(Revisi)
Demi menggagalkan rencana jahat ibu tirinya, Zahira terpaksa mendaftarkan diri pada sebuah aplikasi biro jodoh, dimana dirinya akan menjadi Pengantin Pesanan.
"Aku tidak menyangka pengantin pria nya mirip Tarzan"-- Zahira Malika Maheswari.
"Kenapa fotomu beda dengan wajah aslimu. Jawab aku, Nona Zahira!"-- Louis Abraham Smith.
Bagaimana jadinya jika keduanya terikat kontrak pernikahan, hingga terkuat rahasia Louis yang dapat menghancurkan kontrak pernikahan keduanya.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Pengantin Pesanan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Pengantin Pesanan
Malam harinya.....
Zahira dan Louis sedang makan malam bersama dengan suasana hening. Tak ada obrolan yang mereka lakukan seperti halnya pasangan suami istri pada umumnya.
Hanya sendok dan garpu yang beradu di meja makan. Namun sesekali Zahira dan Louis saling curi-curi pandang sambil menikmati makanannya.
Selesai makan malam bersama, Louis begitu cekatan membereskan peralatan makan lalu mencucinya, maklum tak ada pelayan yang dipekerjakan di mansion nya sehingga dia sendiri yang turun tangan membersihkannya.
Zahira yang sedari tadi ingin membantunya tampak ditolak mentah-mentah, mengingat istrinya baru saja sembuh tidak mungkin juga dia langsung menyuruh istrinya bekerja.
"Kenapa tidak memperkerjakan pembantu sih, begini kan jadinya, kau sendiri yang repot cuci piring. Padahal kau bisa membayar pembantu dengan hasil pendapatan dari berburu." ucap Zahira sewot dan Louis hanya diam membisu tanpa menggubris ucapannya karena sibuk mencuci piring.
"Jangan tersinggung dengan ucapan ku, aku hanya tidak enak hati melihatmu bergelut di dapur. Aku janji mulai besok, aku akan mengerjakan kembali tugasku dengan baik seperti sedia kala" ucap Zahira dengan suara pelan dan lagi-lagi Louis tak menggubris ucapannya
Zahira hanya mampu meremas tangannya yang sedang duduk di kursi meja makan sembari menunggu Louis yang sedang mencuci piring. Biasanya dia yang yang mencuci peralatan makan sehabis makan, tapi sekarang Louis yang melakukannya.
"Kau sudah minum obat" tegur Louis sambil menoleh kearahnya dan meletakkan lap kain yang baru saja digunakan me lap tangannya sehabis cuci piring.
"Iya tuan Louis. Aku sudah meminumnya." balas Zahira sambil memamerkan senyuman manisnya. Bagaimana tidak, sejak pulang ke rumah, Louis terus menjaganya dan begitu banyak bicara bahkan tidak suka ucapannya dibantah.
"Tapi salepnya belum kamu pakai kan?" tanya Louis dengan sebelah alis terangkat yang kini sudah berdiri di hadapan Zahira.
"Belum, bukannya kamu sendiri yang setiap saat mengolesi salep luka pada luka di punggung ku." ucap Zahira tersenyum tipis memberitahunya.
"Oh, baiklah. Kalau begitu kita lakukan di kamar saja" ucap Louis menyeringai sambil membungkukkan badannya menatap intens wajah Zahira.
"Lakukan apa? jangan mengada-ada" timpal Zahira dengan mata melotot.
Zahira yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah dan susah berkata-kata. Dia bahkan kesulitan menelan ludahnya saat Louis merapikan anak rambutnya dengan tatapan tak lepas dari wajahnya.
"Louis, ke-kenapa kau...."
Zahira tidak melanjutkan ucapannya, karena tiba-tiba saja Louis langsung mengecup singkat bibir Zahira, hingga membuatnya tampak syok.
"Cantik" tanpa merasa bersalah Louis kembali memuji kecantikan Zahira hingga membuat wajah Zahira semakin merona memerah. Baru saja dicium, dia kembali dipuji cantik, tubuhnya seakan terbang ke angkasa.
"A-aku memang cantik sejak lahir, tuan Louis!" sahut Zahira terbata-bata sambil memasang wajah datar dan tak mau kalah dengan ucapan Louis. Sedang Louis langsung memencet hidung mancungnya karena merasa gemas sendiri melihat tingkah Zahira.
"Awww, Louis!" kesal Zahira sambil mengepalkan tangannya dan Louis hanya mampu tertawa menatap wajah kesal Zahira.
"Ayo kita ke kamar" ajak Louis sambil menarik tangannya hingga spontan Zahira langsung mengikuti langkah Louis.
"Louis, ada hal yang ingin ku sampaikan kepadamu. Semoga kau tidak tersinggung mendengarnya" ucap Zahira dengan wajah menunduk saat tiba di depan pintu kamarnya.
"Ya sudah, kita bicarakan di dalam saja. Udara disini semakin dingin" ucap Louis dan Zahira hanya mampu mengangguk.
Kemudian Louis membawa Zahira masuk ke dalam kamar. Namun tiba-tiba ponsel Louis berdering di atas meja pertanda sebuah telpon masuk.
"Angkat dulu, siapa tau penting" ucap Zahira lalu memilih duduk di pinggir tempat tidur sembari menunggu Louis yang sedang mengangkat telpon.
"Hemm, tunggu sebentar ya" ucap Louis dan segera mengambil ponselnya. Saat melihat siapa yang menelepon, Louis memilih membuka pintu yang menghubungkan balkon kamarnya. Dia akan menjawab telpon di lantai.
"Halo Sean!" ucap Louis dengan suara berat.
"Halo tuan, aku sudah menemukan titik keberadaan pria pembunuh bayaran itu. Sekarang dia berada di negara xxx." jelas Sean yang berhasil meretas keberadaan pembunuhan bayaran yang hampir melenyapkan nyawa Isti tuannya.
"Bagus, segera kirim orang-orang kita untuk menangkapnya jangan sampai pria itu kembali kabur ke negara lain" ucap Louis dengan entengnya. Ternyata sudah ada titik temu keberadaan pria yang sudah menculik dan menganiaya istrinya.
Sementara Nyonya Victoria dan Delisa jangan ditanya lagi, dia bersumpah akan memberikan hukuman setimpal untuk ibu dan anak itu, kalau perlu selamanya mendekam dalam penjara.
"Baik tuan" sahut Sean di ujung telepon hingga panggilan telpon mereka pun berakhir.
Sementara Zahira memilih membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memandang kearah luar jendela yang tampak gelap gulita tanpa adanya bintang menerangi langit malam.
Namun tiba-tiba sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya, refleks Zahira langsung menoleh untuk melihat sang empunya yang tak lain adalah Louis.
"Aku pikir kau sudah tidur" ucap Louis tersenyum tipis sambil merapatkan tubuhnya memeluk erat tubuh istrinya.
Zahira hanya diam di peluk oleh Louis, tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca, ia pun kembali merasakan perasaan haru, debaran jantungnya kembali bereaksi, begitu halnya yang dirasakan oleh Louis yang sampai sekarang belum menyadari perasaannya bahwa sudah menyukai Zahira.
Keduanya berpelukan saling diam dengan debaran jantung yang kembali aktif, perasaan rindu keduanya terbayarkan lewat pelukan hangat yang beberapa hari ini tidak dilakukan selama Zahira di rawat di rumah sakit.
Keesokan harinya...
Zahira bangun kesiangan, dia pun terkejut mendapati Louis terlihat rapi pagi ini dengan kemeja hitam membalut tubuh atletisnya. Zahira sampai tak berkedip menatap wajah tampan Louis, jujur dia baru mengakuinya sekarang.
"Ka-kau mau kemana?" tanya Zahira dengan penuh selidik.
"Rahasia. Sekarang bersiaplah, kau akan ikut bersamaku" ucap Louis menyeringai sambil menyisir rambutnya.
"Tapi..."
"Tidak ada kata penolakan! Dan aku tidak suka menunggu" potong Louis lalu merogoh ponselnya dari saku celananya dan mulai menelpon Sean.
Sementara Zahira berdengus kesal turun dari tempat tidur, dia pun melangkah cepat masuk ke dalam kamar mandi.
"Dasar menyebalkan!" ucap Zahira mengomel, namun ia langsung tersenyum melihat bathtub sudah terisi air beserta sabun cair di dalamnya.
"Apa Louis yang menyiapkannya" ucap Zahira tersenyum dan segera berendam dalam bathtub. Dia harus segera membersihkan tubuhnya lalu bersiap-siap.
🍁🍁🍁🍁
Zahira hanya mampu bertanya-tanya dalam hati selama mobil yang membawanya melaju kencang membelah jalan. Sedari tadi dia ingin bertanya, namun Louis masih saja merahasiakan tempat yang akan mereka datangi.
"Dia mau membawaku kemana sih?" gumam Zahira dengan wajah cemberut sambil menatap keluar jendela mobil. Sementara Louis yang duduk di sampingnya hanya sibuk dengan ponselnya.
Sekitar satu jam perjalanan akhirnya mobil yang membawa mereka tiba di rumah sakit terbaik di kota tersebut. Sean bergegas turun dari mobil dan bergerak cepat membukakan pintu mobil untuk tuan dan nyonyanya.
Zahira dan Louis turun dari mobil lalu berjalan beriringan masuk ke dalam rumah sakit. Suster yang bertugas langsung mengarahkannya ke ruang perawatan kelas VVIP rumah sakit tersebut.
Zahira baru paham bahwa Louis mengajaknya ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya. Kini mereka berdiri di depan pintu ruang perawatan tuan Smith.
Berkali-kali Zahira menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya dengan kasar sebelum masuk ke ruangan tersebut. Sungguh dia merasa gugup bertemu dengan orang tua Louis. Sedangkan Louis tampak santai berdiri di sampingnya sambil menggenggam tangannya.
"Ada yang gugup nih ketemu mertua" ucap Louis menyindir Zahira, membuat Zahira langsung memukul lengannya.
Bersambung...