Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terus Menyangkal
Seperti biasanya, mobil Renata ditinggal di basemen apartemen milik Tuan J dan dirinya berangkat dengan satu mobil bersama atasannya itu.
Lewat ekor matanya, Jefra Tjong menatap Renata yang sedang menggaruk leher yang terlihat terdapat ruam kemerahan. Sepertinya itu karena reaksi alergi yang belum sepenuhnya hilang.
Apa dia sudah keterlaluan karena menyuruh gadis itu bekerja? Segelintir rasa tidak enak hinggap di hati Tuan J.
"Lehermu..."
Renata beralih menatap Tuan J yang tiba-tiba mengeluarkan suara.
Apa tidak apa-apa?
"Sungguh menjijikkan."
Renata mendelik dibuatnya, lalu langsung menutupi lehernya dengan rambut tergerai miliknya.
"Maaf."
Tuan J langsung mengatupkan bibir, sebenarnya dia tidak bermaksud mengatakan hal yang justru menyakitkan hati. Namun, mulutnya memang sering kali mengatakan sesuatu yang sangat berbanding terbalik dengan isi hatinya. Kemudian tatap pria itu terpaku sesaat pada cincin batu safir yang melingkar pada jari Renata.
"Pakaianmu jelek, sebaiknya ganti saja," ujar Tuan J setelah menghilangkan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.
"A-apa? Aku tida──"
"Hari ini aku akan menghadiri pertemuan penting, tidak seharusnya kamu membuatku malu karena pakaian itu," Tuan J memotong bantahan dari gadis itu.
Sontak Renata menundukkan wajah. Jika tahu begini sebaiknya dia tidak usah tahu jika Tuan J adalah Jefra-nya. Sungguh menyakitkan ketika orang yang dicintai justru menganggapnya menjijikan dan memalukan.
Meskipun dia tahu jika pria itu tidak mengingatnya, tapi tetap saja rasanya menyesakkan.
"Baiklah aku akan ganti," ucap Renata kemudian.
"Hmm."
Kenyataannya bukan masalah jelek. Tapi, Tuan J tidak ingin jika Renata terus menggaruk kulitnya yang dilanda gatal, itu akan memperparah keadaan hingga iritasi dan infeksi. Renata harus menutupi kulitnya dengan pakaian yang nyaman untuk menghindari keinginan menggaruknya itu.
Apa sekarang kamu sedang khawatir dengan gadis yang dibencimu itu, Tuan J?
**
"Tidak."
Tuan J meyakinkan dirinya sendiri. Bisa dibilang mencoba menyangkal apa yang dirasakannya. Dia berpikir jika tidak memiliki perasaan khawatir pada Renata. Bahkan tentang dirinya yang kini membawa Renata ke butik untuk berganti pakaian hanya rasa kemanusiaan saja, hanya menebus kesalahannya yang menyuruh Renata bekerja di saat sakit.
"Apanya yang tidak, Tuan?" tanya seorang Bodyguard yang berdiri di sampingnya.
"Bukan apa-apa," jawab Tuan J dengan datar.
Tentu saja dia tidak mungkin mengatakan kegundahan perasaannya.
"Tentang sesuatu yang aku perintahkan, apa sudah kamu bereskan?" tanya Tuan J kemudian.
"Sudah, Tuan," jawab si Bodyguard.
"Apa yang kamu dapatkan?"
"Dari rekaman CCTV restauran terlihat jika ada seorang Pelayan yang sengaja memasukan sesuatu pada minuman Nona Angel."
"Jadi itu adalah kesengajaan?"
"Ya, Tuan."
"Di mana Pelayan itu sekarang?"
"Maaf, Tuan. Pelayan itu sudah kabur."
Jefra Tjong terdiam setelahnya. Bertanya-tanya siapa gerangan yang ingin mencoba mencelakai Renata.
Siapa musuh gadis itu?
"Carilah Pelayan itu."
"Baik, Tuan."
Tak
Tuk
Suara high heels yang bergesekan dengan lantai menginterupsi. Renata datang setelah berganti pakaian.
Tuan J menatap Renata yang sudah berganti pakaian dengan mengenakan mini dress abu-abu, dengan motif bunga, desain lengan berbentuk lonceng, serta memiliki kerah bulat, dan berbahan katun. Setidaknya baju berbahan katun tidak membuat alergi atau membuat kulit iritasi, dan dapat menyerap keringat dengan baik.
"Apa baju ini masih terlihat jelek?" tanya Renata setelah berdiri tepat di hadapan Tuan J.
"Hmm," Tuan J berdeham setelah tertegun dengan penampilan Renata yang terlihat begitu manis, "Lumayan," jawabnya kemudian.
Renata merengut mendengarnya. Padahal dirinya ingin mendapatkan komentar yang lebih baik daripada 'lumayan.'
Tangan Tuan J melambai untuk memanggil Pelayan butik.
"Ya, Tuan," ucap si Pelayan.
"Bungkus beberapa pakaian berbahan katun lainnya untuk Nona ini."
Renata terkejut dengan perintah yang diberikan Tuan J pada si Pelayan.
"Serta bawakan scarf katun."
"Baik, Tuan."
"Kenapa Tuan J membelikan aku pakaian?" tanya Renata sepeninggal si Pelayan.
"Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya tidak ingin memiliki Asisten yang selalu memakai pakaian kampungan."
Pelipis Renata berkedut dibuatnya. Sungguh menusuk sekali perkataan pria itu.
"Sebelumnya terima kasih, tapi aku tidak bisa menerimanya," ucap Renata mencoba menolak.
"Tidak ada penolakan, Nona Angelica."
"Setidaknya biar aku saja yang membayarnya."
Tuan J tersenyum miring, "Ternyata wanita sepertimu masih memiliki harga diri untuk dipertahankan. Bukankah semua wanita penggoda sangat senang dibelikan barang-barang mahal?"
Renata mengepalkan tangan, pria di hadapannya itu benar-benar membuat kesabarannya mengikis.
"Untuk Tuan J yang merasa paling benar. Kamu terus saja menghinaku tanpa tahu apapun. Kamu merasa paling benar sendiri karena selalu berkata omong kosong tanpa tahu kebenarannya."
Tuan J sontak terdiam.
"Jangan pernah menilai seseorang dari pendapat orang lain," sambung Renata.
Ya, itu memang benar. Jika ingin menilai seseorang setidaknya selidiki terlebih dahulu. Biasanya ada sisi yang belum didengar, cerita yang tidak diketahui, dan masalah yang tidak harus dicampuri.
Pada akhirnya Tuan J menyadari jika dia salah karena telah menilai Renata hanya karena persepsi. Namun, dia hanya terdiam tanpa mengakui kesalahannya itu. Seorang Jefra Tjong tidak mungkin mengakui kesalahannya secara gamblang, apalagi mengucapkan kata 'maaf'.
Kedatangan Pelayan butik yang membawa sebuah scarf pesanan Tuan J sedikit mengurangi suasana menegangkan ini.
Tuan J menerima scarf itu, lalu melangkah ke depan untuk mendekati Renata.
"Mau apa?" tanya Renata, sedikit waspada tapi tidak bergerak dari posisinya.
Sett
Renata mematung ketika Tuan J melilitkan scarf pada lehernya yang terdapat ruam kemerahan, melilit beberapa kali dan mengikat ujungnya di bagian samping leher.
Bersama itu pula, Jefra Tjong menatap wajah Renata, dari dahi yang kecil, beralih ke alis yang seperti pohon Dedalu menangis, mata cokelat yang jernih, hidung mancung, dan bibir bagai kulit buah persik. Oh, dia jadi teringat kejadian pemberian napas buatan yang dilakukannya pada gadis itu.
Tuan J kembali menjauh, perasaannya menjadi tidak menentu, "Pakai itu untuk menutupi lehermu," ujarnya.
Renata memegang scarf katun yang sudah terpasang di lehernya.
"Kamu terima saja pakaiannya, gaji kamu akan dipotong untuk membayar itu semua," pungkas Tuan J kemudian.
Renata mengangguk kaku. Jefra Tjong sungguh sangat mudah menjungkirbalikkan perasaannya. Dari marah, menjadi berdebar, merasa bingung, hingga membuat Renata tidak bisa berkata-kata.
Aku tidak bisa memahami sosokmu saat ini, Jef.
Renata menatap punggung Tuan J dengan raut wajah masam. Dirinya diam tidak berkutik meski ingin merengkuhnya. Hal yang disadarinya adalah Jefra-nya benar-benar berbeda. Ini sesuatu yang sulit, terasa menyedihkan ketika menyadari bahwa bagi pria itu dirinya tidak sepenting dulu.
Apakah Jefra akan kembali mengingatnya?
"Nona Angelica, mau sampai kapan kamu berdiri di situ?"
"Y-ya," Renata segera menyusul Tuan J yang berjalan menuju pintu keluar butik.
"Aku tidak mempunyai waktu untuk menunggu siput."
"Aku bukan siput!"
_TO Be Continued_