NovelToon NovelToon
Brondong Gila,Bulan

Brondong Gila,Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Cintamanis / Playboy / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:46.7k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!


Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.

"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.

Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.

"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.

"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.

"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak menyerah

Mobil warna ungu muda milik sang dewi nemesis berjalan dengan keceptan cukup tinggi membelah jalanan yang cukup ramai. Aluna mendengus kesal saat melihat bayangan sepeda motor di kaca spion mobilnya. Cakra, kenapa si kuman bakteri ini selalu saja membuatnya repot. Harus mengunakan bahasa apa lagi Aluna memberitahu si kuman bakteri itu.

Kaki berbalut heels warna hitam itu menginjak pedal gas semakin dalam, memacu mobil kecilnya lebih cepat. Agar bisa lepas dari pria yang sudah seperti penguntit yang tak tahu malu itu. Meski sudah diperingatkan, meski sudah diabaikan, Cakra tetap ada. Menyebalkan!

"Apa sih mau lo," gumam Aluna kesal, gadis itu sampai memukul setirnya dengan keras melampiaskan rasa kesal dan amarah yang berbalut kecewa.

Melihat Cakra, Aluna seperti melihat dirinya di masa lalu. Dingin dan sakitnya malam kelam itu kembali ia rasakan, kenapa Cakra tidak mengerti, kenapa pria itu malah datang dan dengan tidak tahu malunya membuka luka lama lagi. Tidak bisakah ia biarkan Aluna sembuh dan melupakan semua itu.

Apa Cakra tidak tahu jika dua tahun ini Aluna susah payah menyembuhkan hati, mencoba berdamai dengan rasa sakit atas luka yang Cakra lakukan padanya. Gadis itu mengigit bibir bawahnya dengan kuat, sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak menetes. Namun, Aluna tidak bisa menghentikan bulir itu jatuh.

Nyatanya masih sakit, luka itu masih sakit, seolah lara itu belum selesai, goresan berdarah itu masih menganga, seolah waktu tak pernah berjalan. Pertanyaan-pertanyaan di kepala Aluna memang belum jawab yang tepat, mengapa? kenapa? kata yang selalu bergelut dalam pikiran Aluna setiap malam saat ia sedirian.

"Nggak gue ngga butuh jawaba apapun, gue nggak butuh penjelasan apapun!" tegas Aluna sambil mengusap kasar air mata yang mengalir membasahi pipinya.

Mobil cooper Aluna berbelok memasuk ke area perumahan elit, berharap pagar tinggi dan gerbang besi putih rumahnya akan menjadi batas mutlak antara mereka. Tapi bahkan setelah mesin mobilnya mati, hatinya masih berdegup marah.

Cakra masih di sana, diatas motornya ia duduk dengan helm yang masih terpasang. Satu kaki Cakra turun menahan motor, pemuda itu menoleh menatap mata sembab sang terkasih dengan dalam dibalik kaca helmnya.

Tangan Aluna mengepal kuat, gadis itu masih terpaku di samping mobil menatap tajam seolah mengusir Cakra tapi bicara. Cakra mengeluarkan benda pipih dari sakunya mengetik sesuatu lalu kembali menoleh melihat ke arah gadis favoritnya. Ponsel Aluna begetar, tangan lentiknya masuk kedalam tas lalu mengambil benda pipih itu. Sekilas membaca pesan dari nomor asing tanpa nama.

+62.. : Maafkan Aka , maaf Aka mohon maafin Aka ... Luna.

Aluna menatap Cakra semakin nyalang, jari tengahnya teracung tinggi ke arah Cakra. Aluna melangkah cepat menapaki dua anak tangga yang ada di terasnya. Pemuda dengan jaket baseball abu-abu itu hanya bisa diam menatap Aluna yang hilang di balik pintu kayu besar.

Cakra : Aka akan di sini sampai Luna mau dengerin Aka, sampai Luna mau ketemu Aka, setidaknya balas pesan Aka, Bulanku ....

My 🌕 : .....

Seulas senyum getir tersungging di bibir pucat pemuda itu, melihat pesan yang ia kirimkan hanya di baca oleh kesayangannya.

"Setidaknya nggak di blok, " gumam Cakra menyemangati dirinya sendiri.

Pemuda itu turun dari motor, mendorong teman berodanya untuk berteduh. Setelah motor hitam berbody ramping dengan knalpot yang agak tinggi itu sudah terparkir dengan baik. Cakra kembali ke pintu pagar besi, dia diam berdiri di menatap gedung yang menyembunyikan bulannya.

Wajah Aluna yang tadinya di tekuk seketika berbinar melihat seorang wanita yang sedang bercengkrama dengan sang ibu di ruang tamu.

"Tante Chika!" Seru Aluna dengan semangat.

Panggilan manis Aluna membuat dua wanita paruh baya itu menoleh. Marissa tersenyum merentangkan tangannya menyambut Aluna yang berlari menghampiri. Gadis berambut coklat gelap itu memeluk Marissa dengan erat.

"Aluna kangen banget," ujar Aluna manja.

Marissa mengurai pelukan mereka, memberi sedikit jarak agar bisa menatap wajah cantik keponakan kecilnya.

"Tante juga kangen banget sama, Luna," ucap Marissa dengan gerakan tangan.

"Kalau kangen kenapa nggak jarang ke sini, pasti nggak boleh sama Om Bobby ya?" Tuduh Aluna dengan bibir manyun lima centi setengah.

Marissa tertawa dalam hening, tapi tetap terlihat manis.

"Belakang ini Tante sibuk, maaf ya Sayang. Sebagai gantinya Luna mau hadiah apa dari Tante?" Marissa berkedip manis setelah menggerakkan tangan.

"Apa aja deh, tapi lukisan gadis lavender boleh juga," sahut Aluna dengan senyum lebar.

"Iya boleh, nanti Tante kamu sama Jenan ke galeri Tante ambil lukisan itu."

Mata Aluna melebar melihat gerakan tangan Marissa.

"Serius Tante? Aluna cuma bercanda, beneran Aluna cuma asal ngomong aja," tutur Aluna yang dengan panik.

Bagaimana tidak, gadis lavender adalah lukisan Marissa yang cukup terkenal. Bahkan sempat di tawar dua miliar oleh seorang kolektor lukisan tapi tidak dilepas oleh Marissa. Dan dengan entengnya wanita itu memberikan lukisan berharga itu padanya. Marissa hanya tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Hah!" Aluna menutup mulutnya yang terbuka lebar.

Grep

Gadis itu memeluk sang Tante dengan sangat erat.

"Terima kasih Tante, terima kasih. Tante Marrisa memang paling baik sedunia!" seru Aluna lalu mengecup pipi Marissa, untuk sesaat ini Aluna lupa dengan Cakra yang masih berdiri menunggu di luar pagar rumahnya.

"Ehem," Calista berdehem kecil, tangan wanita cantik itu terlipat di dada dengan mata memicing menatap adik dan anaknya yang masih berpelukan.

"Berasa jadi obat nyamuk," sindir Calista sambil merotasikan tatapannya kearah lain.

Aluna menyengir lalu beralih duduk ke sisi sang ibu, gadis berusia sembilan belas tahun itu bergelendotan maja di lengan sang ibu cantik yang tengah merajuk.

"Maafin luna Ibu, luna cuma kangen sama Tante Chika," bujuk Aluna dengan suara lembut dan manis.

Calista hanya diam dan melengos.

"Ibu Sayang, Ibu Cantik maafin luna," rengek Aluna sambil mengoyangkan tangan sang ibu. Tapi Calista masih diam dengan wajah cemberut.

"Aluna beliin es krim stroberi ya, atau ibu mau cake? Aluna beliin ya .. ya.."

Calista melirik Aluna sekilas lalu mengangguk.

"Beliin Ibu, stoberi cheese cake sama es krim stoberi," sahut Calista masih dengan wajah pura-pura ngambek.

Aluna berdiri dan memberikan sikap hormat.

"Siap! tapi luna ganti baju dulu ya."

Setelah mengatakan itu Aluna segera berlari ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah mandi dan keramas yang super express Aluna pun turun dengan memakai kaos santai dan celana jeans.

"Cuma stoberi cheese cake sama es krim aja, atau ibu mau yang lain juga?" Tanya Aluna sambil merapikan jepitan rambutnya.

"Itu aja cukup .... eh, nambah mie ayam deh," jawab Calista setelah berpikir sejenak.

"Oke Ibu."

"Ayo, Kak Luna. Jenan siap nganterin!"

Pekik seorang pemuda dari arah halaman belakang, Aluna pun menoleh. Kedua alisnya terangkat naik melihat dua pemuda yang berjalan mendekat, keduanya anya penuh keringat.

"Mandra? Mandi dulu, gue anti kalau bau kambing." Aluna mengibaskan rambut coklatnya dengan sombong.

"Jenan! Balon, nama gue Jenandra!" Teriak Jenandra, pemuda itu berlari cepat setelah mengambil kunci mobil Aluna dari tangan sepupu cantiknya itu.

"Mandra!" Aluna pun langsung mengejar Jenandra.

Calista, Marissa dan Luga hanya bisa menggeleng melihat tingkah keduanya. Jenandra tertawa saat Aluna mengejarnya, sampai di teras Aluna berhasil menarik tangan Jenandra dan mengacak-acak rambut lepek Jenandra dengan kesal. Pemuda itu tentu tidak tinggal diam, dia mengambil jepitan rambut sang kakak sepupu dan dengan usil Jenandra berlari secepat ayam, membuka mobil Aluna dan masuk begitu saja.

"Dasar Mandra!" Pekik Aluna kesal, dia pun berlari kecil menyusul Jenandra masuk ke mobil.

Melihat semua itu membuat hati Cakra terbakar. Tangan Cakra mengepal sangat kuat sampai terlihat urat-uratnya, asap putih keluar dari lubang hidung dan ubun-ubun. Matanya menatap tajam mobil Aluna yang mulai bergerak keluar setelah gerbang terbuka. Gelak tawa masih terdengar saat mobil berwarna ungu itu melewati Cakra.

1
Didim 😍
Oalah ternyata om Evan toh yang datang kirain siapa. Alhamdulillah Cakra di ajak ikut pulang asama om Evan bareng Aluna juga
Lilis Ika Supriatna
Ya Allah hampir aja Cakra 😔
tp syukurlah ayah Evan memperlakukan Cakra dgn baik.
ini kesempatan buat km Aka... ikut pulng ke rumah nya Luna dn km bisa memanfaatkan waktu sebanyak-banyaknya di rumh Luna nanti
Lilis Ika Supriatna
Haiss siapa LG sih yg dtng 😩😩
knp ssh bgt buat mreka berdua ngobrol serius selalu saja ada gangguan yg dtng,,,,
Didim 😍
haddeh nongol lagi pengganggu. kapan beresnya Luna sama Cakra masalah pertanyaan itu. William Willona pergi nongol yang lain benar benar nyebelin 🙄🙄
Nesines
hadeuh bikin geregetttt ya kannnn mau ngobrol celius kok masih aja ada gangguan nya
selingkuhan cakra
ngakak pas mau serius ada aja yg gangguin mereka...
kapan selesainya masalah mereka 😌😌😌.
ini kakak adek kaya tom jerry aja.
SWIKE BOGEL
semoga dgn kejadian ini luna akan baikan sm aka.
aka di ajak epan pulang kerumah nya, moga2 dpt restu dr epan n caca
Aulia Zahra
ya ampun bnyak banget halangan nya itu siapa lg yg datang
SWIKE BOGEL
susah banget mo ngomong selalu aja ad gangguan, kali siapa lg yg datang
Rajungan biru
sebuah pelukan itu kadang semahal itu ...
..
Rajungan biru
hadew ...
win ryry
wah kayaknya Cakra dapat lampu Hijau nih dari Evan. dan Luna sudah melunakkan hatinya
win ryry
hahahaha ada aja gangguan nya /Facepalm/
siapa nih yang datang
win ryry
Is Is Is Is ..... lagi serius mau denger obrolan Cakra dan Luna eh willona datang ambyar dah
Kodok Kejengkit
begitu hangat itu yg aka rasakan saat di pelak ayah epan.
Lestari Arsyila
lihat evan yg sayang sama Luna.. kok aku jg ngebayangin kalau Luna dan cakra punya anak ya.. mungkin akan lebih2 dari evan x ya perlakuannya
Kodok Kejengkit
kali ini apa lagi gangguan nya susah banget mo cerita selalu aja ad pengacau yg bikin aka gagal menceritakan kenapa dia tidak datang dan menghilang
Kodok Kejengkit
ya ampun wilona, kamu jd pengganggu aja pdhl br aja mo cerita keburu datang kang heboh
Lestari Arsyila
ah gagal maning gagal maning.. siapa lagi itu yg datang.. ibu calista sama papa rpan kah
Na_
yok bisa yok saling terbuka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!