NovelToon NovelToon
Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bercocok tanam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: d06

Prolog

Hujan deras mengguyur malam itu, membasahi jalanan berbatu yang dipenuhi genangan air. Siena terengah-engah, tangannya berlumuran darah saat ia berlari melewati gang-gang sempit, mencoba melarikan diri dari kematian yang telah menunggunya. Betrayal—pengkhianatan yang selama ini ia curigai akhirnya menjadi kenyataan. Ivana, seseorang yang ia anggap teman, telah menjebaknya. Dengan tubuh yang mulai melemah, Siena terjatuh di tengah hujan, napasnya tersengal saat tatapan dinginnya masih memancarkan tekad. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, satu hal yang ia tahu pasti—ia tidak akan mati begitu saja.

Di tempat lain, Eleanor Roosevelt menatap kosong ke luar jendela. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat tanpa kehidupan, seolah dunia telah menghabisinya tanpa ampun. Sebagai istri dari Duke Cedric, ia seharusnya hidup dalam kemewahan, namun yang ia dapatkan hanyalah kesepian dan penderitaan. Kabar bahwa suaminya membawa wanita lain pulang menghantamnya seperti belati di dada

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 33 salju pertama

...✨🍷 happy reading🍷✨...

Semakin malam, suasana di kedai mulai mereda. Beberapa orang yang tadinya mengobrol seru kini tampak berpikir dalam diam, mencerna cerita yang Eleanor sebarkan secara halus. Gosip memiliki kekuatan yang luar biasa, terutama jika itu menyentuh sesuatu yang sudah lama terpendam di hati rakyat—ketidakpuasan terhadap pemimpin mereka sendiri.

Brian yang duduk di sebelah Eleanor berbisik pelan, "Sepertinya mereka mulai curiga pada Lord Edwin."

Eleanor mengangguk kecil, matanya memperhatikan para warga yang kini membicarakan keadilan, ketidakadilan, dan nasib mereka di bawah kepemimpinan Lord Edwin. Namun, belum saatnya mereka bergerak lebih jauh. Jika terlalu terburu-buru, mereka bisa menarik perhatian pengikut setia Lord Edwin.

"Kita harus tetap waspada," kata Eleanor pelan. "Jika Lord Edwin menyadari ada yang berusaha merusak citranya, dia tidak akan tinggal diam."

Brian menoleh ke pintu kedai, memastikan tidak ada orang mencurigakan. "Kita akan berangkat ke dermaga besok pagi. Tapi dengan keadaan begini, kita harus berhati-hati. Aku tidak yakin para prajurit Lord Edwin akan membiarkan kita pergi begitu saja."

Eleanor menyadari itu. Mereka sudah menanam benih keraguan di hati rakyat, tetapi mereka juga harus tetap bergerak. Jika mereka tertangkap sebelum bisa menyampaikan kebenaran kepada pihak yang tepat, semua usaha mereka akan sia-sia.

Malam itu, Eleanor dan Brian memutuskan untuk beristirahat di sebuah rumah penginapan sederhana di sudut desa. Namun, tidur nyenyak bukanlah sesuatu yang bisa mereka nikmati malam ini.

---

Pagi harinya, mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Eleanor mengenakan jubah besar dengan tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya. Brian juga mengenakan pakaian sederhana untuk menghindari perhatian.

Namun, saat mereka hendak keluar dari desa, Brian tiba-tiba menarik Eleanor ke belakang sebuah rumah. "Tunggu," bisiknya tegang.

Eleanor mengintip dari balik tembok dan melihat beberapa prajurit berkuda dengan lambang singa emas—lambang keluarga Lord Edwin.

"Mereka pasti sedang mencari kita," gumam Eleanor.

Brian mengangguk. "Kita tidak bisa melewati jalan utama. Kita harus menemukan rute lain ke dermaga."

Eleanor berpikir cepat. "Ada jalan melalui hutan di belakang desa. Itu akan memakan waktu lebih lama, tetapi lebih aman."

Tanpa membuang waktu, mereka menyelinap ke arah hutan, menghindari jalan utama. Namun, saat mereka baru saja masuk ke dalam pepohonan yang rimbun, terdengar suara langkah kaki dari belakang mereka.

"Mereka menemukan kita!" ujar Brian dengan nada panik.

Eleanor menggigit bibirnya. Mereka harus berlari—dan mereka harus bertahan

Brian mengatakan bahwa pelabuhan sudah hampir dekat, tetapi Eleanor mulai merasakan kelelahan yang luar biasa. Jalan yang mereka lalui bukanlah jalur utama, melainkan jalan pintas yang lebih sulit ditempuh. Tanah berbatu dan lumpur membuat setiap langkah terasa berat, belum lagi akar-akar pohon yang menjulur di mana-mana, menghalangi laju mereka.

Kakinya kini mulai terasa nyeri, sedikit bengkak akibat perjalanan panjang tanpa henti. Namun, meski rasa sakit menjalari tubuhnya, Eleanor tetap melangkah maju tanpa mengeluh. Brian, yang berjalan di sampingnya, menyaksikan keteguhan hati wanita itu.

Selama ini, Brian telah banyak berinteraksi dengan wanita bangsawan, dan kebanyakan dari mereka pasti akan merengek atau menangis jika menghadapi kesulitan seperti ini. Namun, Eleanor berbeda. Dia tidak mengeluh atau meminta bantuan, bahkan ketika tubuhnya sudah nyaris tidak kuat. Jika terjatuh, dia akan bangkit sendiri, mengabaikan luka dan kelelahan yang mulai menggerogoti dirinya.

"Apa Anda masih kuat, Duchess?" tanya Brian akhirnya, khawatir melihat wajah Eleanor yang pucat.

Eleanor menoleh padanya, matanya masih menyala dengan tekad. "Bukankah sebentar lagi kita sampai?"

Brian mengangguk. "Benar. Setidaknya, tidak terlalu jauh dari sini."

Eleanor menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan sisa tenaganya. "Bagus. Jika sudah sampai, kita bisa beristirahat sebentar."

Udara malam semakin menusuk tulang, membuat tubuh Eleanor menggigil. Gaun tipis yang dikenakannya sudah kotor di beberapa bagian, sementara jubah yang tadi melindunginya entah hilang di mana. Dia bahkan tidak menyadari kapan jubah itu terlepas dari tubuhnya—mungkin tersangkut di semak-semak saat mereka berlari tadi.

Namun, dia tidak bisa memikirkan itu sekarang. Yang terpenting adalah mereka harus mencapai pelabuhan secepat mungkin. Eleanor menggenggam ujung gaunnya, mengangkatnya sedikit agar lebih mudah berjalan, lalu kembali melangkah ke depan tanpa ragu.

Brian menatapnya sesaat, lalu tersenyum kecil dalam hati. pantas saja tuannya tidak pernah melepaskan wanita ini.

...✨🌊⛵✨...

Di dermaga, tepat di depan kapalnya, Cedric berdiri tegak, entah sudah berapa jam dia menunggu di sana. Matanya tak lepas dari jalanan yang menuju ke pelabuhan, seolah berharap sosok yang dinantikannya segera muncul. Rasa cemas perlahan menyelimutinya—apakah Eleanor selamat? Apakah dia baik-baik saja?

Salju pertama musim dingin mulai turun, menutupi sebagian rambut hitamnya dengan lapisan putih tipis. Udara yang menusuk kulit tak lagi terasa baginya, pikirannya hanya dipenuhi satu hal: Eleanor harus kembali dengan selamat.

Dari dalam kapal, suara Alistair terdengar, mencoba menyadarkan Cedric. "Tunggu di dalam, Cedric. Mereka pasti selamat. Kau akan mati kedinginan jika terus berdiri di sana."

Namun, Cedric tetap tak bergerak, tak sedikit pun beranjak dari tempatnya. Bukan Cedric namanya jika dia begitu saja menuruti perkataan orang lain. Dia tetap berdiri di sana, menantikan kepastian yang belum juga datang.

Hingga akhirnya, dari kejauhan, siluet seseorang mulai terlihat. Rambut pirang panjang yang familiar berkibar ditiup angin, gaun putihnya yang kini penuh kotoran berkibar saat ia berlari. Tubuh kecilnya terlihat ringan, bergegas menuju dermaga dengan langkah yang tak melambat sedikit pun.

Di belakangnya, Brian tampak kewalahan, berusaha menyesuaikan laju langkah Eleanor yang berlari tanpa henti.

Melihatnya, dada Cedric terasa sesak. Rasa lega bercampur dengan perasaan lain yang tak bisa ia ungkapkan. Eleanor selamat. Dia kembali.

...**⁠.⁠✧🥀 thanks for reading 🥀*⁠.⁠✧*...

1
Khanza Safira
Hai Aku mampir
dea febriani: hai, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini❤️
total 1 replies
masria hanum
kak ini ceritanya bagus banget lho, cerita yang lain2 juga bagus2 semoga viewers nya makin banyak ya...

suka banget sama alurnya, pelan tapi ada aja kejutan di tiap bab...
dea febriani: MasyaAllah Tabarakallah, terima kasih banyak! Komentar kamu benar-benar bikin aku semangat. Semoga kamu juga selalu diberkahi dan tetap menikmati ceritaku! 💖
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
eleanor rubahlah dirimu jgn krn cinta kau lemah, tingglkan yg tak menginginkanmu dan buatlah benteng yg kuat untuk dirimu.
lanjut up lagi thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!