NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuduhan

Setelah semuanya selesai, Anya duduk di sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah cukup lelah. Ia dengan penuh kasih sayang memangku Fatih yang kini sudah tertidur, Fatih semakin aktif, dan usianya juga sudah menginjak enam bulan.

"Siapa yang nanti akan mengantarkan makanan ini, Nya?" tanya bu Aila seraya meletakkan kotak makanan di sana.

"Biar Anya aja, Bu," jawab Anya dengan suara pelan.

"Kamu kelihatan capek banget." Bu Aila menatap putrinya penuh kasih.

"Capek itu hal biasa, Bu. Nanti juga bisa istirahat lama kan kalau kerjaan udah beres semua," ujar Anya, mata indahnya melihat ke arah luar. Tampak sebuah mobil berhenti di depan halaman rumah, Anya menyipitkan matanya berusaha melihat lebih jelas.

"Siapa, Nak?"

"Enggak tahu, Bu. Ayah bukan, teman aku juga bukan deh kayaknya," jawab Anya. Ia memindahkan Fatih yang masih tertidur dari pangkuannya ke atas sofa. "Aku lihat dulu ya, Bu!" Anya bergerak ke arah luar. Ia ingin memastikan sendiri siapa yang datang.

"Surprise!" kejut Windi yang tiba-tiba muncul di balik mobil.

Anya tersentak kaget, terlebih lagi setelah melihat lelaki gagah dan keren yang juga ada di samping Windi.

"Windi?"

Anya masih bengong dengan ribuan pertanyaan yang ingin segera mendapatkan jawaban.

Lelaki di depannya adalah Riko, dan benarkah Windi akan segera menikah?

"Gue tahu, lo pasti enggak nyangka kan kalau gue bakal datang ke sini? Gue mau ngenalin Riko sama lo." Windi tersenyum sambil menggenggam tangan Riko. Memperlihatkan kedekatannya dengan sang pujaan, Anya menyipitkan mata, melihat sikap Windi yang sok akrab begitu.

Anya menemukan reaksi risih dari lelaki di depannya.

"Enggak usah nempel gitu, dia risih sama kamu tau!" Anya berkata jujur, dan segera menarik Windi ke sampingnya.

"Ih, Anya apaan sih!"

"Halo, Anya. Lama enggak bertemu ya, kamu semakin cantik aja," puji Riko.

Anya tersenyum sambil melirik ke arah Windi yang tampak jelas rasa cemburunya.

"Eh, biasa aja kok. Makasih juga sih, buat pujiannya." Anya tertawa renyah melihat wajah cemberut Windi.

"Anya! Siapa yang di luar, Nak?" tanya bu Aila.

"Windi, Bu!" sahut Anya.

Bu Aila menoleh ke arah luar, melihat yang datang adalah Windi, bu Aila langsung menyuruh mereka masuk.

"Ibu kira tadi siapa, ternyata Windi toh. Kalian duduk di sini dulu ya, ibu mau nyiapin minuman sama kuenya dulu." Ibu Anya segera pergi ke dapur.

"Enggak usah, Bu." Windi mencegah, karena dia tidak mau bu Aila repot-repot.

"Enggak apa-apa, Windi. Lagian yang datang ke sini bukan cuma kamu aja, ada Riko juga kan. Kalau kamu doang sih, kamu kan udah biasa ambil makanan sama minuman sendiri," ucap Anya sedikit tertawa.

Riko juga tertawa. "Berarti aku tamu spesial dong," kata cowok itu.

"Bukan tamu spesial, tapi karena kamu baru pertama ke sini, jadi harus dilayani dengan baik. Entar kalau udah sering datang kayak aku, jadinya kamu harus ngambil sendiri di dapur kalau haus," timpal Windi dengan muka kesal menatap ke arah Anya.

Riko senyum-senyum sendiri melihat dua sahabat itu. Ia bahkan tidak sadar kalau di sana masih ada Fatih yang terlelap tidur.

"Ma-ma!"

Mereka yang tengah asyik ngobrol, langsung terdiam begitu Fatih yang tadinya tidur, kini sudah terbangun dan menyebut kata 'Mama.'

Siapa yang tidak kaget? Selama menginjak usia enam bulan itu, Fatih tidak sekali pun bicara atau ngoceh seperti anak yang lain. Dia hanya tertawa jika melihat sesuatu yang menurutnya lucu. Namun, kali ini tepat di depan Riko, dia malah menyebut kata mama.

"Eh, ada anak kecil di sini. Gemes banget, aku bahkan enggak sadar. Ini anak kamu, Anya?" tanya Riko seraya mengangkat tubuh kecil Fatih dan memangkunya.

Anya bingung harus jawab apa, beruntungnya Windi peka dengan keadaan Anya. Jadi, Windi yang membantu menjawabnya.

"Itu anak Sasha, dia sedang pergi ke luar. Jadinya Fatih dititipin ke Anya," kata Windi.

"Oeh." Riko mengangguk paham.

"Eh, ibu kok lama ya. Aku ke belakang dulu ya, mau ambil minumannya." Anya berlalu pergi, jantungnya terus berdetak cepat. Ia sangat takut kalau Riko tahu apa yang terjadi dengan keluarganya sekarang, dia takut kalau Riko tahu bahwa Fatih adalah anak di luar nikah.

Setiap memikirkan hal itu, kepala Anya serasa berdenyut nyeri.

Anya kembali dengan membawa kue-kue dan dua gelas minuman segar. Bu Aila segera membawa Fatih ke kamar mandi belakang untuk dimandikan, hari juga sudah sore.

"Anya, kamu berdua aja sama ibu kamu di sini?" tanya Riko.

"Iya, kalau jam segini ya berdua sama ibu. Kan ayah aku sedang ke kebun, Rik." Anya meletakkan gelas yang berisi minuman segar itu ke depan Riko. "Diminum dulu, Rik! Masih segar sebelum esnya mencair.

Windi tahu akan perasaan Anya seat ini, sahabatnya pasti sedang gelisah.

"Suami Sas_"

"Riko, katanya kamu mau makan malam di kafe aku. Kita ajak Anya ya!" ucap Windi sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Hufh!!!

Akhirnya ia bisa bernapas lega juga setelah Windi mengalihkan obrolan.

Tadi Riko hendak menanyakan tentang suami Sasha, itu sebabnya Windi menyela omongan cowok itu. Memang hal tersebut tidak sopan, tapi Windi tidak punya cara lain selain menyela omongan Riko.

"Kalau terlalu lama di sini, yang ada gue bisa bikin Anya ubanan nanti," batin Windi.

Setelah menghabiskan minuman yang disuguhkan Anya, Windi pun mengajak Riko untuk langsung ke kafe mereka.

"Anya, gue dan Riko ke kafe duluan ya! Entar kalau lo ada waktu, lo ngasih tahu gue, biar bisa gue jemput," pesan Windi sebelum pamit pergi.

Anya mengangguk, ia mengantarkan kepergian Windi sampai ke depan teras. "Win, mungkin aku enggak bisa pergi. Kan aku harus jagain Fatih. Ibu mau ikut pengajian di rumah umi Annisa, enggak mungkin juga kan kalau aku pergi." Anya menatap Windi dengan tatapan sendu.

"Ya, gue paham!" Windi sejenak melirik ke belakang. Ia melihat Riko yang sudah menunggunya dalam mobil.

"Aku takut dia nanyain tentang Fatih lagi," ucap Anya sedikit berbisik.

"Gue tahu, Nya. Gue paham yang lo khawatirkan sekarang, enggak apa-apa kok. Ya udah, gue duluan ya!"

Mereka berpelukan dan setelah itu Windi masuk ke dalam mobil, meninggalkan kediaman Anya yang kembali sunyi sepi.

.

.

Suasana di Masjid masih sepi saat pak Faisal datang, hari ini beliau datang lebih awal ke Masjid untuk membantu pak Somad membersihkan Masjid.

"Assalamualaikum, Pak Somad!" sapa pak Faisal.

"Eh, Pak Faisal. Waalaikumsalam, Pak!" jawab pak Somad dengan senyum ramah. "Tumben datang lebih awal, Pak?" lanjut beliau bertanya.

"Sengaja, Pak. Saya mau bantu Pak Somad bersih-bersih rumah Allah ini," kata beliau yang diiringi tawa kecilnya.

"Masya Allah, sungguh mulia niat Bapak. Kebetulan tikar sajadahnya belum saya bentangkan, Bapak bisa bantu yang itu saja!" kata pak Somad sambil menunjuk ke arah sajadah yang masih tergulung rapi dan diletakkan di sudut Masjid.

Tanpa bertanya lagi, pak Faisal pun bergegas melakukan apa yang dikatakan pak Somad.

Dari luar beberapa orang mulai masuk, mereka datang bersama Ustadz Aziz.

"Loh, ada Pak Faisal di sini. Tumben datang awal." Pak Aji, tetangga pak Faisal yang tidak pernah absen sholat jamaah di Masjid, beliau melihat ke arah pak Faisal dengan tatapan curiga.

"Mau bantuin saya, Pak. Ada baiknya juga kan datang lebih awal, bisa niat i’tikaf sambil nunggu adzan Magrib." Pak Somad meletakkan sapu di tempatnya, setelah memastikan kalau semua lantai telah bersih dari debu.

"Alah, alasan aja itu. Entah-entah nanti kotak amal hilang lagi," ucap pak Edi menuduh.

Mendengar omongan dua orang di belakangnya, ustadz Aziz segera berbalik arah. Raut wajah tenang beliau berubah seketika, sudah beberapa kali beliau mengingatkan untuk tidak menyindir atau pun menuduh pak Faisal lagi.

Pak Faisal hanya diam mendengar tuduhan mereka, beliau tidak ada niat untuk membela diri atau pun membalas setiap sakit dari cibiran dan tuduhan mereka selama ini.

Semua percuma, saat diam mereka menganggap bahwa dirinya memang bersalah, dan saat membantah mereka akan mengatakan bahwa tidak ada maling yang mau mengakui perbuatannya.

"Pak Aji, Pak Edi. Kita sedang berada di dalam rumah Allah, sungguh Allah sangat murka dengan hamba yang saling memfitnah. Apa yang Bapak berdua katakan, itu sama sekali tidak ada bukti, dan ini namanya fitnah. Pak Aji, Pak Edi, Bapak berdua sangat rajin sholat berjamaah di Masjid. Lalu, apa Bapak pernah berpikir bagaimana kalau semua pahala yang kalian kumpulkan beralih menjadi milik pak Faisal?" tanya ustadz Aziz, beliau tetap berkata dengan suara lembut. Meskipun sebenarnya beliau sudah tidak kuat lagi menahan rasa marah setiap kali mendengar orang-orang menghina dan menghujat pak Faisal.

Dua lelaki paruh baya itu menunduk malu, benar yang dikatakan ustadz Aziz. Tidak seharusnya mereka mengatai pak Faisal terus menerus, selama ini pak Faisal juga hanya diam tanpa memberi pembelaan terhadap dirinya sendiri.

"Kita memang salah karena menuduh tanpa bukti, tapi tetap saja saya tidak suka dia ikut jamaah di sini, Ustadz. Pak Faisal hanya akan mengotori Masjid kita saja," timpal salah satu lelaki yang baru masuk dan ikut duduk di tengah-tengah pak Aji dan pak Edi.

Pak Somad duduk di sebelah pak Faisal, beliau tidak henti-hentinya menghibur pak Faisal.

"Pak Somad tidak perlu khawatir sama saya, saya udah terbiasa. Jadi sudah enggak kebawa perasaan lagi dengan omongan mereka," jawabnya dengan senyuman getir, senyuman yang cukup dipaksakan.

Ustadz Aziz berkali-kali mengusap dadanya mendengar ucapan para warga di depannya.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!