Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Terlalu Lembut
Setelah Jeff pergi, Damian kembali menatap Anna. Tangannya terangkat dengan hati-hati menyapu anak rambut yang jatuh di dahi wanita itu.
"Lihat apa yang kau lakukan padaku, Anna.." gumamnya pelan.
Damian menarik napas dalam. Ada sesuatu yang menyesakkan dadanya, sesuatu yang selama ini ia hindari untuk diakui.
"Aku tidak tahu sejak kapan, tapi.. Aku tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang lebih buruk terjadi padamu."
"Aku seharusnya lebih cepat menemukanmu. Aku seharusnya tidak membiarkan ini terjadi." ujarnya lembut dengan suara pelan nyaris berbisik.
Jemarinya menyentuh tangan Anna, mengenggamnya dengan lembut. Tangan yang kecil dan rapuh ini, kini terasa begitu berharga baginya.
"Aku tidak peduli lagi dengan perjanjian itu.." Damian menghela napas berat. Matanya menatap Anna dengan penuh ketulusan.
"Aku menyukaimu, Anna."
Pengakuan itu akhirnya terucap.
Namun, wanita yang seharusnya mendengarnya masih terbaring diam, tenggelam dalam ketidaksadarannya.
...****************...
Pagi perlahan menjelang. Sinar matahari masuk melalui celah tirai rumah sakit menyinari wajah pucat Anna yang masih terbaring diam.
Damian masih terus berada disana. Ia tidak tidur semalaman, menghabiskan waktu dengan duduk disamping Anna memastikan wanita itu tetap bernapas dengan tenang.
Matanya sedikit merah karena kelelahan, tetapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin memastikan bahwa saat Anna membuka matanya, orang pertama yang ia lihat adalah dirinya.
Damian menghela napasnya pelan sambil menatap lembut wajah Anna dan menggenggam tangannya.
Namun, tiba-tiba jemari Anna yang dingin bergerak pelan dibalik genggaman Damian. Bulu mata lentiknya bergetar.
Damian langsung menegakkan tubuhnya.
"Anna?" panggilnya pelan.
Anna mengerjapkan beberapa kali, matanya tampak kosong dan linglung. Kepalanya terasa berat dan seluruh tubuhnya nyeri.
Butuh beberapa menit baginya untuk mengenali tempat ini. Langit-langit yang putih, aroma yang khas dan suara detak mesin medis. Ia menggerakkan matanya perlahan mencoba melihat sekeliling. Dan pandangannya terpaku pada seseorang.
Damian.
Anna mengerutkan keningnya.
'kenapa pria itu ada di sini? Terakhir yang ku ingat, aku—' batin Anna.
"Kau sadar?" tanya Damian lembut.
Anna mencoba membuka mulutnya, tetapi tenggorokkannya kering. Ia hanya bisa mengangguk pelan.
Damian langsung menuangkan segelas air dan membantu Anna minum dengan hati-hati.
"Pelan-pelan," katanya.
Anna menelan air itu merasakan sensasi dingin yang sedikit meletakkan. Setelah itu, ia menatap Damian dengan tatapan bingung.
"Aku.. Dirumah sakit?" tanyanya lemah.
"Aku panggilkan dokter sebentar," ucapnya sambil membelai kepala Anna dengan lembut.
Tak berselang lama, beberapa perawat dan dokter masuk untuk mengecek kondisi Anna.
"Bagus. Pasien hanya butuh waktu untuk istirahat total beberapa hari lagi. Diperbanyak makan buah dan jangan banyak pikiran." Ucap dokter itu lalu kembali keluar dari ruang inap Anna.
"Damian.." panggil Anna lembut.
Damian menoleh dan menaikkan alisnya menatap Anna.
"Kemarin, aku bertemu dengan seseorang yang pernah kau bawa ke rumah." jelas Anna dengan nada yang masih lemah.
Damian menghela napas kasar dan menggenggam tangan Anna.
"Sudah berakhir," jawab Damian dengan suara lembut yang tak pernah di dengar Anna sekalipun.
"Hubunganku dengannya sudah sangat lama berakhir. Aku tak tahu dia akan melakukan ini padamu." jelasnya lagi.
Anna menelan ludahnya. Ia tak tahu fakta itu. Selama ini, ia pikir sikap baik Damian hanya sebatas karena dia sudah melunak atau memang seperti itu sifatnya.
"Damian.." panggilnya lagi yang membuat Damian tersenyum manis dan berdeham.
"Saat disana, aku—"
"Jangan," potongnya tegas.
"Tapi—"
Damian mengulurkan tangan dan menyentuh pu daknya dengan lembut mencoba menghentikan kata-kata Anna.
"Mereka sudah dipenjara. Mereka akan membayar atas apa yang sudah mereka lakukan padamu."
Anna menggigit bibirnya yang terluka tanpa sadar.
"Jangan gigit bibirmu." Ucap Damian sambil menyentuh lembut bibir Anna.
"Dengar, aku tak ingin kau mengingat itu lagi. Dan yang perlu kau tau.. Aku tak akan membiarkan itu terjadi lagi," lanjutnya.
Anna ingin bercerita tentang pria itu yang sedang bersama wanita yang tak lain adalah pacarnya. Namun melihat bagaimana Damian menatapnya sekarang, membuat Anna kehilangan kata-katanya.
Akhirnya, ia hanya bisa mengangguk pelan.
" Bagus, sekarang istirahatlah. Aku akan menemui dokter sebentar." ucapnya lalu bangkit dan mencium kening Anna."
Anna yang diperlakukan seperti ini oleh Damian membuatnya semakin tidak karuan. Banyak pertanyaan dikepalanya. Tapi untuk saat ini, ia memilih untuk diam.
.
.
.
Next👉🏻
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩