NovelToon NovelToon
Pengantin Untuk Tuan Muda Koma

Pengantin Untuk Tuan Muda Koma

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:42.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Jesslyn tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam satu malam. Demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran finansial, ia dipaksa menikahi Neo, pewaris kaya raya yang kini terbaring tak berdaya dalam kondisi koma. Pernikahan itu bukanlah perayaan cinta, melainkan sebuah kontrak dingin yang hanya menguntungkan pihak keluarga Neo.

Di sebuah rumah mewah yang sunyi, Jesslyn tinggal bersama Neo. Tanpa alat medis modern, hanya ada dirinya yang merawat tubuh kaku pria itu. Setiap hari, ia berbicara kepada Neo yang tak pernah menjawab, berharap suara dan sentuhannya mampu membangunkan jiwa yang terpenjara di dalam tubuh itu. Lambat laun, ia mulai memahami sosok Neo melalui buku harian dan kenangan yang tertinggal di rumah itu.

Namun, misteri menyelimuti alasan Neo koma. Kecelakaan itu bukan kebetulan, dan Jesslyn mulai menemukan fakta yang menakutkan tentang keluarga yang telah mengikat hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukuman Untuk Anna

"Jess, masuklah!" Jonathan mempersilahkan Jesslyn untuk masuk begitu melihat kedatangan adiknya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian terdengar panik di telepon tadi?" tanya Jesslyn dengan bingung.

Jonathan mendekat. "Ikut aku. Ada seseorang yang harus kau temui."

Jesslyn mengerut dahinya. "Siapa?"

"Kau akan segera tau," sahut Jessica.

Tanpa bertanya lebih jauh, Jesslyn mengikuti mereka. Mereka membawanya ke sebuah kamar mewah di ujung koridor. Begitu pintu dibuka, tubuh Jesslyn membeku. Seorang wanita dengan tubuh kurus, rambut dan wajah pucat sedang berbaring di tempat tidur.

"Siapa...?" Jesslyn menatap Jonathan dan Jessica bergantian. "Kenapa dia terlihat seperti, Mama?"

Wanita itu perlahan mengangkat kepalanya. "Jesslyn, kau Jesslyn, anakku."

Mata Jesslyn membelalak. "Apa maksudnya ini? Jonathan, Jessica, jelaskan!"

Jonathan mengambil napas panjang. "Dia adalah Mama, Jess. Ibu kandung kita."

"Apa?" Jesslyn memekik terkejut. "Lalu siapa yang selama ini tinggal bersama kalian?"

Jessica mendekat dan memberi penjelasan. "Yang jelas dia bukan, Mama. Tapi Anna, saudara kembar Mama yang selama ini menyamar dan mengambil tempatnya."

"Saudara kembar?" Jesslyn berusaha mencerna semua informasi itu. "Jadi Mama memiliki saudara kembar?"

Jonathan mengangguk. "Ya. Anna, mengurung Mama di ruang bawah tanah selama sepuluh tahun. Dia berpura-pura menjadi Mama, mengambil semua miliknya, termasuk kami dan Papa."

Nyonya Stevani menangis. "Maafkan Mama, Jesslyn. Mama tidak bisa melindungi kalian. Mama bahkan tidak tahu bagaimana kalian selama ini."

Jesslyn mendekat dengan air mata yang mulai menggenang. "Ya, Tuhan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kau bertahan selama itu, Ma. Pasti itu teramat sangat menyakitkan," ucapnya. "Kau sangat menderita,"

Nyonya Stevani mengulurkan tangannya yang gemetar. "Mama tahu ini sulit dipercaya. Tapi Mama mengenalmu. Mata itu, senyummu, kau adalah putriku yang hilang. Jesslyn, Mama tidak pernah melupakanmu."

Air mata Jesslyn jatuh perlahan. Dia meraih tangan Nyonya Stevani dan menggenggamnya dengan lembut. "Mama..."

Jessica terisak di belakang mereka. Tak sanggup berkata apa-apa, dia dan Jonathan sama-sama menangis

Jonathan mengepalkan tangannya, menahan emosi. "Anna, dia tidak akan pernah aku maafkan. Dia membuat kita semua buta."

Jesslyn memeluk Nyonya Stevani dengan gemetar. "Ma, kami tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja. Kami pasti akan balas dendam padanya untukmu. Mulai sekarang, tidak ada yang bisa menyakitimu lagi."

Tiba-tiba suara pintu terbuka. Tuan Valentino masuk, wajahnya langsung berubah saat melihat Nyonya Stevani. "Stevani..."

Nyonya Stevani menoleh dengan mata penuh air mata. "Damian!!"

Tanpa berpikir panjang, Tuan Valentino mendekat dan langsung memeluk istrinya dengan erat. "Maafkan aku. Aku gagal melindungimu. Aku tidak tahu ini semua terjadi."

Nyonya Stevani menangis di pelukan suaminya. "Kau tidak bersalah, Damian. Ini semua karena Anna."

Jesslyn, Jessica, dan Jonathan menyaksikan dengan air mata berlinang. Tuan Valentino mengusap rambut istrinya. "Aku bersumpah, aku akan memastikan Anna membayar semua yang dia lakukan padamu."

Jonathan menggenggam bahu ayahnya. "Pa, kita harus bertindak cepat. Anna, tidak boleh lolos."

Tuan Valentino mengangguk. "Kau benar, dia tidak akan Papa biarkan lolos begitu saja. Tapi untuk sekarang, biarkan kita menikmati momen ini. Kita bersama lagi."

Jesslyn menatap keluarganya. Untuk pertama kalinya, hatinya merasa hangat. "Andaikan saja manusia menyebalkan itu ada disini, pasti dia akan terharu juga," lirih Jesslyn membatin. Dia sedang memikirkan Neo yang saat ini sedang berada di luar negeri.

Nyonya Stevani tersenyum lemah. "Aku hanya ingin memeluk kalian semua. Itu sudah cukup untukku sekarang."

Mereka semua saling berpelukan, membiarkan rasa hangat dan cinta keluarga menyelimuti mereka di tengah malam yang penuh keharuan.

 

"Apa? Mereka tahu?" Anna berdiri tergesa-gesa di kamarnya, matanya membelalak saat mendengar laporan dari salah satu pelayannya.

"Maaf, Nyonya, saya mendengar Tuan Muda dan Nona sudah mengetahui semuanya," ujar pelayan itu dengan suara gemetar.

Anna mengumpat kasar. "Dasar bodoh kalian semua! Kenapa tidak ada yang memperingatkanku lebih awal?"

Dia segera membuka lemari besar, melemparkan pakaian dan barang-barang berharga ke dalam koper besar dengan gerakan terburu-buru. "Aku harus keluar dari sini. Aku harus kabur, aku tidak boleh sampai tertangkap."

Pelayan itu menunduk. "Saya rasa itu akan sia-sia saja, Nyonya. Karena Tuan Muda Jonathan, sudah menugaskan bodyguard di seluruh rumah."

Anna memicingkan mata, wajahnya dipenuhi amarah dan kecemasan. "Bodyguard? Mereka ingin menahanku? Tidak semudah itu!"

Dia menyambar perhiasan di meja rias, memasukkannya ke dalam tas kecil yang tergantung di lengannya. Dengan napas terengah-engah, Anna keluar dari kamar, menyeret koper besar di belakangnya.

Dan sebelum dia mencapai pintu depan, dua bodyguard besar menghadangnya.

"Maaf, Nyonya Anna. Anda tidak diizinkan meninggalkan rumah ini."

Anna menatap mereka dengan marah. "Beraninya kalian menghentikanku! Aku adalah nyonya rumah ini!"

"Tapi ini adalah perintah langsung dari, Tuan Jonathan, Nyonya," jawab bodyguard itu tanpa ekspresi.

Anna memberontak, mencoba mendorong mereka. "Lepaskan aku! Jangan coba-coba menahanku!!"

"Anda tidak bisa pergi, Nyonya Anna. Silakan ikut kami," ucap bodyguard yang lain.

"Ikut kalian ke mana?!" Anna berteriak, suaranya nyaring memekik.

Alih-alih menjawab, mereka langsung menggiring Anna menuju ruang bawah tanah.

"Mau apa kalian? Lepaskan aku!" Anna terus berteriak sambil meronta-ronta, tapi cengkeraman bodyguard terlalu kuat.

Begitu tiba di lokasi dan pintu besi ruang bawah tanah terbuka, Anna mendadak tersentak. "Tidak... tidak! Kalian tidak bisa melakukan ini padaku!"

Bodyguard mendorongnya masuk ke ruangan itu. Anna mencoba melawan, tapi sia-sia.

"Tolong! Lepaskan aku! Aku yang seharusnya ada di atas, bukan di sini!" Anna menjerit histeris saat pintu besi itu ditutup rapat.

Dia memukul-mukul pintu, teriakannya menggema di ruangan gelap itu. "Jonathan! Jessica! Kalian akan menyesal! Aku akan keluar dari sini! Aku akan kembali!"

Namun, tidak ada yang menjawab teriakannya. Anna hanya bisa duduk di sudut ruangan dengan wajah penuh ketakutan dan kemarahan.

-----

"Jesslyn, jawab videonya. Aku tahu kau melihat panggilanku," suara Neo terdengar jelas saat Jesslyn dengan enggan menjawab panggilan video callnya.

"Apa lagi? Bukannya kau sibuk dengan pekerjaanmu? Untuk apa menghubungiku sekarang?" Jesslyn memandang layar dengan alis terangkat, nada bicaranya sinis.

Neo tersenyum kecil, menatap wajah Jesslyn melalui layar. "Aku merindukanmu, tentu saja."

Jesslyn mendengus. "Dasar tukang gombal. Kau baru pergi pagi tadi, Neo."

Neo tertawa pelan. "Tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun. Kau tidak merasakan hal yang sama, Nyonya Hou?"

Jesslyn memutar bola matanya, lalu meletakkan ponselnya di atas meja, sengaja menempatkan kamera dengan sudut yang memperlihatkan dirinya duduk santai di sofa.

"Tentu saja tidak. Bahkan aku menikmati waktuku tanpa ada yang mengganggu."

Neo menyandarkan diri di kursi kamar hotelnya, senyumnya tak luntur. "Ah, jadi kau menikmati kesendirianmu? Tidak ada yang mengusikmu? Tidak ada yang memelukmu tanpa izin?"

Jesslyn menatap layar dengan tatapan tajam. "Tepat sekali. Sangat damai. Aku bahkan bisa membaca buku tanpa gangguan."

"Tapi kau terlihat bosan," Neo menambahkan, memperhatikan gerak-geriknya dengan cermat. "Dan aku yakin kau kesepian."

Jesslyn tersentak, tapi dengan cepat menyembunyikan reaksinya. "Jangan mengada-ada. Aku tidak merasa seperti itu."

Neo tersenyum lebar, seakan-akan bisa membaca pikirannya. "Benarkah? Kalau begitu, kenapa kau tidak langsung memutuskan panggilan ini sejak awal? Kau menungguku, kan?"

Wajah Jesslyn memerah, tapi dia segera berusaha menutupinya. "Aku tidak ingin terlihat tidak sopan. Itu saja."

Neo mendekatkan wajahnya ke kamera, membuat Jesslyn mengernyit. "Kau berusaha keras menyangkal, Sayang. Tapi aku tahu, kau merindukanku."

Jesslyn menatapnya tajam. "Jangan terlalu percaya diri, Neo."

Neo terkekeh. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu mengaku. Tapi aku ingin kau tahu satu hal."

"Apa lagi?" tanya Jesslyn, pura-pura tidak peduli.

Neo menatapnya dengan serius, suaranya melembut. "Aku benar-benar merindukanmu, Jesslyn. Rasanya seperti ada yang hilang setiap kali aku jauh darimu."

Jesslyn terdiam, mencoba menahan senyumnya yang hampir muncul. "Kau terlalu berlebihan."

"Bilang saja kau juga merindukanku, dan aku tidak akan mengganggumu lagi," Neo menggoda.

Jesslyn menghela napas panjang, wajahnya sedikit melunak. "Aku tidak akan mengatakan itu."

"Tidak masalah. Aku tahu kau merasakannya," ujar Neo sambil tersenyum penuh kemenangan.

Jesslyn mengalihkan pandangan dari layar, pura-pura memeriksa kuku tangannya. "Kalau sudah selesai, aku mau tidur. Jangan ganggu aku lagi."

Neo tertawa kecil. "Baiklah. Tapi ingat, Sayang, aku akan pulang lebih cepat hanya untuk melihatmu."

Sebelum Jesslyn sempat membalas, Neo menambahkan, "Selamat malam, Nyonya Hou. Bermimpi indah tentangku."

Jesslyn langsung memutuskan panggilan dengan wajah kesal. Tapi setelah itu, dia mendesah pelan, menyandarkan diri di sofa. Senyum tipis muncul tanpa disadarinya.

"Dasar pria menyebalkan."

----

Bersambung

1
Rita susilawati
cerita nya sedikit TPI cpet berakhir
jdi GX lama2 baca nya
suka Thor ceritanya buat lgi ya 🙂
Rita susilawati
bgus cerita nya
ayudya
aku sedikit kurang paham ya... tapi mungkin ini teka- teki cerita mu thor
ayudya
berasa nonton film Elektra aku Thor baca karya mu, semangat ya.
ayudya
aku koq mulai pusing ya.. sama mereka ne.
Retno Palupi
akhir yang bahagia
tina
lanjut kak
Retno Palupi
semoga selalu bahagia
Retno Palupi
kenapa sih jeslyn selalu ketus?
Ellnara: Nanti juga manja dan bucin akut kak 🤣🤣
total 1 replies
ayudya
apa punya 2 kepribadian si neo ini ah... penasaran aku.
ayudya
jd penasaran aku nya.
ayudya
mampir
tina
lanjut kak😊😊
tina
lanjut kak
Retno Palupi
jd ikut jantungan juga
Retno Palupi
senengnya jeslyn
Dwi Agustina
haaaah nanggung bngtblg tegang gini,CPT up dong🙏🙏🙏👍🫰
novi kusmalinda
lanjut hingga tamat dong...
Retno Palupi
kok saya bingung bacanya ya siapa Rui?
Ellnara: Yang ngejar² Jessica kak
total 1 replies
Retno Palupi
bisa manis juga Neo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!