Tiffany, tiba-tiba dijemput oleh kedua orang tua kandungnya. Berharap ini awal kebahagiaan darinya, dimana gadis miskin yang ternyata anak dari keluarga kaya.
Namun tidak, inilah awal dari neraka baginya. Meira yang selama ini tinggal bersama keluarganya, melakukan segala cara untuk menghancurkan Tiffany.
Membuatnya dibenci oleh keluarga kandungnya, dikhianati kekasihnya. Hingga pada akhirnya, mengalami kematian, penuh kekecewaan.
"Jika dapat mengulangi waktu, aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi."
***
Waktu benar-benar terulang kembali pada masa dimana dirinya baru dijemput keluarga kandungnya.
Kali ini, dirinya tidak akan mengharapkan cinta lagi.
"Kalau kamu menolakku, aku akan bunuh diri." Ucap seorang pemuda, hal yang tidak terjadi sebelum waktu terulang. Ada seseorang yang mencintainya dan mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta
Pernah mendengar bagaimana seekor laba-laba menjerat mangsanya? Mangsa yang terjebak tidak akan langsung dibunuh, hanya diracuni, kemudian diikat menggunakan benang. Memberinya harapan hidup, tapi tetap dapat dimangsa kapan saja.
Tiffany hanya tersenyum, kala sang dokter mengatakan."Keadan pasien sudah kembali stabil. Tidak perlu operasi pemasangan ring pada jantung untuk sementara ini."
"Apanya yang tidak perlu. Jika sudah parah, tentunya perlu operasi. Jika peralatan di rumah sakit ini tidak memadai, kita dapat pergi ke rumah sakit yang lebih besar. Ayah punya banyak uang, jika kurang aku bisa meminta bantuan Martin. Lagipula berapa biaya pemasangan ring pada jantung, tidak sampai 100 juta bukan?" Tiffany mengangkat salah satu alisnya. Bahkan ayahnya dapat membeli rumah sakit ini beserta isinya. 100 juta tentunya bukan jumlah uang yang besar.
"Benar Roy! Hubungi dokter spesialis! Pindahkan Meira ke rumah sakit lain" Tegas sang ayah.
Sang dokter saat ini tertunduk mengepalkan tangannya. Lisensinya sebagai dokter dipertaruhkan. Tertunduk mengepalkan tangannya.
Bagaimana adiknya akan bersikap kali ini? Tiffany benar-benar ingin menyaksikannya. Tidak mungkin bukan Meira kalah dengan mudah?
Benar saja, jemari tangan Meira bergerak. Berucap dengan nada lemah."Ayah...ibu..."
"Meita!" Safira menggenggam jemari tangannya.
"Meira, kakak akan menghubungi rumah sakit terbaik. Kamu akan sembuh, akan segera dioperasi." Ucap Roy menghela napas.
"Aku tidak ingin dioperasi." Wajah Meira yang terlihat pucat, tapi tidak mirip kuntilanak itu bagaikan tersenyum dipaksakan."Bagaimana jika aku mati di meja operasi."
"Jangan berkata seperti itu sayang..." Lirih sang ibu.
"Tapi... tetap saja..." Air mata Meira mengalir. Benar-benar adegan menyedihkan dari wanita berumur pendek.
"Aku hampir terlambat. Karena itu nanti aku akan berkata pada guru adikku yang paling br*ngsek sakit. Meira... ketahuilah, walaupun aku keras tapi aku menyayangimu." Tiffany tersenyum padanya, hendak melangkah pergi.
"Biar aku yang antar." Roy melangkah mendekati adiknya.
"Kakak..." Meira memegang jemari tangan Roy, hingga Roy menghentikan langkahnya."Meira aku..."
"Apa kakak tidak menyayangiku?" Tanya Meira membuat Roy tertunduk.
Dalam hatinya Meira kembali menemukan harapan untuk bisa menang. Untuk bisa kembali menginjak Tiffany hingga hancur.
Mungkin dalam imajinasinya, Tiffany akan menangis sembari berjalan kaki. Membuatnya menderita hingga mati adalah tujuan Meira. Tidak boleh ada yang melebihinya.
***
Sementara Tiffany berjalan di lorong rumah sakit. Ada yang begitu indah baginya dari kata tidak berharap mencintai, yaitu tidak terluka.
Memakai headset nya, ada alasan tersendiri Mengapa Tiffany tidak membongkar langsung permainan Meira. Ingin menyaksikan bagaimana wanita yang lemah tidak berdaya akan melawannya.
Seorang supir sudah menunggu di area depan rumah sakit, membukakan pintu untuk Tiffany."Tuan muda mengirim saya untuk mengantarkan nona."
"Aku mengerti." Hanya itulah jawaban Tiffany penuh senyuman. Memasuki mobil sedikit melirik ke arah gedung rumah sakit.
Mungkin akan menyenangkan untuk bermain lebih lama."Jalan!" Perintahnya agar supir mulai melajukan kendaraannya.
***
Beberapa pesan masuk ke handphonenya. Saat ini sudah jam pulang sekolah. Tidak ada yang terjadi, mengingat Meira tengah berada di rumah sakit. Begitu tenang, begitu damai, begitu bosan...
Membaca pesan di handphonenya yang sebagian besar berisikan teguran.
'Tiffany, Meira ingin kamu menjenguknya. Ibu harap kalian dapat berdamai.'
'Jangan bertengkar lagi, ok? Adik gilaku, ini demi kemanusiaan.'
'Ayah ada di kantor. Jika ada waktu luangkan untuk menjenguk adikmu.'
Pesan berturut-turut dari Safira, Roy dan Yahya. Hal yang membuat Tiffany mengerutkan kening. Apa ini perangkap lainnya?
Matanya menelisik, mengamati beberapa siswa yang tengah bermain basket. Jika tidak salah, Meira memiliki dua orang kekasih bukan?
Pangeran sekolah yang merupakan kapten tim basket. Pemuda yang tengah melakukan sesi latih tanding dengan tim cadangan saat ini Jesen, itulah namanya.
Ada juga Irgo siswa paling keren anak geng motor dari sekolah lain. Ditambah dengan Beno maka lengkap empat sehat lima sempurna.
"Tiffany menyukai basket?" Tanya Tiara yang memang mengikutinya setiap jam istirahat.
"Tidak terlalu, tapi aku suka pria seksi menggoda dengan perawakan tinggi." Senyuman menyungging di wajah Tiffany, melangkah mendekat.
Sementara Tiara yang memakai kacamata serta wajah tanpa riasan melangkah mengikutinya. Apapun yang dilakukan Tiffany terlihat keren di mata Tiara.
"Jesen!" Panggil Tiffany dari pinggir lapangan.
Semua orang yang menonton pertandingan berdecak kesal. Apa yang akan dilakukan wanita jahat ini?
Begitu pula dengan Jesen. Dirinya membenci Tiffany, anak kandung yang tiba-tiba muncul, menganiaya dan melakukan pembullyan pada Meira.
Pemuda yang walaupun dipanggil masih melanjutkan permainan.
Tiffany berdecak, melangkah menuju tengah lapangan basket, dimana Jessen tengah mendribel bola.
Kala itu Jensen merasa akan menang akan mencetak angka setelah tidak ada satupun orang yang berhasil menghalangi nya.
Tapi, tiba-tiba seseorang merebut bola. Dirinya membulatkan matanya. Kala Tiffany merebut bola darinya. Berlari dengan cepat mendribel bola basket.
Terlihat begitu cantik, begitu tegas dan berbahaya.
Bola memasukkan keranjang, wanita itu melakukan slam dunk. Benar-benar gerakan yang memukau, membuat semua orang terdiam.
Tiffany yang melompat, kini telah mendarat. Dirinya berbalik menatap ke arah Jesen."Aku sudah mencetak angka untukmu, jadi aku minta bayaran dengan meminjam tubuhmu selama 5 menit." Wanita cantik yang tersenyum menggoda. Membuat jakunnya baik turun.
"Hanya bicara." Jesen berusaha tetap tenang, menetralkan dirinya. Mengepalkan tangannya mengingat prilaku wanita jahat ini pada kekasihnya yang paling suci dan cantik.
***
Sebenarnya darimana Tiffany dapat bermain basket? Ini karena basket merupakan olahraga umum di panti. Panti asuhan tempat Tiffany dibesarkan tidak terlalu buruk. Memiliki banyak donatur tetap, dengan fasilitas yang memadai. Tapi, tidak ada gadget, hanya disiplin dan berbagai hal positif.
Mata Jesen mengamati Tiffany dari atas sampai bawah. Wanita yang berhasil menjatuhkan reputasi Bu Diana, dan Meira. Benar-benar seorang wanita jahat.
"Jesen..." Tiffany memulai pembicaraan.
"Jika kamu kemari karena ingin menjelek-jelekkan Meira, atau ingin aku putus dengannya, itu tidak akan berhasil. Wanita sebaik Meira, kamu perlakukan dengan begitu buruk." Tegas Jensen meminum air mineral di hadapannya. Benar-benar anak baik.
"Sayangnya bukan itu tujuanku." Tiffany tertawa kecil.
"Kamu ingin menggodaku!?" Bentak Jesen antara kesal dan salah tingkah.
"Sayangnya kamu bukan tipeku." Tiffany mengedipkan sebelah matanya.
"Lalu!? Kanapa kamu memanggilku kemari?" Tanya Jesen.
"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya. Karena takut kamu dan Meira akan sedih. Jujur saja aku sebenarnya sangat menyayangi Meira, hanya saja caraku mendidik yang terlalu keras. Mungkin karena aku hidup di panti asuhan." Tiffany meminum jus buah kemasan rasa jeruk.
"Jangan berbelit-belit!" Tegas Jesen.
"Hidup Meira tidak akan lama jika tidak dioperasi. Dia menderita jantung koroner. Tapi sampai sekarang, masih menolak menjalani operasi. Karena itu sebagai seorang kakak yang begitu menyayangi adik b*engsekku. aku harap kamu bersedia menemani dan membujuk Meira untuk dioperasi." Ucap Tiffany pelan.
Hal yang membuatnya Jesen kembali berfikir. Apa ini hanya salah paham? Tiffany bukan orang yang terlalu buruk.
Tapi yang ada di otak Tiffany tentunya berbeda. Bagaimana jika adiknya dilimpahkan begitu banyak kebahagiaan dengan dijenguk semua pacarnya?
Pasti menyenangkan bukan? Dijamin! Semangat dari cinta, akan membuat Meira cepat sembuh.
si ratu drama gak tau aja Yahya mlh dah mengetahui segalanya tentang dirinya, hanya pinter bersandiwara didepan semuanya. tukang kibul dikibulin gantian 😁
jadi Salah faham disini..
memang si miera harus disiksa dulu . karena dia membuat semua memebenci Tiffany..
semangatttt thor...lanjuttttkan