“Mama, dadan Luci atit, nda bita tatan ladi. Luci nda tuat..."
"Luci alus tatan, nda ucah bitala dulu. Abang Lui nda tuat liat Luci nanis,” mohon Rhui berusaha menenangkan adik kembarnya yang tengah melawan penyakit mematikan.
_____
Terasingkan dari keluarganya, Azayrea Jane terpaksa menghadapi takdir yang pahit. Ia harus menikah dengan Azelio Sayersz, pimpinan Liu Tech, untuk menggantikan posisi sepupunya, Emira, yang sedang koma. Meski telah mencintai Azelio selama 15 tahun, Rea sadar bahwa hati pria itu sepenuhnya milik Emira.
Setelah menanggung penderitaan batin selama bertahun-tahun, Rea memutuskan untuk pergi. Ia menata kembali hidupnya dan menemukan kebahagiaan dalam kehadiran dua anaknya, Ruchia dan Rhui. Sayangnya, kebahagiaan itu runtuh saat Ruchia didiagnosis leukemia akut. Keterbatasan fisik Rhui membuatnya tidak bisa menjadi pendonor bagi adiknya. Dalam upaya terakhirnya, Rea kembali menemui pria yang pernah mencampakkannya lima tahun lalu, Azelio Sayersz. Namun, Azelio kini lebih dingin dari sebelumnya.
"Aku akan melakukan apa pun agar putriku selamat," pinta Rea, dengan hati yang hancur.
"Berikan jantungmu, dan aku akan menyelamatkannya.”
Dalam dilema yang mengiris jiwa, Azayrea harus membuat pilihan terberat: mengorbankan hidupnya untuk putrinya, atau kehilangan satu-satunya alasan untuknya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Taksi berhenti di depan rumah Pak Ezton, kediaman Rea yang direbut paksa oleh adik tiri Ibunya Rea.
Arzen terpukau melihat bangunan besar nan megah itu. Matanya tak berkedip. Ia tak menyangka Rea berasal dari keluarga kaya.
Ruchia dan Rhui ikut ternganga. Rumah ini jauh melebihi bayangan mereka.
“Mama, capa lumah ini?” tanya Ruchia, menunjuk lurus.
“Rumah Nenek kalian,” jawab Rea tersenyum geli melihat tingkah lucu anaknya.
“Eyang Lita?” tebak Rhui polos.
Rea menggeleng. “Bukan. Nenek kandung kalian. Nenek Dara.”
“Oh, Nenek Dala! Mana olangna, Mama?” tanya Ruchia, tak melihat siapa-siapa.
“Mama kan pernah cerita, Nenek kalian sudah tiada,” tutur Rea sedih.
Si kembar ikut muram karena mereka tak bisa bertemu Nenek mereka. Arzen yang menyimak ikut terenyuh. Tapi ia kagum pada Rea. Wanita tangguh ini sudah melewati banyak ujian hidup seorang diri sejak kecil. Tak diragukan lagi, Rea adalah pasangan hidup yang tepat untuknya.
Rea mengajak mereka masuk. Baru saja membuka pintu, sebuah teriakan nyaring terdengar dari belakang.
“HAI!”
Rea cepat berbalik melihat Selina sudah berdiri di sana dengan tatapan penuh permusuhan.
Arzen menarik cepat si kembar ke belakangnya, menjauhkan mereka dari Selina. Rea pun maju mendekati Selina tanpa gentar.
“Kukira kau sudah mati. Masih hidup ternyata, cih,” decak Selina sambil bersedekap.
“Kenapa kalau aku masih hidup? Kau kecewa?” tantang Rea, ikut bersedekap sambil tersenyum.
Kesal melihat senyum menjengkelkan Rea, Selina mengangkat tangan, berniat menampar. Namun, tiba-tiba wanita itu terdorong ke belakang.
“Akhhh!” Selina menjerit, hampir jatuh.
Anak ini...
Arzen yang tadinya hendak mencegah Selina, ia terkejut melihat Rhui yang mendorong wanita itu. Kecil-kecil, tenaganya kuat.
“Argh, sial, siapa itu!” Amarah Selina meledak. Rea segera menarik Rhui agar putranya tak jadi sasaran.
“Aku yang dolong!” ujar Rhui dengan tatapan tajam. Ruchia senang dan kagum melihat keberanian saudara kembarnya.
“Sial, siapa anak ini, Rea?!” Selina geram sambil menunjuk Rhui yang memakai masker. Rea memang sengaja menutupi wajah Rhui agar tak ada yang menyadari kemiripannya dengan Azelio.
“Aku Lui, putla na Mama. Kalo Ante cakitin Mama Lui, Lui ndak akan diam! Lawan cini cama Lui!” tantang Rhui tak gentar. Kesatria sejati harus berani. Ia takkan biarkan siapapun menyakiti Ratu di dunianya, yaitu Ibunya.
“Ck, bicara masih belepotan, beraninya kau padaku!” Selina hendak membalas, tapi kini giliran Arzen yang mendorong bahunya, membuat Selina mundur beberapa langkah.
“Tolong jangan kasar pada anak-anak. Mereka hanya melindungi Ibu mereka,” tegur Arzen tegas.
“Hah, Ibu? Maksudnya…” Selina tercekat. Ia menatap Rea dan si kembar bergantian.
“Ante dalak! Janan dolong-dolong Mama tantik na Luci,” sentak Ruchia membela Ibunya. “Kalo Mama teluka, kamu bakal ditantap polici!” ancamnya sambil berkacak pinggang.
Deg.
Drap! Drap! Drap!
Langkah kecil Rexan terdengar di koridor Liu Tech. Ia berjalan sendirian, sesekali berpapasan dengan karyawan yang tersenyum padanya. Rexan hanya menunduk. Bocah introvert itu tak berani menatap mata orang lain.
Ia berhenti di depan ruang rapat. Rexan tahu Ayahnya di dalam, tapi ia mengurungkan niat. Apapun yang ia lakukan tak pernah dilirik Ayahnya. Ia hanya ingin kasih sayang, namun selalu dikucilkan, bahkan teman sekolah sering menyebutnya anak gagal yang tak diinginkan.
Langkahnya membawanya ke ruangan Jeremy.
“Oh, Rexan? Dari mana saja?” tanya Jeremy, mendekati keponakannya yang tertunduk lesu.
“Lejan ndak cuka cini. Lejan mau pulang, Paman,” mohon Rexan. Matanya memerah dengan air matanya.
Jeremy berjongkok, mengelus pipi Rexan lembut, lalu tersenyum tipis. “Baiklah, kita pulang sekarang.” Ia berdiri. Tiba-tiba, Emira masuk, mengejutkan Jeremy. Rexan ikut kaget.
“Hai, sayang,” sapa Emira pada Rexan.
“Mama cari-cari ternyata kamu di sini,” lanjutnya, berdiri di depan Rexan. “Sini, Mama gendong.” Emira mengulurkan tangan, tapi Rexan mundur.
“Loh, kenapa?” tanya Emira sedih.
“Bibi bukan Mama Lejan,” jawab Rexan. Dua orang dewasa itu terdiam, suasana hening sesaat.
“Rexan, jangan bicara begitu. Dia kan Mamamu yang sudah melahirkan Rexan,” ucap Jeremy, melirik Emira.
“Bukan Mama Lejan! Bibi bukan Mama Lejan. Kalo Bibi Mama Lejan, Papa nda benci cama Lejan.”
Huaaa…
“Rexan!”
Jeremy dan Emira kaget melihat Rexan lari. Jeremy segera mengejar. Emira yang ditinggal sendiri hanya menunduk sedih. Ia memang melahirkan Rexan, tapi anak itu bukan miliknya. Emira memegang dadanya yang mendadak sakit luar biasa.