Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penculikan 2
Di tengah keheningan malam disebuah ruangan yang terlihat begitu tenang tampak seorang pria tengah berjibaku dengan berkas-berkas yang begitu banyak.Wajahnya terlihat begitu fokus dengan pandangan hanya tertuju pada kertas yang ada di tangannya. Hingga fokusnya harus terganggu karena seorang pria yang tiba-tiba saja membuka pintu dengan begitu keras.
Rion mengernyitkan dahinya saat melihat Robin yang telah masuk ke dalam ruangannya.“Apa sekarang kau sama sekali tidak menghormati ku?” tanya Rion dengan nada pelan akan tetapi penuh dengan penekanan. Robin yang masih mengatur nafasnya tidak tahu harus bagaimana karena ia memiliki sesuatu yang harus ia laporkan pada Rion.
“Hosh, i-tu yang mulia, ada sesuatu yang begitu penting yang harus saya laporkan,” ujar Robin dengan nafas yang masih belum beraturan. Rion tampak menatapnya dengan tidak perduli. “Sepenting apapun urusannya aku sama sekali tidak menyukai ketidaksopananmu ini,” Rion tampak masih begitu marah dengan sikap Robin. Mendengar hal tersebut Robin dengan cepat menundukkan kepalanya. “Saya benar-benar minta maaf, Anda bisa menghukum saya atas apa yang telah saya lakukan,” Rion menghela nafas dengan begitu kasar lalu kembali mengambil sebuah berkas yang tadi ia baca lalu kembali fokus pada benda tersebut.
Disisi lain Robin hanya bisa berdiri diam tanpa mengatakan apapun. “Cepat katakan apa yang ingin kau laporkan tadi dan tetap ingat apapun laporannya kau harus mendapat izinku terlebih dahulu agar bisa masuk ke tempat ini,” peringat Rion dengan panjang lebar. “Baik yang mulia saya akan mengingatnya.”
“Jadi apa laporannya?” tanya Rion kemudian. Suasana hening sejenak hingga Robin membuka mulutnya. “Alana menghilang, tampaknya ia…” “BRAK,” perkataan Robin terhenti saat Rion memukul meja yang ada di depannya. “Kenapa kau tidak bilang dari tadi!” geram Rion dengan menatap Robin dengan begitu tajam. Tanpa menunggu jawaban dari Robin, Rion telah lebih dahulu pergi meninggalkan ruangannya meninggalkan Robin yang masih terpaku di tempat. “Salah siapa yang suka marah-marah tidak jelas,” gumam Robin sebelum menyusul Rion.
Hingga kini Rion telah tiba di kamar Alana yang tampak di kerumuni oleh beberapa pelayan dan juga prajurit yang saat ini sedang melakukan penyelidikkan. Bahkan Bastian juga telah sedia di sana.
Melihat sosok Rion yang tiba membuat semua orang langsung melirik pada pria tersebut. Sedangkan Rion sama sekali tidak perduli, ia hanya melangkahkan kaki masuk ke dalam dengan secepat mungkin.
“Bagaimana dengan penyelidikkan nya? Dan bagaimana bisa terjadi sesuatu yang seperti ini untuk yang kedua kalinya ha!” terlihat jelas jika pria ini sedang marah besar sekarang. Tidak ada yang berani mengatakan satu katapun karena mereka masih begitu sayang pada nyawa mereka.
Kemudian tatapan Rion tertuju pada Bastian yang berdiri tidak begitu jauh darinya. “Katakan sekarang apa kau memiliki petunjuk?” tanya Rion dengan menatap tajam pada Bastian. Sedangkan Bastian hanya bisa meneguk ludah dengan kasar sebelum mengatakan sesuatu. “Da-dari penyelidikkan saya yang mulia bahwa semua ini ada hubungannya dengan makhluk kegelapan,” jelas Bastian. Mendengar hal tersebut membuat Rion mengepalkan tangannya dengan begitu kuat. “Kalian semua, cari dan temukan gadis itu sekarang!” perintah Rion yang membuat seluruh prajurit langsung bergerak dengan begitu cepat.
Sedangkan disisi lain tepatnya di sebuah ruangan yang temaram seorang gadis tengah menutup matanya dengan kedua tangan yang diikat pada sebuah tiang sedangkan mulutnya tertutup oleh ikatan kain yang menghalangi suaranya. Gadis itu perlahan mulai bergerak dan matanya perlahan terbuka menampilkan manik mata coklatnya.
Alana masih terdiam, merasa bingung dengan apa yang terjadi lagi padanya kali ini. Kepalanya masih terasa cukup pusing dengan telinga yang berdengung kecil tapi untungnya setelah beberapa saat rasa itu hilang dengan sendirinya.
‘Dimana aku?’ pikirnya setelah memperhatikan kondisi sekitar. Setelah itu Alana mencoba menggerakkan tangannya namun itu percuma karena tali yang mengikatnya. ‘Huh sial,’ batinnya yang sudah menyadari dengan jelas bahwa ia sedang dalam bahaya.
Alana terdiam sejenak berhenti untuk memberontak lalu mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya. Tapi ia lagi-lagi hanya mengingat tentang asap hitam yang menenggelamkannya setelah itu ia bahkan tidak mengingat apapun. ‘Lagi-lagi asap hitam yang sama, apa itu makhluk kegelapan? Tapi kenapa ia menculik ku? Kenapa tidak langsung membunuhku saja sama dengan Mona? Sebenarnya apa yang diinginkan…’ begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya hingga ia bahkan sulit untuk mencernanya.
“Tak, tak, tak,” walaupun samar akan tetapi Alana bisa mendengar langkah kaki yang berjalan ke arahnya. Jantungnya berdegup dengan begitu cepat disertai dengan firasat yang cukup buruk. “CEKLEK,” pintu terbuka dengan lebar menampilkan sosok berjubah hitam yang tidak terlihat wajahnya.
“Huh, aku tau kau sudah sadar,” sinis pria tersebut dengan nada yang begitu pelan akan tetapi bisa didengar oleh Alana yang menutup matanya. “Baiklah jika kau tidak ingin membuka matamu maka kau bisa membusuk di tempat ini,” lanjutnya yang membuat Alana dengan cepat membuka matanya.
Alana tidak mengatakan apapun ia hanya terdiam dengan menatap tajam pada sosok yang ada di depannya. “Ck, ck, ck ternyata cukup galak,” gumamnya. “Hng..hnggk…!” Alana mencoba mengatakan sesuatu akan tetapi kain yang ada di mulutnya telah menghalangi suaranya.
“Baiklah tampaknya kau ingin mengatakan sesuatu maka aku akan memberimu kesempatan,” gumamnya lalu mendudukkan dirinya hingga setara dengan Alana lalu melepaskan kain tersebut. “Siapa kau bajingan?” tanya Alana setelah kain tersebut berhasil lepas dari mulutnya.
Bukan menjawab, sosok dengan jubah hitam tersebut justru tertawa dengan begitu keras hingga tawanya terdengar begitu menggema di ruangan tersebut. Lalu tawanya terhenti tiba-tiba dan dengan kasar menarik dagu Alana hingga mendongak ke arahnya.
Wanita itu tidak melakukan apapun ia hanya berusaha fokus pada wajah yang tertutup dengan jubah tersebut. Jika didengar dari suara maka Alana bisa memastikan bahwa orang ini adalah laki-laki dan suaranya terasa tidak begitu asing. Tapi anehnya sekuat apapun ia berusaha, ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu walau dari jarak yang begitu dekat seperti saat ini.
“Kenapa diam apa kau takut?” tanyanya. Suasana hening sejenak hingga tawa Alana yang kali ini terdengar. “HAHAHA…,” “ apa kau gila? Mana mungkin aku takut dengan pengecut sepertimu yang hanya berani pada wanita,” ejek Alana lalu tersenyum miring.
“Kau bilang aku pengecut?” tanyanya yang tampak tidak terima. “Tentu saja, kau bersembunyi di istana seperti seekor tikus lalu menghabisi Mona karena dia tau tentang rahasiamu,” ujar Alana dengan tersenyum manis tapi penuh dengan penghinaan.
“Kau!” geram sosok itu lalu mencekik kuat leher Alana. “Mati kau wanta sialan!” ujarnya dengan terus menguatkan cengkeramannya. “ Ka-kau saja yang mati,” “BUGH,” dengan sekuat tenaga Alana menendang pria tersebut hingga tersungkur kebelakang. “Ugh, bajingan gila,” gumam Alana dengan memegang lehernya yang terasa begitu sakit.
semangat terus ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
terima kasih thor karna sudah up,,,tetap semangat up thor,,,💪💪💪
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya