilah dulu,"ujar Wanda yang sengaja menunggu Sandy pulang.

"Tidak perlu. Aku akan mandi ruang kerja!"jawab Sandy bahkan mengabaikan keberadaan Wanda disana.

"Mas, kenapa kamu jadi seperti ini? Apa yang salah denganku? Kenapa kamu semakin menjauh dan menjaga jarak padaku Mas?"ucap Wanda membuat Sandy menghentikan langkahnya.

"Apa bisa kau tidak merengek seperti ini Wanda? Aku sedang tak ingin di ganggu oleh ocehan tak jelas darimu! intropeksi dirilah sendiri, kemudian perbaiki dirimu jika masih ingin berada disini!"jawab Sandy dengan tatapan tajam dan nada tegas kepada Wanda.

Membuat Wanda mengeluarkan air mata buayanya di depan Sandy. Tapi sudah tak peduli dan rasanya saat ini terlalu banyak yang dia fikirkan. Terutama keputusannya untuk mengiyakan mengesahkan perceraian dengan Rianty. Sesuatu yang selama ini selalu dia tunda. Tapi saat melihat tatapan Rianty yang penuh amarah dan kebencian padanya membuat Sandy merasa sangat sakit. Dan mungkin ini sudah waktunya dia melepaskan Rianty.

"Sial-an! Ini semua pasti karena ulah wanita itu! Aku akan membuat perhitungan dengannya!"geram Wanda masuk kedalam kamarnya. Dan tak lama dia keluar lagi menuju dapur.

"Bi, ini jangan lupa vitamin Mas Sandy. Jangan sampai telat dia meminumnya. Karena ini untuk stamina dia yang terlalu banyak bekerja, pastikan kamu selalu rutin memberikannya pagi dan malam! Selama ini kamu berikan kan pada dia?"ujar Wanda.

"Iya Bu, saya selalu memberikan vitamin punyaku bapak,"jawab Bi Minah.

"Bagus!"jawab Wanda kemudian kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia menghubungi seseorang di sebrang sana yang tak lain adalah Hendra, mantan suaminya. Entah apa yang mereka bicarakan. karena terlihat jika Wanda menahan amarahnya.

*****

"Awas saja kau Sahara. Akan ku buat kau menyesal karena sudah berani mendekati Galih, karena dia hanya milik seorang Citra.",geram Citra mengepalkan kedua tangannya saat Galih malah mengenggam tangan Sahara di depannya.

"Ck, apaan sih kaya mau nyebrang aja."Sahara melepaskan genggaman tangan Galih. Mendengar ucapan Sahara membuat Galih tertawa.

"Masuklah. Gue tunggu disini."ujar Galih.

"Kak aku mau bicara penting."Citra menyusul Galih yang sedang menunggu Sahara di depan ruangan Dosen setelah dia selesai dengan kelasnya.

"Apa?"tanya Sahara tanpa melihat ke arah Citra dan fokus dengan ponselnya. Cukup lama mereka berdua berdiri dan sama-sama diam. Karena Galih malah lebih fokus dengan ponselnya membuat Citra yang berusaha menarik perhatian Galih gagal total.

"Itu. Aku..."ujar Citra kemudian melihat temannya mengkode.

Tanpa banyak bicara Citra malah mencium pipi Galih dan teman Citra sengaja memotretnya. Membuat Galih kaget dan refleks mendorong tubuh Citra dengan kencang sampai Citra terjengkang. Dan ternyata disana juga ada Sahara yang melihat semuanya membuat Galih kesal bukan main kepada Citra.

"Araa..." Panggil Galih dengan wajah menahan amarah kepada Citra. Sedangkan Sahara terlihat santai saja karena memang dia tak peduli. Dia melenggang pergi menuju parkiran tak peduli dengan apa yang terjadi kepada keduanya. Bukan urusan dia juga. Hanya saja dia merasa sedikit kaget apalagi saat dia membuka pintu dan melihat adegan itu.

"Sial*n Lo... Lo sengaja ya.."kesal Galih dengan wajah merah ke arah Citra. Tapi Citra hanya tersenyum saja tanpa niat menjawab.

"Awas. Lo... Tunggu perhitungan gue."kesal Galih dan berlari mengejar Sahara. Tapi Sahara sudah berada di atas motornya dan sudah siap pergi dari sana.

"Ansharaaaa..."panggil Galih. Tapi Sahara Tidak mendengar karena suara bising motor dan juga helm full face yang di gunakannya.

"Ah sial, gara-gara cewek ganjen kuntilanak."kesal Galih menendang batu yang ada di depannya.

Sedangkan Citra yang berdiri tak jauh dari sana bersama dengan temannya tertawa bahagia karena sudah berhasil menjauhkan mereka.

Sahara melajukan motornya menuju ke caffe milik Kenzo yang di beri nama Caffe's Eagle. Dia datang kesana untuk membantu Lucky Karena setiap malam Minggu caffe pasti akan ramai.

"Datang juga Lo... Gue kira Lo boongan bilang mau kesini."ujar Rico yang melihat kedatangan Sahara.

"Datanglah. Kalau udah janji gue usahain walau cuma absen wajah doang."kekeh Sahara kemudian masuk kedalam ruangan milik Kenzo dan Lucky untuk menyimpan tas miliknya.

Dia ke depan untuk membantu melayani para pelanggan yang mulai berdatangan di sore hari. Banyak tamu yang datang ke cafe untuk nongkrong sampai tengah malam. Apalagi setiap malam Sabtu dan Minggu ada live musik jadinya lebih rame untuk tempat nongkrong.

"Sahara... Kamu kerja jadi pelayan disini? Kasian banget anak orang miskin..."cibir Citra yang selalu nongkrong disana bersama dengan teman-temannya apalagi kalau malam Minggu banyak cowok-cowok yang juga nongkrong disana termasuk Genk Galih.

"Silahkan mau pesan apa?"tanya Sahara bodo amat tak peduli dengan cibiran Citra.

"Ck... Dasar pelayan rendahan."kesal Citra.

"Udahlah sih kita pesen aja. Sebentar lagi Kak Galih dan yang lain juga pada datang."jawab temannya yang bernama Kaila.

"Okey. Kalian pesan apapun aku yang traktir."jawab Citra sombong membuat ketiga temannya bahagia dan memesan banyak makanan. Kapan lagi kan bisa makan enak gratisan.

"Silahkan total semuanya tiga ratus limapuluh ribu."ujar Sahara memberikan nota sebelum makanan datang. Disana memang harus bayar dulu baru di kirim makannya. Karena banyak sekali yang langsung kabur tanpa membayar.

"Nih ambil kembaliannya."Cuitra memberikan empat lembar uang seratus ribuan.

"Silahkan ditunggu pesanannya."jawab Sahara yang tetap memberikan uang kembalian kepada Citra.

"Cih, so jual mahal. Dasar miskin dan dekil."kesal Citra.

Semakin malam tamu mulai berdatangan. Ada juga yang sudah mulai menyumbang lagu dan juga perform lainnya. Disini mereka di beri tempat untuk mengekspresikan diri mereka yang berjiwa muda dalam hal positif.

"Lo makan dulu Ra..." Lucky mengambil alih pekerjaan Sahara.

"Makasih Bang..."jawab Sahara dan mengambil makanan jatah untuknya. Semua karyawan memang di beri jatah makan. Sahara beristirahat di ruang kerja Milik Kenzo. Tak lama dia kembali ke depan karena semakin ramai.

"Sahara.."panggil Galih saat melihat keberadaan Sahara disana.