Di dunia dark web, satu nama ditakuti: LOOTER. Tak ada yang tahu identitas aslinya, hanya bahwa ia adalah algojo bayaran dengan keterampilan militer luar biasa. la bisa menyusup, membunuh, dan menghilang tanpa jejak. Kontraknya datang dari kriminal, organisasi bayangan, bahkan pemerintah yang ingin bertindak di luar hukum.
Namun, sebuah misi mengungkap sesuatu yang seharusnya terkubur: identitasnya sendiri. Seseorang di luar sana tahu lebih dari yang seharusnya, dan kini pemburu berubah menjadi buruan. Dengan musuh di segala arah, LOOTER hanya punya satu pilihan -menghancurkan mereka sebelum dirinya yang lenyap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
[MEMBURU MANGSA]
pagi itu, apartemen Rangga masih terasa sepi dan gelap meski sinar matahari sudah mulai menyelinap masuk dari celah gorden. Suara burung-burung yang bersahutan di kejauhan hanya menjadi latar samar di tengah pikiran Rangga yang berkecamuk. ia baru saja membuka pesan dari Elora.
>"Antivenom berhasil ditemukan. Aku kirim ke tempat biasa. Hanya kita yang tahu titik koordinatnya. Bertahanlah, Rangga. Waktu kamu tidak banyak."
Rangga menatap layar ponselnya lama, lalu menoleh ke arah tempat tidur yang kini kosong. Ia menghela napas panjang, lalu berjalan ke lemari kecil di sudut kamar.
Di sana, ia mengambil dua ampul kecil: satu berisi morphine intramuscular booster, dan satu lagi regen serum alpha-4, dua komposisi sintesis untuk mempercepat regenerasi sel-sel luka dalam, tapi tidak untuk racun.
"Harus selesai hari ini," gumamnya sambil menyuntikkan keduanya ke otot paha. Rasa nyeri menyebar, namun dalam beberapa menit tubuhnya terasa lebih ringan dan stabil.
Di balik sebuah rak buku, tersimpan sejumlah alat kecil miliknya yang selama ini hanya digunakan dalam situasi darurat.
Dengan cekatan, ia memeriksa saku-saku jaketnya, memastikan bahwa chip pelacak dan perangkat pengunci darurat masih aktif, lalu dengan cepat menonaktifkan alarm pribadi yang tertanam di perangkat selulernya.
Setiap langkah di apartemen itu telah diperhitungkan dengan matang, karena ia tahu, dua orang misterius yang sebelumnya terpantau melalui radar dan sistem pengintai dari pihak musuh semakin dekat ke apartemennya.
Dengan memastikan lampu-lampu tidak berlebihan dan mematikan semua perangkat elektronik yang tidak diperlukan, ia melangkah keluar melalui jendela belakang apartemen, sebuah pintu darurat kecil yang jarang digunakan.
Di luar, udara pagi yang dingin langsung menyambutnya. Ia menekan tombol kecil di pergelangan tangannya untuk mengaktifkan mode silent di sepatu-sepatunya. Setiap langkahnya kini terasa bagaikan bayangan yang tak terdeteksi.
Rangga bergerak menuruni lorong koridor apartemen dengan langkah yang terukur dan hati-hati. Ia tahu bahwa sistem keamanan gedung ini cukup canggih, terpaksa ia harus menghindari kamera-kamera pengawas yang mungkin masih aktif di sudut-sudut gelap.
Dengan memperhatikan refleksi cahaya dari koridor yang remang, ia menyelinap ke ruang bawah tanah melalui pintu yang tersembunyi di balik lemari tua. Di ruangan itu, dinding-dinding beton yang dingin dan sempit menyembunyikan aroma asap dan debu, membuat jalur pelariannya tak mudah terlihat.
Di luar gedung, dua pria misterius yang mengamati pergerakannya melalui radar mulai bergerak lebih agresif. Mereka, yang sebelumnya menerima perintah dari pihak atasan untuk memantau Rangga, kini mencoba menemukan titik keberadaan sesungguhnya.
Suara motor mendekat menggema pelan di lorong dan jalan kecil di sekitar gedung, namun Looter sudah memahami situasinya. Ia tahu, dua orang itu akan mengejarnya, dan maka ia harus membuat mereka pikir bahwa ia benar-benar menghilang dari radar.
Setelah mencapai area parkir tersembunyi di belakang gedung, Rangga menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Di balik mobil tua yang telah ditinggalkan, ia mengeluarkan sebuah perangkat portabel sebuah jammer kecil.
Dengan menekan beberapa tombol, layar kecil menampilkan sinyal yang berantakan, dan dalam hitungan detik ia berhasil mengganggu komunikasi nirkabel di sekitarnya.
Sinyal radar yang sebelumnya menangkap pergerakannya kini mulai menunjukkan kelemahan.Dua titik panas dari penyerang itu perlahan menghilang, atau setidaknya terhambat dari pelacakan.
...----------------...
Mencari Jejak Antivenom
Setelah merasa aman dari pengintaian, Rangga membuka ranselnya dan mengambil selembar peta lapangan yang telah ia simpan sebelumnya.
Peta itu adalah rahasia, hanya diketahui oleh dirinya dan Elora mengenai lokasi penyimpanan antivenom. Antivenom itu sendiri adalah penawar racun yang menggerogoti tubuhnya, yang secara diam-diam telah mulai merusak sel-sel disekitarnya.
Ia tahu bahwa setiap detik penundaan akan membuat kondisinya semakin mengancam, namun keberadaan antivenom di lokasi rahasia itu adalah satu-satunya harapan untuk mengembalikan kondisi tubuhnya ke keadaan semula.
Dalam peta, terdapat koordinat yang menunjukkan ke sebuah gudang tua di pinggiran kota yang telah diubah menjadi penyimpanan rahasia.
Gudang tersembunyi di antara reruntuhan bangunan industri, dikelilingi pagar besi berkarat dan semak belukar lebat. Tak banyak yang tahu, dan membuat tempat itu sempurna untuk lokasi menyimpan antivenom.
Rangga menekan tombol pada perangkat kompas digitalnya, menyesuaikan koordinat dengan peta, lalu berjalan ke arah yang ditunjukkan.
Sambil menghela napas, ia mengambil rute yang paling sepi, jalan setapak kecil di sepanjang rek kereta tua yang jarang sekali dilalui manusia - agar tidak terdeteksi. Dalam keheningan pagi, hanya suara langkah kakinya dan desau angin yang mengiringi perjalanan tersebut.
Sesampainya di gudang itu, Rangga mendekati gerbang utama dengan waspada. Di sekeliling gudang, lampu sorot yang redup dan bayangan pepohonan menambahkan kesan seram, membuat suasana semakin mencekam.
Ia memeriksa sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang mengawasi, lalu dengan cekatan membuka pintu besi tua yang terkunci menggunakan kunci rahasia yang ia simpan dalam mantel hitamnya.
Masuk ke dalam, ruangan itu dipenuhi oleh debu, percikan minyak, dan deretan kotak-kotak besar yang tertata rapi. Di pojok ruangan, sebuah lemari logam dengan kode akses tergantung di dinding.
Dengan ketelitian seorang ahli, Rangga mengetik kombinasi yang telah ia hafal sejak lam. Bunyi klik mekanik tedengar, dan pintu lemari terbuka perlahan.
Di dalamnya, terdapat sebuah kotak kecil berisi botol vial berlabel ANTIVENOM. Setiap vial tampak bersinar samar di bawah cahaya redup dari lampu neon yang berkedip.
Ia meraih kotak itu dengan tangan bergetar, memastikan bahwa semua vial tersebut utuh dan tak tercemar. Dengan rasa lega yang tak terlukiskan, Rangga menyelipkan kotak antivenom ke dalam ranselnya.
Sekarang, ia tahu bahwa ia memiliki sesuatu untuk menunda kerusakan pada tubuhnya.
Beberapa jam kemudian, di pinggiran kota, Rangga - Looter sudah kembali. Kini, sebuah berisi cairan antivenom tersimpan aman dalam ransel kecil di punggungnya. Tak butuh waktu lama ia berbalik arah.
Tujuannya bukan lagi pulang.
Dua orang itu.
Dan ketika seseorang menjadi buruan Looter, artinya mereka bukan lagi manusia. Mereka adalah bayangan yang belum sadar kalau mereka sudah mati sejak detik pertama Looter menyebut namanya.
To Be Continued.....