NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Bab 32. Mimpi Indah

Pagi itu, cahaya matahari lembut menelusup lewat tirai yang sedikit terbuka. Leon terbangun perlahan, matanya masih setengah terpejam, tapi senyum tipis sudah menghiasi wajahnya. Ia baru saja mengalami mimpi terindah yang pernah ia rasakan selama bertahun-tahun.

Dalam mimpinya, dua anak kecil—seorang gadis mungil dengan pita merah di rambut dan seorang bocah laki-laki dengan senyum cemerlang berlari ke arahnya. Mereka memeluknya erat sambil meneriakkan satu kata yang menggetarkan jantungnya.

Papi!

Suara itu terngiang-ngiang di benaknya, membekas lebih kuat dari sekadar bunga tidur. Itu adalah mimpi yang begitu nyata, begitu hangat, hingga membuat dadanya bergelora oleh emosi yang tak dapat ia gambarkan.

Leon mengusap wajahnya perlahan, mencoba menahan air mata yang hendak tumpah. Lalu, ia bangkit dari tempat tidur dan membuka tirai kamar hotel lebar-lebar. Cahaya pagi menyeruak masuk, menerangi wajahnya yang masih diselimuti bekas luka emosional dari malam sebelumnya.

Eric masuk membawa nampan sarapan dari room service. “Kau bangun juga akhirnya,” gumamnya, lalu meletakkan nampan di meja kecil.

Leon menoleh. “Ric, semalam aku bermimpi.”

“Kalau kau mimpi Sharon menamparmu dua kali, itu namanya bukan mimpi, bro. Itu kemungkinan besar kenangan,” kata Eric mencoba mencairkan suasana.

Leon tersenyum kecil, tapi cepat kembali serius. “Aku mimpi Xaviera dan Xaviero memanggilku papi.”

Eric berhenti mengaduk kopi. “Itu ... mimpi yang indah.”

Leon tersenyum kemudian menatap Eric, sorot matanya mantap. “Aku ingin tahu di mana mereka sekolah. Di mana Sharon tinggal. Di mana dia bekerja. Aku ingin tahu semuanya, Ric.”

Eric mengangguk perlahan. “Kau yakin siap untuk itu?”

“Justru karena aku tidak siap selama enam tahun, Ric. Aku ingin memperbaikinya. Kalau Sharon sudah bersusah payah membesarkan mereka sendiri … aku bahkan tak pernah mengirimkan sepeser uang. Aku tak pernah ada di dekat Sharon sedang hamil, tak pernah ada waktu mereka sakit, belajar bicara, belajar berjalan. Aku ayah yang benar-benar gagal.” Leon berucap dengan wajah nelangsa. Meskipun belum benar-benar mengingat semua, tapi perlahan puzzle masa lalunya mulai terbentuk. Ingatan yang sempat hilang dan mengabur, kini mulai semakin jelas dan terang.

Eric menatapnya penuh empati. “Kau memang tidak hadir. Tapi kau masih hidup, Leon. Dan selama itu masih terjadi, kau masih punya kesempatan untuk menjadi ayah mereka.”

Leon mengepalkan tangan. “Tolong, bantu aku cari tahu. Aku tidak tahu harus mulai dari mana, tapi aku yakin kau bisa. Cari tahu sekolah anak-anak itu. Cari tahu tempat tinggal Sharon. Aku akan mendatangi mereka sendiri.”

Eric mengangguk. “Aku akan mulai dari catatan data pasien rumah sakit tempat Sharon membawa anak-anaknya dulu. Kita pernah dapat bocoran kalau Sharon sempat bawa salah satu anaknya ke rumah sakit anak tiga bulan lalu, kan? Mungkin dari sana kita bisa tahu alamatnya.”

Leon mendekat dan menepuk bahu Eric. “Terima kasih. Kau lebih dari sekadar sahabat.”

Eric tersenyum kecil. “Kau bisa bilang begitu kalau nanti Sharon benar-benar bersedia memaafkanmu.”

Leon menunduk sesaat, lalu tiba-tiba mengangkat wajahnya, teringat sesuatu. “Oh iya, tentang obat yang aku konsumsi selama ini—kau sudah sempat cek apa isinya?”

Eric mengangguk pelan. “Belum detail. Tapi aku sudah kirimkan sampelnya ke kenalanku di laboratorium farmasi. Akan butuh beberapa hari untuk hasil lengkapnya. Tapi ... Leon, kau pikir obat itu ada hubungannya dengan ingatanmu yang hilang?”

Leon mengangguk. “Dulu aku konsumsi itu tiap hari, dan ingatan tentang Sharon dan anak-anak selalu terasa seperti kabut. Tapi sejak aku stop beberapa hari terakhir … semuanya mulai lebih jelas. Bahkan mimpi tadi malam terasa seperti kenangan yang tersisa.”

Eric menatapnya dengan serius. “Kalau benar begitu, mungkin seseorang tak ingin kau mengingat sesuatu.”

“Dan itu artinya,” Leon menyambung, “bukan hanya aku yang harus memperjuangkan pertemuan ini. Tapi ada pihak lain yang berusaha mencegahnya.”

Eric menyipitkan mata. “Metha?”

Leon menatap Eric tajam. “Bisa jadi. Atau ... Mama.”

Keheningan kembali menggantung. Tapi kali ini bukan karena luka. Melainkan karena tekad. Leon tahu, ia tak akan diam lagi. Tidak setelah apa yang ia tahu semalam. Tidak setelah anak-anaknya hadir dalam mimpi yang terasa lebih nyata dari hidupnya sendiri.

Hari ini, pencarian dimulai.

...***...

Sharon menghela napas panjang. Matanya menerawang jauh, tak fokus pada layar komputer di depannya. Telinganya masih terngiang pertanyaan polos namun menghujam dari putrinya pagi tadi.

Mami, sebenarnya papi kita siapa sih? Kok kami nggak punya papi kayak temen-temen yang lain?

Pertanyaan sederhana, tapi jawabannya rumit. Terlalu rumit.

Sharon meremas pelan jemarinya sendiri, mencoba menenangkan guncangan di dadanya. Ia tak pernah menyangka hari itu akan datang secepat ini—saat kedua anaknya mulai bertanya tentang sosok yang selama ini tak pernah mereka lihat, tak pernah mereka kenal, tak pernah mereka ketahui keberadaannya.

“Sharon?”

Sebuah suara lembut membuyarkan lamunannya. Dion berdiri di sisi meja kerja, memandanginya dengan raut khawatir.

“Kau baik-baik saja? Sejak tadi kau cuma melamun.”

Sharon cepat-cepat mengerjapkan mata dan memasang senyum tipis. “Ah … aku hanya sedang lelah, mungkin.”

Dion mengernyit. “Kau yakin? Wajahmu kelihatan ... banyak beban pikiran.”

Sharon berpaling sejenak, tak ingin Dion membaca isi hatinya. “Kau butuh sesuatu?”

Dion terdiam sejenak, lalu tersenyum hangat. “Sebenarnya iya. Tapi bukan untukku langsung. Mama mengundang kalian makan malam di rumah.”

Sharon menoleh, sedikit terkejut. “Kami?”

“Ya, kau dan anak-anak.” Dion menaruh tangan di saku celananya, tampak sedikit ragu. “Katanya, sudah lama ia ingin mengenal Xaviera dan Xaviero lebih dekat. Apalagi setelah kalian pindah ke sini, mama merasa belum sempat menjamu kalian dengan layak.”

Sharon tersenyum canggung. Ia tahu, ibu Dion memang sosok yang ramah dan hangat. Wanita paruh baya itu bahkan sering mengirimkan masakan ke apartemennya ketika mereka baru saja pindah. Tapi tetap saja, undangan makan malam keluarga membuat Sharon sedikit gelisah—ia khawatir akan ada pertanyaan-pertanyaan yang belum siap ia jawab.

Namun, tak mungkin ia menolak.

“Iya,” ucap Sharon akhirnya, lembut. “Tolong sampaikan pada Tante Alda aku berterima kasih dan ... kami akan datang.”

Mata Dion berbinar. “Aku yakin Mama akan senang sekali.”

Sharon mengangguk pelan, namun pikirannya kembali melayang pada Xaviera dan Xaviero. Ia harus mempersiapkan hati untuk malam itu. Bukan hanya untuk menghadapi keluarga Dion, tapi juga untuk berjaga—kalau pertanyaan tentang ayah mereka muncul kembali.

Dan entah mengapa, di hatinya yang paling dalam, nama Leon kembali muncul. Bersama luka. Bersama kenangan.

Bersambung...

1
Yeni Fitriani
dirga kritis keracunan dirawat di rs beberapa hari tpnkow ibhnya dirga gak ada kabarnya
She Jutex MImi
ku pikir dulu bpk reynaldy korban ternyata oh ternyata...
Ely Wilda Rusaily
semangat, wish u lucky
Irma Lianawaty
apa ternyata Nadine anaknya yg dibilang meninggal?
Yeni Fitriani
dimana mana pelakor itu memang iblis
Yeni Fitriani
ah males bgt klO ternyata nadiene adalah adik kandung leon yg diambil curang oleh ayahnya dr ibu mey
Yeni Fitriani
ya udahlah klo emang Sharon msh aja sok menjadi org yg paling tersakiti dan tdk mau memaklumi apa yg dulu terjadi pd lion ya sdh biarkan sj sharon menikah dgn dion tp ambil anak2nya viera dan viero biarlah sharon memiliki anak sendiri dgn dion biar sharon puas.
Yeni Fitriani
dimana mana memang pelakor dan turunannya itu menjijikan.....walupun ibunya dion lebih dulu jd pacar ayahnya lion tp tatap dia adalah pelakor karna merusak pernikahan ibu lion dan ayahnya....ibu lion wlopun bukan pacar dr ayahny dion yp ibu liln adalh istri pertama yg sah dimata agama dan negara dan direstui seliruh keluarga besar ayah lion.
Yeni Fitriani
sebenarnya sharon gak bisa terlalu menyalahkan lion toh dimasa lalu mereka bukan pasangan kekasih mereka hanya adalah dua org asing yg kebetulan malam itu ONS dan wajar klo lion awalnya meragukan anak yg sharon kandung toh stelah 2 bulan sharon menemuinya bisa sj kan klo misal bukan cewek baik2 dlm kurun wkt 2 bulan itu si cewek tidur sm cowok lain lg...jd penolakan lion pd wkt itu cukup utk dimaklumi.
Yeni Fitriani
sebaik apapun dion dia tetaplah anak pelakor dan penghianat pernikahan yg didlm otak dion tersimpn akl licik yg hanya ingin memanfaatkan sharon dan ank2nya utk balas dendam pd lion....pdhal Lion yg sesungguhnya tdklah sejahat yg dipikirkan dion.....apapun yg menimpa dion yg tdk diakui sbg keturunan dr keluarga konglomerat dr pihak ayahnya itu adalah bentuk hukuman dr keegoisan ayah dan ibunya.

seyogyanya seseorang itu klo sdh menikah sah jgn lg main gila sm pacar yg katanya td sangat dia cintai.....sekalipun di menikah karna perjodohan maka jalanilah penukahan itu dgn serius dan baik.
Pcy retno
Hohoho ternyata ini kerjaan mya alda si ani² no simpanan yesss
Yeni Fitriani
kelihatan kan didunia nyata maupun dipernovelan perebut suami org akan sellu merasa dirinya yg paling benar.....aldo ibunya dion menyebut melania ibunya leon sbg wanita licik pdhl alda sendiripun adalah wanita licik.
Yeni Fitriani
dipertanyakan dr mana asalnya gen nadin.....apa dr keegoisan cinta ayah dan ibunya yg tdk munterpisah meskipun ayahnya sdh punya istri yg sah.....wkwkk
Yeni Fitriani
ayahnya Lion ayahnya dion jg ibunya lion dan ibunya dion adalah bentuk nyata dr keegoisan cinta buta.....dan Lion adalah satu2nya korban dr mereka itu.

klo dion mah gak jd korban dia hidup bergelimang bahagia dan berkecukupan harta.
Mellyn Khosta Lhonga
semngt
Pcy retno
Aaahhh puas bgt aku di part ini....aku padamu leon👏👏👏
Noerdien Nanon
seperti ny cerita ny sangat menarik
Noerdien Nanon
masih nyimak
Yeni Fitriani
pling miris sm nasib leon....lahir dr hasil perjodohn yg dipaksakan yg kemudian ditinggal pergi ayahnya utk istri yg ayahnya cintai lalu dirawat oleh ibunya yg tdk benar2 menyayanginya ibunya adalah org yg penuh ambisi dan obsesi ibunya tdk perduli dgn kebahagiaan leon ibunya hanya menjadikan leon sprti boneka yg dia setir bahkan ibunya tega memberi leon obat yg membuat leon sakit gk sembuh2....
Yeni Fitriani
syuka dgn ketegasan leon thdp metha.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!