Jesslyn tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam satu malam. Demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran finansial, ia dipaksa menikahi Neo, pewaris kaya raya yang kini terbaring tak berdaya dalam kondisi koma. Pernikahan itu bukanlah perayaan cinta, melainkan sebuah kontrak dingin yang hanya menguntungkan pihak keluarga Neo.
Di sebuah rumah mewah yang sunyi, Jesslyn tinggal bersama Neo. Tanpa alat medis modern, hanya ada dirinya yang merawat tubuh kaku pria itu. Setiap hari, ia berbicara kepada Neo yang tak pernah menjawab, berharap suara dan sentuhannya mampu membangunkan jiwa yang terpenjara di dalam tubuh itu. Lambat laun, ia mulai memahami sosok Neo melalui buku harian dan kenangan yang tertinggal di rumah itu.
Namun, misteri menyelimuti alasan Neo koma. Kecelakaan itu bukan kebetulan, dan Jesslyn mulai menemukan fakta yang menakutkan tentang keluarga yang telah mengikat hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Tau Dia Putri Palsu
Neo mengetuk pintu kamar dengan tidak sabaran. "Apa kau sudah selesai? Berapa lama lagi waktu yang kau butuhkan untuk berdandan, huh?"
"Kau itu berisik sekali jadi laki-laki! Tunggu sebentar, aku hampir selesai!"
Beberapa menit kemudian, Neo mendengar suara pintu dibuka dari dalam. Tanpa melihat pun, ia sudah tau siapa yang keluar. Sontak dia mengangkat pandangannya dan tubuhnya membeku di tempat. Mata hitamnya tak lepas dari sosok Jesslyn yang tampak begitu berbeda.
Neo mengerjap beberapa kali. Seolah-olah ingin memastikan, apa yang ia lihat itu nyata bukan mimpi. "Jess, kau cantik sekali," ucap Neo tanpa melepaskan tatapannya dari Jesslyn.
Jesslyn berhenti, matanya menatap Neo dengan curiga. "Apa kau sedang menyindirku?"
"Aku serius. Kau benar-benar cantik sekali malam ini."
Jesslyn merengut kesal. "Oh, jadi maksudmu sebelum-sebelumnya aku tidak cantik, begitu?"
Neo menggeleng. Tanpa basa-basi dia menarik Jesslyn ke dalam pelukannya, dan memeluknya dengan erat. "Bukan begitu, tapi cantikmu malam ini benar-benar berbeda."
Jesslyn langsung blushing mendengar ucapan Neo. "Berhenti bicara omong kosong, Neo. Kita harus segera pergi."
Tapi Neo mengabaikan permintaannya. Sebaliknya, dia melingkarkan lengannya di pinggang Jesslyn dan menariknya lebih dekat sampai tidak ada lagi jarak di antara mereka berdua. Belum sempat Jesslyn melayangkan protesnya, Neo sudah lebih dulu menci-um bi-birnya.
Ciu-man itu lembut pada awalnya, tapi semakin lama menjadi lebih dalam dan penuh gai-rah. Jesslyn mencoba mendorongnya, tapi tenaganya terlalu lemah dibandingkan dengan Neo yang begitu dominan.
"Neo, apa yang kau lakukan?!" protes Jesslyn begitu ciu-man itu terlepas.
Neo menyeringai, tangannya tetap memeluk pinggang Jesslyn dengan erat. "Itu adalah cap jika kau adalah milikku. Dan, aku ingin menegaskan padamu, jika aku adalah pria pertama yang menikmati kecantikanmu."
Jesslyn memutar matanya dengan jengah dan menatapnya dengan kesal, tapi sorot matanya tak bisa berbohong. Dia tampak gugup. "Dasar tidak waras! Kau benar-benar gila!"
Neo tertawa pelan, lalu melepaskan pelukannya. "Dan kau benar-benar mempesona. Jadi, jangan salahkan aku jika tidak bisa melepaskan pandanganku darimu sepanjang malam."
Jesslyn mendengus, lalu memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah di pipinya. "Kalau kau sudah puas dengan dramamu, ayo kita pergi sebelum terlambat. Dasar pria cerewet!"
Neo tersenyum lebar. "Baiklah. Tapi jangan berharap aku bisa bersikap normal, apa kau sadar? Kau terlihat seperti bintang paling terang di langit." tukas Neo sambil mengulurkan
Jesslyn memutar mata jengah. Mengabaikan tangan Neo yang terulur padanya. Wanita itu melangkah pergi tanpa menghiraukan suaminya itu. Neo mendengus, tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
---
"Andien, kau cantik sekali," puji Nyonya Stevani melihat penampilan Andien, dia sendiri yang memilihkan gaun itu untuknya.
perempuan itu tersenyumlah dia tampak sangat bahagia mendengar pujian Nyonya Stevani. "Mama, berhenti memujiku, untuk membuatku malu."
"Mama, tidak memujimu, sayang. Karena Mama mengatakan kebenaran. Kau benar-benar cantik sekali dengan gaung ini, pasti banyak orang yang iri melihat putri Mama yang sempurna."
Andien seperti berada di atas awan mendengar pujian itu, melihat Nyonya Stevani yang sangat mempercayainya. Dia sangat yakin jika tidak ada seorangpun di rumah ini yang bisa menyingkirkan dirinya, termasuk Jessica, Jonathan dan Tuan Valerie.
"Mama, apa aku boleh minta sesuatu?"
"Tentu saja, Sayang. Apapun yang kau minta pasti Mama akan memberikannya,"
"Ma, selama ini kan aku hidup dalam kesulitan dan penderitaan. Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kemewahan. Bisakah Mama memberiku mobil, rumah dan Black card atas namaku sendiri? Maaf, bukannya aku tidak tahu diri, hanya saja..."
"Mama, mengerti, Sayang," Potong Nyonya Valerie. "Mama, sudah menyiapkan semuanya untukmu. Mobil mewah, mobil, Villa, semua fasilitas yang kau butuhkan. Tapi untuk black card, Mama tidak bisa memberikannya tanpa persetujuan ayahmu. Dan masalahnya, dia tidak mau mengakui mu sebagai putri keluarga Valerie yang hilang."
Andien menghepalkan tangannya. Benar, selain Jessica dan Jonathan, masih ada Tuan Valerie. Jika tidak bisa mengambil hatinya, pasti akan lebih mudah untuk menguasai semua kekayaan keluarga Valerie.
"Ma, sebaiknya jangan terlalu memanjakan dia. Bisa jadi dia adalah putri palsu." ucap Jessica, dia bersandar di kusen pintu kamar Andien sambil melipat tangan di dada dan menatap wanita itu dengan sinis.
"Jessica, berhenti mengatakan hal yang tidak baik. Dia itu kakakmu, seharusnya kau menyayanginya, bukan memusuhinya."
Jessica memutar matanya jengah. "Aku tidak sudi." katanya dan pergi begitu saja.
Nyonya Valerie mencoba menenangkan Andien. Dia merasa tidak enak padanya, seperti suaminya, Jessica dan Jonathan juga sangat membencinya.
"Kamu yang sabar, ya."
---
"Apa kau bilang?!" Tuan Valerie memekik keras setelah mendengar apa yang Jonathan katakan.
Jonathan mengangguk. "Aku sudah memiliki buktinya, Pa. Hasil tes DNA ini adalah jawabannya. Aku dan Jessica sudah menemukan putri keluarga Valerie yang asli, dan wanita itu benar-benar palsu."
"KURANG AJAR!!" Tuan Valerie berteriak sambil memukul meja dengan keras. "Wanita itu!! Berani-beraninya dia berbohong dan berpura-pura menjadi Nona keluarga Valerie. Hal ini tidak bisa dibiarkan, Papa akan memberikan pelajaran padanya."
"Jangan dulu, Pa. Aku dan Jessica sudah memiliki rencana,"
"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Papa, diam saja. Biar kami berdua yang menyelesaikan masalah ini."
---
Neo mengulurkan tangannya pada Jesslyn begitu mereka tiba di kediaman Valerie. Mobil-mobil mewah berjajar memenuhi halaman luas itu, suasana begitu meriah dengan ratusan tamu undangan yang datang.
Jesslyn menyapukan pandangannya ke segala penjuru arah. tempat ini memang tidak asing baginya dia merasa Dejavu setiap kali melewati bagian demi bagian dari rumah ini.
"Kau kenapa?" Neo menahan tubuh Jesslyn yang hampir saja roboh.
Jesslyn menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku merasa Dejavu dengan tempat ini. Aku melihat kilasan demi kilasan kenangan masa laluku di sini."
"Itu karena kau putri keluarga Valerie yang asli." jawab Neo.
Jesslyn diam dan tidak menjawab lagi. Dia bertanya-tanya, benarkah dia adalah Putri keluarga Valerie yang selama ini hilang. Tapi Jesslyn masih sedikit ragu, tetapi jika dia bukan putri yang hilang itu, tidak mungkin Ia memiliki kenangan-kenangan dengan rumah ini sampai-sampai membuatnya merasa Dejavu.
"Ayo masuk. Jessica dan Jonathan sudah menunggu di dalam." ucap Neo dan dibalas anggukan oleh Jesslyn.
Kedatangan mereka berdua menyita perhatian banyak pasang mata, puluhan bahkan ratusan pasang mata yang ada di ballroom luas itu tertuju pada pasangan muda tersebut. Pesta diadakan di gedung sebelah kediaman utama Valerie.
"Neo, Kenapa banyak sekali orang yang melihat kita? Apa aku terlihat aneh?"
"Tidak, mereka melihatmu Karena Kau terlalu cantik. Lihatlah semua orang yang hadir di sini , tidak ada seorangpun yang bisa menandingi kecantikanmu," Neo berbisik sambil memegang bahu Jesslyn, dia berdiri dibelakangnya.
Jesslyn memukul pelan lengan Neo. "Kau ini, berhenti mengatakan omong kosong. Itu benar-benar tidak lucu!" ucapnya dan pergi begitu saja.
Neo tersenyum tipis. Dia paling suka melihat Jesslyn saat memerah seperti itu. menurutnya Dia sangat menggemaskan.
----
Bersambung