NovelToon NovelToon
Nada Yang Indah

Nada Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Slice of Life
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evhy Ayu

Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.

Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.

Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.

Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 34

**

Semua panitia berkemah menyuruh para peserta untuk berkumpul di sekitar api unggun. Malam itu dingin, tetapi suasana terasa hangat dengan cahaya dari nyala api yang menari-nari. Para peserta, yang awalnya sibuk dengan aktivitas masing-masing, kini duduk melingkar, menunggu arahan dari para panitia.

"Baik, teman-teman," kata Kenzo ketua panitia, dengan suara lantang tapi ramah. "Malam ini, kita akan mengadakan acara sederhana untuk menjaga kekompakan kita. Ingat, kegiatan ini bukan hanya tentang bersenang-senang, tapi juga belajar saling mendukung sebagai sebuah tim."

Semua peserta mendengarkan dengan antusias sambil bertepuk tangan dengan riuh.

"Sekarang, kita mulai dengan sebuah permainan. Namanya Lanjutkan Cerita. Caranya sederhana, satu orang mulai bercerita, lalu orang berikutnya melanjutkan. Kita lihat sejauh mana imajinasi kalian bisa membawa cerita ini!"

Peserta bersorak riuh. Permainan dimulai dari Dina, salah satu peserta yang dikenal dengan kreativitasnya. Dia tersenyum sambil menatap api unggun, lalu berkata, "Baiklah, ceritanya dimulai dari sebuah hutan tua di mana seorang petualang menemukan peta rahasia menuju harta karun."

Cerita kemudian berpindah ke Dito, yang menambahkan elemen kejutan: "Tapi peta itu ternyata dikutuk! Setiap langkah yang salah bisa membawa petualang itu ke dalam bahaya yang tak terduga."

Permainan terus bergulir, cerita semakin liar dan penuh tawa, namun juga menegangkan di beberapa bagian. Hingga tiba giliran Maya, peserta yang biasanya pendiam. Dia melanjutkan dengan nada serius, "Tapi saat petualang itu hampir mencapai harta karun, dia menyadari bahwa peta itu sebenarnya bukan petunjuk untuk menemukan harta, melainkan jalan keluar dari sebuah perangkap yang mematikan."

Semua terdiam, terbawa suasana. Tiba-tiba, dari arah hutan terdengar suara gemerisik yang membuat bulu kuduk meremang. "Itu suara apa?" tanya salah satu peserta dengan suara berbisik.

Para panitia saling pandang, mencoba memastikan apa yang sebenarnya terjadi. "Tenang, mungkin hanya angin," kata Kenzo sambil tersenyum, berusaha menenangkan. Tapi suara itu semakin jelas, seperti langkah kaki mendekat.

Tanpa diduga, salah satu panitia berdiri sambil menyalakan senter ke arah suara itu. Namun, apa yang mereka temukan di balik semak-semak membuat jantung semua orang berdetak kali-kali lipat, mereka pun terpaku...

"Hehe hy malam semua!"

"Hah, Jeno?! " teriak semua siswa yang berada di api unggun.

Jeno terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia merasa malu karena datang di saat mereka sedang bercerita mengenai hutan.

"Lo ngapain sih, di sana?" tanya Aqilla.

"Gue habis.... adalah sesuatu," jawab Jeno dengan santai sambil bergabung dengan timnya.

Nada hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Jeno. Mereka pun kembali melanjutkan acaranya, dan kini acara selanjutnya bernyanyi bersama.

"Ayo siapa dari kalian yang mau coba tampil di depan, kalau enggak nyanyi di tempat saja," lanjut Kenzo.

Mereka semua berbisik dan mengira-ngira siapa yang akan menyanyi malam terakhir mereka di tengah hutan.

Semua orang sibuk dengan mencari judul lagu yang akan dibawakan, namun berbeda dengan Kiki yang menatap tajam ke arah Naomi di ujung sana, yang sedang berdiri sambil menatap api unggun.

Di pikiran Kiki masih terbayang kala Naomi menarik dan mendorong tubuh Nada ke dalam hutan. Pria itu bisa saja mengatakan langsung kepada Nada, namun permintaan Nada membuatnya harus tetap bungkam.

Bagas menyenggol lengan Kiki, hingga pria itu menatap Bagas dengan tajam.

"Buset tatapannya maut banget, kenapa Lo kaya lagi banyak pikiran?"

"Lo punya saudara kandung?"

Bagas tertawa. "Ya elah, Lo kan tahu gue. Gue mana ada saudara kandung, yang ada gue anak tunggal."

Kiki mengangguk. "Oh oke."

"Lah, emang kenapa Lo nanya kaya gitu?"

Kiki menggelengkan kepala dan berlalu meninggalkan Bagas dengan rasa penasaran yang mendalam.

"Lah, bocah kenapa ya?" tanya Bagas dengan bingung.

Setelah sepuluh menit berlalu, salah satu dari mereka pun berdiri sambil membawa botol kosong sebagai mic yang akan digunakan untuk bernyanyi.

"Mau nyanyi apa?" tanya Anggara.

"Aku mau nyanyi lagu Perfect dari Ed Sheeran," jawab Aqilla dengan senyuman malu-malu, suaranya lembut tapi penuh semangat.

Semua peserta bersorak, mendukungnya. "Ayo, Qil, kita dengar suaramu!" seru salah satu teman, membuat pipi Aqilla sedikit memerah.

Api unggun yang hangat menjadi saksi saat Aqilla mulai bernyanyi. Suaranya mengalun lembut, menyentuh hati setiap orang yang mendengar. Saat bagian chorus tiba, beberapa peserta ikut bernyanyi pelan, menciptakan harmoni sederhana yang membuat suasana semakin magis.

Semua mendengarkan sambil menggerakan badan ke kanan dan ke kiri. Di sebelah kanan ada Kenzo yang selalu memperhatikan Nada sambil menahan senyum, gadis itu begitu cantik dengan jaket bulu di mana ada telinga beruang di sana.

"Cantik," bisik Kenzo sambil tersenyum sangat tipis.

Nada merasa sejak tadi ada yang memperhatikannya, dan matanya langsung tertuju pada Kenzo. Kenzo menatap dengan sangat intens.

"Aduh kenapa liatinnya gitu banget sih," gumam Nada sambil membuang muka sedikit, lalu kembali melihat Kenzo.

Kenzo mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana. Tak lama Nada merasa ponselnya bergetar, dia membuka pesan tersebut dia terkejut dengan nama kontak Kenzo dengan stiker love di sana.

"Buset ini siapa yang kasih nama dia pakai stiker love, sih?" gerutu Nada, dan dia tetap membuka pesan tersebut.

"Dingin? Mau double jaketnya?"

Nada membaca pesan tersebut, lalu melihat ke arah Kenzo. Kenzo memberikan kode sambil memegangi jaketnya untuk diberikan kepada Nada.

Nada menggelengkan kepala, lalu dia membalas pesan dari Kenzo.

"Enggak usah, ini juga udah cukup hangat kok. Ditambah depan kita kan ada api unggun."

"Kalau dingin bilang."

"Kalau gue bilang dingin emang mau apa?"

"Gue kasih jaket sama badan gue biar Lo enggak kedinginan. Ingat Lo tanggung jawab gue!"

Nada berdecak sambil memutar bola matanya. "Lebay ah Lo! Udah enggak usah, pokonya makasih." setelah itu, Nada memasukkan kembali ponselnya, karena tidak terasa Aqilla selesai bernyanyi.

Naomi mengepalkan lengannya, karena sejak tadi dia memperhatikan Kenzo dan juga Nada. Dia tidak mau satu langkah lebih maju dari Nada untuk mendapatkan Kenzo.

**

"Bagaimana sudah ada kabar dari Pak William, mengenai perjodohan Kenzo dan Naomi, Pah?" tanya Nadia sambil menarik selimutnya hingga perut.

Abimanyu yang masih fokus menyelesaikan proyeknya menatap sang istri.

"Belum ada kabar, Mah. Lagian Papa juga belum ketemu lagi sama Pak William, karena dia sedang bertugas ke luar negeri."

"Mudah-mudahan ya, Pah. Mama enggak sabar Naomi dijodohkan sama Kenzo."

"Iya Papa juga enggak sabar. Oh ya bagaimana dengannya di perkemahan itu?"

"Pesan Mama belum dibaca, kayanya Naomi sibuk deh, dia kan pengurus juga."

"Ya sudah, besok telpon saja. Takutnya dia sakit atau tidak betah di sana."

"Iya Pah."

Keduanya pun langsung mematikan lampu kamar dan segera tidur untuk beristirahat, karena besok pagi mereka akan kembali melakukan kegiatan seperti biasanya.

1
Evhy Ayu
wkwk serah dah serah...
melda
plagiarisme
melda
bener kata author sebelah plak ketiplak jiplak mirip banget isinya kaya MELODY, plagiarisme
Tama
MELODY
Najwa Wira
plagiarisme
Najwa Wira
sama percis kaya karya 'Melody' di sebelah
Najwa Wira
semakin di baca, semakin mirip alurnya sama yang di fz/Drowsy//Drowsy/ banyak banget yang plagiarisme
Evhy Ayu: Terima kasih Kak, silakan dibaca sampai ending ya. maaf banget saya bukan plagiat, kalau sama mungkin alurnya, dan saya tidak baca cerita Melodi. dan ini bukan karya saya yang pertama, ini karya saya yang ke 8 ^^
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Dasar si naomi gk nyadar diri dah dipungut kok seolah " dy berkuasa kaya anak kandung... Smg cepet kebongkar tu sifat jhat nya.. Biar nyesel no bpk ma ibu kandung nada.. Smngt trus berkarya
Evhy Ayu: enggak akan selamanya yang jahat itu selalu menang☺
DISTYA ANGGRA MELANI: Tp gak selamanya dy menang kan pasti nada yg menang.. Naomi itu ibarat kacang lupa kulit nya..
total 3 replies
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Evhy Ayu: Terima kasih Kak^^
total 1 replies
kayla
bagus ceritanya menarik 😍😍😍
Evhy Ayu: Makasih Kak❤❤
total 1 replies
zhouzhou_zz
Ceritanya bikin nggak bisa berhenti baca, lanjutkan thor!
Evhy Ayu: Masyallah, terima kasih. Oke siap ☺☺
total 1 replies
foxy_gamer156
Setiap kata-kata terasa seperti lukisan di pikiran.
Evhy Ayu: Terima kasih, komentarnya Kak. ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!