Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masalah lagi
Malam itu, Aisyah duduk di ruang tamu kecil rumahnya, menatap layar ponselnya yang gelap. Sejak pagi, Farhan belum menghubunginya. Biasanya, meskipun sibuk, suaminya selalu menyempatkan diri untuk sekadar mengirim pesan. Kegelisahan menyelimuti hatinya, terlebih karena ia tahu betul siapa yang berada di sekitar Farhan saat ini, Rania wanita yang selalu terlihat lebih unggul darinya.
Sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat, ia bangkit dan membukanya. Di ambang pintu, Farhan berdiri dengan ekspresi lelah.
“Kamu baik-baik saja mas?” tanya Aisyah dengan lembut.
Farhan mengangguk diam, lalu masuk dan duduk di sofa. Aisyah duduk di sampingnya, memperhatikan wajah suaminya yang tampak begitu lelah dan sedikit tertekan.
“Ada apa mas, apa kamu punya masalah?” tanyanya, mencoba mencari tahu.
Farhan menarik napas panjang sebelum akhir nya menjawab, “Ibu ingin aku lebih sering bersama Rania. Katanya, dia ini sangat penting untuk perkembangan perusahaan.”
Aisyah menunduk kepada nya sedih, menggigit bibirnya untuk menahan gejolak perasaannya. Ia sudah menduga ini akan terjadi, tetapi mendengar langsung dari Farhan tetap saja terasa lebih menyakitkan.
“Aku nggak akan menuruti keinginan Ibu. Aku nggak bisa mengkhianati kamu,” lanjut Farhan, menggenggam tangan istrinya erat.
Aisyah tersenyum kecil, meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan. “Aku percaya sama kamu mas, Farhan. Tapi, aku juga tahu Rania bukan tipe orang yang mudah menyerah dan akan terus mencoba.”
Farhan mendesah, menyadari betapa benarnya kata-kata Aisyah. Rania selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, dan kali ini, ia yakin wanita itu tidak akan berhenti begitu saja.
•••
Di tempat lain, Rania duduk di balkon apartemennya, menyesap anggur merah dalam gelas kaca. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Farhan. Ia tahu, pria itu tidak akan dengan mudah menyerah pada perasaannya terhadap Aisyah, tetapi itu bukan berarti ia akan membiarkan semuanya berjalan begitu saja.
Sebuah ide muncul di kepalanya, membuat bibirnya melengkung dalam senyuman licik. Jika Farhan tidak mau mendekat padanya dengan sukarela, maka ia hanya perlu menciptakan situasi yang membuat pria itu tidak punya pilihan lain.
Perlahan, ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat untuk seseorang.
“Aku butuh bantuanmu. Ada sesuatu yang harus kita atur.”
Setelah mengirim pesan itu, Rania menyandarkan tubuhnya ke kursi, menikmati aroma malam yang dingin. Permainan baru saja dimulai, dan ia siap untuk memainkan perannya dengan sempurna.
Di tempat lain, Rania duduk di balkon apartemennya, menyesap anggur merah dalam gelas kaca. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Farhan. Ia tahu, pria itu tidak akan dengan mudah menyerah pada perasaannya terhadap Aisyah, tetapi itu bukan berarti ia akan membiarkan semuanya berjalan begitu saja.
Sebuah ide muncul di kepalanya, membuat bibirnya melengkung dalam senyuman licik. Jika Farhan tidak mau mendekat padanya dengan sukarela, maka ia hanya perlu menciptakan situasi yang membuat pria itu tidak punya pilihan lain.
Perlahan, ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat untuk seseorang.
“Aku butuh bantuanmu. Ada sesuatu yang harus kita atur.”
Setelah mengirim pesan itu, Rania menyandarkan tubuhnya ke kursi, menikmati aroma malam yang dingin. Permainan baru saja dimulai, dan ia siap untuk memainkan perannya dengan sempurna.
Rania bisa saja membuat seolah-olah perusahaan dalam masalah dan hanya dia yang bisa menyelamatkannya, memaksa Farhan untuk bekerja sama dengannya.
