Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Grep..
Kathleen memeluk tubuh Darren. Dia benar-benar bahagia saat ini. Kalau bukan berkat pertolongan Darren mungkin dia tidak akan lepas dari fitnah pencurian uang tersebut.
Kathleen kemudian melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah tampan calon adik iparnya itu.
"Terima kasih ya, Ren! Ini berkat kamu."
Darren hanya tersenyum mendengar ucapan terima kasih dari kekasih kakak kesayangannya.
"Bukan sepenuhnya juga karena aku. Jika rektor sialan itu tidak melakukan hal keji itu. Jika rektor sialan itu memiliki pikiran positif dan tidak mudah percaya apa yang dia lihat, aku sangat yakin kakak bisa membuktikan. Bagaimana caranya, hanya kakak yang tahu. Kakak tidak sendirian, melainkan ada kak Kayana dan kak Bianca."
Mendengar ucapan sekaligus jawaban dari Darren membuat Kathleen tersenyum. Begitu juga dengan Darka dan yang lainnya. Mereka semua bangga akan Darren. Mereka paham maksud dari ucapan Darren tersebut karena Darren orangnya yang tidak suka dipuji berlebihan. Jika ingin mengucapkan terima kasih, cukup mengatakan itu saja tanpa mengatakan hal lainnya.
"Kakak bangga sama kamu," ucap Gilang sembari mengusap kepala belakangnya.
Darka menatap wajah adiknya. Dia ingin menanyakan sesuatu kepada adiknya itu.
"Ren!"
"Iya, kak Darka."
"Kakak masih kepo nih."
"Tentang?"
"Kamu tahu dari mana kalau Sashi dan kelompoknya yang telah memasukkan dua amplop itu ke dalam tasnya Kathleen?" tanya Darka.
Mendengar pertanyaan dari kakaknya membuat Gilang, ketujuh orang, keenam sahabatnya Gilang dan Darka, Kayana, Kathleen dan Bianca langsung melihat kearah Darren. Mereka semua juga penasaran dari mana Darren mengetahuinya.
Sementara Darren, dia tampak terkejut ketika mendapatkan pertanyaan dari kakak aliennya itu. Namun detik kemudian, dia pun tersenyum.
"Dari rekaman CCTV itu. Kan kalian semua melihatnya," jawab Darren.
"Sebelum rekaman CCTV itu, kamu sudah mengetahuinya terlebih dahulu!" seru Dylan tiba-tiba.
"Kamu menatap penuh selidik kearah Sashi dan kelima temannya," sela Rehan.
"Bahkan kamu juga mengancam mereka. Setelah itu, baru kamu menyuruh Qenan dan Willy untuk memeriksa rekaman CCTV," ucap Darel.
Mendengar ucapan demi ucapan dari tiga sahabatnya membuat Darren seketika terdiam. Dia menatap semua orang yang kini menatap dirinya.
Detik kemudian..
"Ach, iya aku lupa! Aku masih ada tugas yang harus aku kerjakan! Aku mau ke kelas. Permisi!" Darren seketika berseru.
Setelah mengatakan itu, Darren langsung pergi meninggalkan semua orang dengan cara berlari.
Melihat Darren yang pergi membuat mereka semua meyakini bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Darren.
"Aku meyakini bahwa Darren memiliki kelebihan yang tidak kita ketahui," ucap Axel tiba-tiba.
Mendengar ucapan dari Axel membuat semuanya melihat kearah Darren.
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, Xel?" tanya Gilang.
"Kakak pikirkan saja sendiri. Kita semua bisa mendengar suara hati Darren, bukan?"
Mendengar ucapan dari Axel membuat Gilang, Darka dan yang lainnya menganggukkan kepalanya.
"Contohnya kejadian hari ini. Ketika kita semua berada di kelasnya kak Kayana, kak Kathleen dan kak Bianca. Tatapan mata Darren langsung melihat kearah Sashi dan kelima temannya. Dan kalian bisa mendengarnya bukan ketika Darren mengatakan sesuatu di dalam hatinya?"
Mereka semua terdiam sembari meresapi ucapan dari Axel dan mengingat kembali kejadian beberapa menit yang lalu.
Dan detik kemudian..
"Apapun itu. Sekali pun apa yang dikatakan oleh Axel itu benar bahwa Darren menyembunyikan sesuatu dari kita. Itu adalah hak nya Darren. Aku rasa itu privasi Darren yang tidak boleh kita ketahui. Seharusnya kita hargai itu. Setiap orang memiliki privasi yang mana orang lain tidak boleh mengetahuinya." Bianca berucap sembari memberikan nasehat.
"Aku setuju apa yang dikatakan oleh Bianca. Jangan hanya karena kita ingin mengetahui apa yang disembunyikan Darren hingga berakhir kita membuat Darren tidak nyaman. Setidaknya kita bersyukur memiliki Darren. Dia mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui," sela Kayana.
Mendengar ucapan dari Kayana membuat semuanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan setuju.
***
"Brengsek!"
Seorang pria tampak marah saat ini ketika mendapatkan kabar dari tangannya yang mengatakan bahwa keponakannya disekap di dalam gudang.
"Berani sekali kalian memperlakukan keponakanku seperti hewan di rumah kalian!" teriak pria itu.
"Riyo, tunggu Paman. Paman akan mengeluarkan kamu dari sana. Sudah cukup bermain-mainnya. Sudah waktunya kita menghancurkan mereka," ucap pria itu.
Setelah itu, pria itu memberikannya perintah kepada tangan kanannya untuk melakukan rencana final.
"Kumpulkan orang-orangmu. Setelah itu, perintahkan mereka untuk bersiap-siap menyerang kediaman bajingan itu!"
"Baik, Bos!"
Laki-laki yang menjadi tangan kanan pria itu langsung pergi meninggalkan Bos nya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Bos nya itu.
***
Kampus..
Darren dan ketujuh sahabat-sahabatnya saat ini berada di kelas. Mereka mengikuti materi kuliah yang terakhir yaitu Ekonomi.
Rencananya selesai materi terakhir ini berakhir, Darren dan ketujuh sahabat-sahabatnya akan pergi berkencan dengan pacarnya masing-masing.
Disaat semua mahasiswa dan mahasiswi tengah fokus melihat ke depan dan mendengar apa yang disampaikan oleh seorang profesor wanita, tiba-tiba Darren merasakan sesuatu.
Darren kemudian memejamkan matanya dan seketika dia melihat sebuah kejadian di pikirannya.
Melihat Darren yang tiba-tiba memejamkan matanya, Axel yang duduk di sampingnya seketika khawatir.
"Ren!"
Mendengar Axel yang memanggil Darren membuat sahabat Darren yang lain langsung melihat kearah Darren.
"Ren, lo kenapa?" tanya Willy panik.
Detik kemudian..
Darren membuka matanya. Tatapan matanya tajam dan dingin. Tangannya mengepal kuat.
"Ren, ada apa?" tanya Dylan.
"Keluargaku dalam bahaya," ucap Darren.
Mendengar ucapan sekaligus jawaban dari Darren membuat Dylan dan sahabatnya yang lain terkejut.
"Aku harus pulang," ucap Darren lagi.
Darren langsung memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya, diikuti oleh ketujuh sahabatnya.
Ketika Darren dan ketujuh sahabat-sahabatnya tengah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, tiba-tiba terdengar pintu kelas yang dibuka paksa.
Braakk..
Semua orang yang ada di dalam kelas tersebut termasuk Dosen langsung melihat kearah pintu. Disana mereka melihat seorang mahasiswa senior.
"Itu kak Darka!" seru Jerry.
"Maaf, Prof!"
"Iya, ada apa?"
"Saya ingin meminta izin agar Prof mengizinkan adik saya pulang."
"Siapa nama adik anda?"
"Darrendra Smith."
Mendengar nama mahasiswa membuat sang profesor tersebut langsung melihat kearah mahasiswa dan mahasiswinya.
"Mahasiswa yang bernama Darrendra Smith. Saya izinkan anda pulang!"
Darren langsung berdiri bersamaan tangannya meraih tasnya. Begitu juga dengan ketujuh sahabat-sahabatnya.
"Prof!" Qenan mengangkat tangannya keatas. "Izinkan kami juga, Prof! Ini masalah keluarga."
"Silahkan!"
Setelah mendapatkan izin, Darren dan ketujuh sahabat-sahabatnya langsung berlari menuju pintu keluar.
^^^
"Kak."
"Ren."
"Ada apa?"
"Kakak tadi dapat kabar dari Bibi Lani. Dia... Dia mengatakan bahwa di rumah ada beberapa orang-orang berpakaian hitam. Bukan itu saja, mereka membawa senjata."
Darren membelalakkan matanya ketika mendengar jawaban dari kakaknya. Begitu juga dengan ketujuh sahabat-sahabatnya.
"Apa kak Gilang sudah tahu?"
"Belum. Hari ini kita beda kelas. Kemungkinan Bibi Lani tidak berhasil menghubungi ponsel kamu dan Gilang, maka Bibi Lani menghubungi kakak. Dan berhasil."
"Bagaimana keadaan orang-orang di rumah?" tanya Darren dengan tatapan khawatirnya.
Walau Darren begitu membenci ayah dan keempat kakak tertuanya itu atas perlakuan buruknya satu selama tahun lebih, namun dia tidak akan membiarkan ayah dan keempat kakaknya itu terluka. Dia sudah kehilangan ibunya, dan dia tidak ingin kehilangan lagi.
Tes..
Seketika air mata Darren jatuh membasahi pipinya.
"Papa, kak Davin, kak Andra, kak Dzaky, kak Adnan."
Mendengar adiknya menyebut satu persatu nama ayahnya dan keempat kakaknya membuat Darka tersenyum bersamaan air matanya mengalir membasahi pipinya.
Grep..
Darka seketika memeluk tubuh adiknya. Dan seketika tangis Darren pecah.
"Hiks... Kak aku memang membenci mereka, tapi aku tidak bisa membiarkan mereka disakiti. Hiks... Bagaimana pun mereka ayah dan kakak-kakakku. Aku sudah kehilangan Mama. Aku tidak ingin kehilangan mereka."
Air mata Darka semakin deras mengalir membasahi pipinya ketika mendengar ucapan dari adiknya. Dia dari dulu yakin bahwa adiknya tidak benar-benar membenci ayah dan keempat kakaknya. Adiknya itu hanya kecewa saja. Terbukti sekarang ini bahwa adiknya begitu mengkhawatirkan ayah dan keempat kakaknya di rumah.
Bukan hanya Darka yang menangis, melainkan ketujuh sahabatnya juga menangis ketika mendengar ucapan dari Darren. Mereka menatap bangga kearah Darren. Mereka juga sama seperti Darka yang mana mereka yakin dan percaya bahwa Darren tidak benar-benar membenci ayah dan keempat kakaknya.
Darka kemudian melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah tampan sekaligus wajah basah adiknya itu.
"Terima kasih kamu masih peduli dengan mengkhawatirkan Papa, kak Davin, kak Andra, kak Dzaky dan kak Adnan. Kamu adalah putra sekaligus adik yang luar biasa. Kakak bangga sama kamu," ucap Darka sembari menghapus air mata adiknya.
"Darka, Darren!" teriak seseorang.
Darren, Darka dan ketujuh sahabat-sahabatnya Darren langsung melihat keasal suara. Dan dapat mereka lihat Gilang yang berlari menuju kearahnya.
"Kak."
"Gil."
"Ren. Darka. Papa, kak......" ucapan Gilang seketika terhenti karena Darren dan Darren langsung bersuara bersamaan
"Kita sudah tahu!"
"Ayo, kita harus pulang sekarang!"
Mereka semua pun pergi meninggalkan Kampus untuk menuju pulang ke rumah.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya