Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Dua Pilihan Yang Sulit
Setelah membujuk Elyana, Bu Gina dan Pak Erik kembali pulang ke villa. Sementara Excel menginap, karena Nada tidak mau lepas darinya.
Hal ini membuat Elyana sedih. Dia sangat takut, apabila Nada dibawa oleh Excel.
"El, tenangkan dirimu. Bapak akan berada di pihakmu. Sekarang, bicarakan semua dengan dia. Ambil keputusan sesuai kata hatimu," ujar Pak Arman memberikan kalimat dukungan untuk sang anak.
"Iya, El. Hadapi Excel dengan tenang. Kamu harus bisa meyakinkan dia, kalau kamu mampu mengasuh dan merawat Nada. Ibu juga tidak mau Excel membawa Nada. Ibu akan sedih kalau harus kehilangan Nada," ucap Bu Elis ikut memberi dukungan.
Setelah mendapat dukungan dari kedua orang tua dan adiknya, Elyana terpaksa memasuki kamar yang ditempati Excel. Karena tadi Excel membawa Nada ke dalam kamar untuk ditidurkan.
Saat masuk kamar, Elyana melihat Excel sedang terduduk di tepi ranjang, wajahnya muram. Saat melihat Elyana, Excel tersentak lalu menatap Elyana.
"Elyana, kalian harus ikut kami pulang besok. Kita harus bersama-sama lagi seperti semula," ujar Excel seakan tidak terjadi apa-apa.
"Aku hanya minta berpisah dari kamu. Aku mohon jangan persulit aku. Kamu sudah memiliki orang yang sangat kamu cintai, Mas. Jadi, tidak ada gunanya memohon seperti ini padaku," tukas Elyana terlihat tenang.
Excel terkejut, matanya menatap kesal ke arah Elyana. "Tidak semudah itu kita berpisah Elyana. Selama kata cerai atau talak tidak terucap dari bibirku, maka kamu tetap jadi istriku. Tolong berikan aku satu kesempatan untuk memperbaiki semua. Aku akan kembali padamu dan berusaha mencintaimu seperti apa yang kamu mau," ucap Excel dengan wajah yang memohon.
Baru kali ini Elyana melihat Excel memohon. Namun, Elyana tetap pada pendiriannya. Ia akan meminta berpisah, walau resikonya Nada diambil Excel.
"Tidak perlu berusaha untuk mencintaiku, Mas. Aku tidak mau kamu lelah karena mencintai aku. Aku tidak mau menyulitkan kamu. Raihlah cinta yang memang kamu cintai, dan jangan sia-siakan waktumu untuk berada di sampingku karena terpaksa. Aku juga tidak mau waktuku sia-sia berada di sampingmu lagi," balas Elyana teguh.
"Baiklah, jika itu inginmu. Tapi, jangan harap kamu bisa mengasuh Nada. Aku pastikan Nada berada dalam hak asuhku. Kalau kamu sayang dengan Nada, maka pilihannya ikut denganku dan kita hidup bersama seperti sebelum kamu menemukan foto itu," ujar Excel penuh nada ancaman.
Lagi-lagi Elyana merasa dipermainkan Excel. Dia benar-benar kecewa karena Excel tidak mau mengalah. Dia egois dan keras kepala.
"Selama ini aku sudah mendampingimu dengan sangat baik. Tidak sekalipun aku mengeluh dan menuntut ini itu. Aku pikir kamu memang mencintaiku, tapi ternyata tidak. Dan sebagai penghargaan buatku, tolong jangan persulit permintaanku. Aku hanya meminta berpisah, agar hidupmu bisa dilewati dengan bahagia bersama kekasihmu," mohon Elyana dengan sangat, air matanya mulai bercucuran.
Melihat Elyana memohon dan menangis seperti itu, hati Excel tersentuh. Dia merasa terharu. Memang benar, selama menjadi istrinya, Elyana sudah menjadi istri yang baik, patuh dan tidak banyak menuntut ini dan itu. Jadi, sayang apabila Excel harus melepaskannya.
"Aku akui kamu memang sudah berbakti dan menjadi istriku dengan baik. Untuk itu, aku tegaskan, aku tidak akan menceraikanmu. Silahkan saja dirimu memohon, aku tidak akan pernah mengabulkan permohonanmu."
"Jangan egois, Mas. Aku hanya meminta berpisah, apa salahnya karena kamu tidak pernah mencintai aku. Jadi, tolong, lepaskan aku. Karena, aku sudah tidak mengharapkan cintamu lagi. Perasaan cintaku sudah aku kikis perlahan-lahan, dan kini hanya tinggal sedikit lagi." Elyana berkata dengan penuh keyakinan.
"Silahkan kamu meminta pisah, tapi aku tetap tidak akan mengabulkannya. Dan kalau kamu tetap meminta berpisah, maka jangan harap hak asuh anak akan jatuh kepadamu," tegas Excel, membuat Elyana seakan lemas tidak bertulang.
Elyana menangis, dia tidak mau hak asuh anak jatuh pada Excel.
"Aku bisa merawat Nada, kamu tidak perlu takut. Meskipun kita berpisah, aku sanggup merawatnya dan mendidiknya," ucap Elyana sedikit keras.
"Tidak," tegas Excel.
Elyana tidak bisa berpikir jernih lagi, dia menangis karena Excel seakan-akan sedang mempermainkan diri dan hidupnya.
Beberapa saat kemudian, tangis Elyana reda. Kini hanya tinggal isaknya saja.
"Baik, Mas. Jika itu memang keinginan kamu. Aku pasrah dan aku akan mengikuti apa maumu." Elyana berkata setelah dia merasa tenang.
"Bagus. Tidak ada salahnya kita kembali bersama. Aku juga akan berusaha mencintaimu seperti yang kamu mau," balas Excel diimbuhi senyum bahagia.
"Aku setuju Nada dibawa kamu kalau kita berpisah. Asal kamu sanggup merawat dan mendidik dia dengan baik. Satu lagi, jika tetap kamu bawa Nada, maka bersiaplah, karena aku akan mendatangi kantormu dan menghadap Komandanmu, aku akan mengamuk di sana lalu memberikan bukti pernikahan kita. Tapi, nyatanya kamu tidak pernah mencintai aku. Karena selama pernikahan kamu justru selingkuh. Pilih yang mana?" urai Elyana tidak gentar. Entah sejak kapan ide itu terbersit di kepala Elyana, sehingga ia mampu memberikan dua pilihan yang sama-sama sulit dan membuat Excel tidak berkutik.
Excel terpaku, dia benar-benar pusing. Dua pilihan Elyana benar-benar sulit baginya.
"Jadi, kamu benar-benar ingin berpisah dariku?" tanya Excel berharap Elyana luluh dan berubah pikiran.
"Iya, Mas. Anggap saja ini penghargaan darimu untukku selama mendampingi hidupmu tiga tahun," balas Elyana teguh.
Excel tertegun, dia seakan teriris dengan ucapan Elyana barusan. Elyana menganggap perceraian adalah sebuah penghargaan baginya dari Excel. Sebegitu teguhnya Elyana menginginkan perceraian itu.
Excel tidak berkata apa-apa lagi, hatinya merasa sakit. Entah apa yang dia rasakan, yang jelas permintaan Elyana barusan membuat Excel tidak bisa memutuskan apa-apa.
"Malam ini kamu bisa tidur dengan puas dengan Nada. Tapi, aku mohon. Biarkan kami hidup berdua. Kamu masih bisa memberikan kasih sayang itu, tanpa kita harus bersama. Dan aku tidak akan menghalangi kamu, jika kamu ingin bertemu Nada," ucap Elyana sembari berlalu dari kamar itu.
"Elyanaaa. Kenapa harus seperti itu? Tidak bisakah kamu memberikan aku satu kesempatan?" pekik Excel. Namun sayang, Elyana sudah keluar dan bulat dengan tekadnya.
jodoh elyana otw....
di dunia nyata