NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiba-tiba Devan muncul.

Devina memandangi ponselnya, sepi, tak ada pesan masuk.

HP udah bagus, tapi nggak punya orang yang bisa di ajak berkirim kirim pesan. Devi tersenyum getir.

Di kampus dia memang tak punya teman dekat, mungkin karena dia terlalu sibuk bekerja.

Orang yang sering dia ajak bicara ya cuma si Dimas, senior sekaligus bosnya.

"Apakah, sudah saatnya aku berteman? mencari teman dekat? biar nggak kesepian?" gumam Devi lalu kembali terkekeh.

"Buat makan tiap hari aja susah, mikirin nyari teman!"

"Dah lah! mending kerja!" Devi pun beranjak dari kursinya, kelasnya sudah bubar beberapa menit yang lalu, tapi Devi sedikit malas untuk melangkahkan kaki menuju toko Dimas. Tapi mau bagaimana lagi, suka ataupun tidak suka, Devi tetap harus bekerja untuk menyambung hidup.

Saat hampir sampai di depan mini market milik Dimas, Devi kembali menghela napasnya dengan berat.

"Semangat! kalau nggak semangat, kamu harus balik kampung dan hidup menderita lagi seperti dulu!" ucap Devi menyemangati dirinya sendiri.

Devi memasuki toko, di lihatnya Dimas sedang duduk di meja kasir sambil bermain dengan ponselnya. Dan seperti biasa, toko Dimas lumayan sepi, Devi juga tak habis pikir, kenapa toko se-sepi ini masih bisa bertahan bahkan membayar upah untuknya.

"Kak," sapa Devi sambil memaksakan senyum.

"Eh, Dev! kamu sudah datang?" Dimas tampak ceria menyambut kedatangan Devi.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya. Ada urusan," ucap Dimas sambil bangun dari duduknya dan menggendong tas ranselnya.

"Oh iya, hampir lupa!" Dimas membuka tasnya dan mengambil sebuah papperbag bertuliskan logo merk Handphone yang lumayan terkenal.

"Ini!" ucapnya sambil menyerahkan papperbag tadi pada Devi.

"Apa ini?" tanya Devi bingung.

"HP, punyamu kan sudah rusak."

"Oh, nggak perlu kak, Terima kasih. Aku sudah punya yang baru kok," Devi menolak dengan halus. Nggak pernah terima barang dari Dimas aja dia selalu kena masalah sama Sita, apalagi kalau sampai dia terima ponsel pemberian Dimas ini!

"Nggak usah bohong, deh! udah Terima aja, sudah terlanjur ku beli juga!"

Devi menggelengkan kepala, "bener, kak. Aku sudah punya ponsel baru -ya second sih, tapi aku sudah nggak pakai HP lama ku, kok," Devi menggeledah tas nya mencari benda pipih warna putih pemberian Devan.

"Nih," ucap Devi sambil menunjukkan ponselnya.

"Ap*l? ini kan mahal! kok kamu bisa beli?"

"Iya, kan second..." jawab Devi sambil meringis. Dalam hati dia bersyukur, semalam Devan memberinya ponsel ini, sehingga Devi bisa terang-terangan menolak pemberian Dimas.

"Second ini juga tetep mahal, loh, Dev!" Dimas masih tak percaya. Dia merebut ponsel Devi dan melihatnya dengan seksama. Jangan-jangan ini ponsel kw, buatan Cin*.

"Jangan-jangan kw?"

Devi bersungut kesal lalu merebut kembali ponselnya, kalaupun kw memang kenapa, sih? kesalnya.

"Oh iya, katanya kak Dimas ada urusan? buruan gih, ntar terlambat loh!" ucap Devi.

Dimas masih bingung antara mau tetap menyerahkan ponsel yang di belinya pada Devi, atau tidak?!

"Eh, jangan-jangan... Om yang semalam itu... yang memberi mu ponsel ini?" tebak Dimas sambil menatap Devi penasaran.

'Duh, makin aneh aja nih orang!' kesal Devi dalam hati.

Devi memilih diam, enggan menjawab pertanyaan Dimas yang makin ngelantur. Toh, hak dia untuk tetap diam. Dimas kan bukan siapa-siapa sampai berhak mencampuri urusan pribadinya.

Karena tak mendapat jawaban dari Devi, Dimas pun bergegas pergi. Wajahnya tampak kecewa karena Devi menolak pemberiannya.

Devi mendesah lega, dia mengusap-usap dadanya sambil bersyukur. "Untung... untung..."

Klik. klik.

Akhirnya! ada pesan masuk di ponsel baru Devi. Senangnya luar biasa.

(lagi apa?)

Devi mengerutkan dahi, "Devan yang chat?"

(lagi jaga toko.)

(Di mana tokonya?)

(pulang jam berapa?)

(bisa bolos, g?)

Devi mulai mengetik, menjawab chat dari Devan yang bertubi-tubi.

"Kenapa dia suruh aku bolos? dia mau les sekarang?" ucap Devi bermonolog.

Setelah membalas pesan dari Devan, dan tak juga mendapat balasan. Akhirnya Devi memutuskan untuk mulai bebersih toko. Banyak debu yang sudah menempel di beberapa barang yang terpajang. Devi harus membersihkannya.

Tiba-tiba terdengar lonceng pintu berbunyi, itu tandanya ada orang yang masuk ke toko. Devi segera menghentikan kegiatannya dan bergegas menuju meja kasir.

Ada seorang lelaki memakai hoodie warna hitam, kaca mata hitam dan masker. wajahnya tertutup rapat, tapi Devi tau, siapa orang yang ada di balik kaca mata hitam itu.

"Devan? ngapain?" tanyanya lirih.

"Aku mau minta di temani beli buku," ucapnya asal.

"Beli buku?" kaget Devi.

"Iya, buku kumpulan soal buat belajar," Devan melihat sekeliling toko dan berdecih.

"Kecil sekali tokonya."

Devi mencibir mendengar hinaan dari Devan. Dasar bocah kaya!

"Tapi aku nggak bisa pergi sekarang, nanti kalau Kak Dimas datang, kitaa langsung pergi deh!"

Devan mengangguk.

"Kamu mau nunggu?" tanya Devi, terkejut.

"Iyalah!"

"Memangnya kamu nggak sekolah?"

"Ada rapat guru, jadi pulang cepat. Aku nggak ada jadwal syuting juga hari ini, jadi niatnya kepengen jalan-jalan ke mall," Devan mengambil satu buah lollipop yang tertata di atas meja kasir, lalu melahapnya.

"Traktir aku, permen ini!" ucap Devan cuek.

Devi tersenyum, "ya."

"Di mana aku bisa duduk?" tanya Devan sambil celingukan.

Dihh, lagaknya kaya pangeran yang harus di layani, aja!

"Ini, ada kursi. Silahkan duduk," ucap Devi dengan nada meledek.

Devan mengangguk dan duduk di kursi plastik yang di letakkan Devi di dekat rak sabun. Lalu dia pun mulai asik dengan ponselnya sambil menunggu pekerjaan Devi selesai.

Brak!

Sita masuk dengan wajah kesal. "Kok, Lu masih kerja di sini, sih! gue bilang keluar! kenapa Lu nggak nurut, sih!" semburnya begitu sampai di meja kasir.

Devi menggaruk rambutnya yang tak gatal, "kan bos ku itu kak Dimas, bukan kak Sita. lagi pula, kenapa sih, aku harus keluar dari pekerjaan ini? kak Sita mau gantiin aku?"

"Aku sudah bilang ke Dimas, buat pecat Lu! tapi Dimasanya nggak enak kan, dia nunggu Lu ngomong duluan, tapi Lu nya nggak sadar diri!"

"Astaga, memangnya aku salah apa sih? sampai kak Sita, ngotot banget nyuruh aku keluar! kan aku sudah bilang, aku nggak suka sama Kak Dimas!"

"Persetan! pokoknya kalau gue bilang keluar, ya nurut aja!"

Devi melepas celemeknya dan melemparnya dengan kasar.

"Oke! muak aku lama-lama. Silahkan kak Sita jagain tokonya, aku mau pulang aja!"

Devi mendekati Devan yang masih duduk sambil memperhatikan Sita dan dirinya. Lalu dia menarik Devan agar bangun, "ayo pergi!"

Devan pun menurut, dia berjalan keluar diikuti Devi. "Siapa dia?" bisik Devan.

"Pacarnya pemilik toko! cemburuanya luar biasa, bikin eneg!" geram Devi.

Devan tersenyum, ya walaupun tak terlihat karena memakai masker.

"Ayo, kita pergi buang eneg!" ucapnya sambil menyerahkan helm pada Devi.

"Ka-kaamu sekolah naik motor?! emang boleh?!" kejut Devi.

"Boleh lah, asal nggak ketahuan," jawab Devan sambil tersenyum lagi.

"Yuk, kita ke timeson, kamu mau?" ajak Devan.

"Mauuuuu!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!